Hipmi minta pemerintah keluarkan kebijakan pro UKM
A
A
A
Sindonews.com - Sebagai sebuah organisasi yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mempunyai visi menjadikan Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai pilar utama dan lokomotif pembangunan ekonomi nasional.
Perwakilan Hipmi dari Kompartemen Hubungan Internasional Australia dan Selandia Baru, Hardini Puspasari mengatakan, APEC Youth Summit 2013 merupakan sarana peningkatan konektivitas pemuda di seluruh Asia Pasifik dan sekaligus sarana dialog untuk memberikan kontribusi serta solusi masalah-masalah regional dengan para pembuat kebijakan di Asia Pasific yang pada waktu hampir bersamaan berkumpul dalam Konfensi Tingkat Tinggi APEC 2013 di Bali.
"Saat ini Indonesia masih banyak menghadapi kendala dalam mempromosikan produk ekspor UKM, yang meliputi masalah internal dan eksternal," kata Hardini pada acara APEC Youth Summit 2013 di Yogyakarta, Rabu (2/10/2013).
Seperti kita ketahui selama 2011-2012 terjadi pertumbuhan Usaha Kecil Menengah yang cukup menggembirakan dari 55.206.444 unit menjadi 56.534.592 unit. Dari pertumbuhan UKM tersebut telah mampu mengembangkan kesempatan kerja dari 101.722.548 orang pada 2011 menjadi 107.657.509 pada 2012.
UKM ini pada 2011 menyumbang kontribusi yang sangat signifikan bagi performa ekspor nasional hingga Rp187 triliun dimana sebagian besar kontribusi ekspor UKM ini adalah dari sektor handicraft sebesar 30 persen, fashion and accessories sebesar 29 persen dan furniture sebesar 27 persen.
Hardini menambahkan, pada akhir konferensi APEC Youth Summit 2013 ini akan menghasilkan rekomendasi kepada pembuat kebijakan APEC yang mewakili pandangan pemuda di semua negara anggota APEC dan akan dikirimkan ke APEC Senior Officials Meeting Chair 2013 (APEC SOM Chair 2013) dan APEC Executive Director untuk kemudian dilaporkan kepada menteri dan para pemimpin negara anggota APEC di menteri APEC economic leaders meeting 2013 di Bali.
Melalui forum APEC ini khususnya dalam sektor UKM bisa memperluas jaringan dan pasar, terutama berbagi pengalaman dan pelajaran untuk meningkatkan capacity building dan mencari sumber-sumber pendanaan baik melalui G to G, B to B maupun kerja sama pemerintah dan swasta" pungkas Hardini.
Perwakilan Hipmi dari Kompartemen Hubungan Internasional Australia dan Selandia Baru, Hardini Puspasari mengatakan, APEC Youth Summit 2013 merupakan sarana peningkatan konektivitas pemuda di seluruh Asia Pasifik dan sekaligus sarana dialog untuk memberikan kontribusi serta solusi masalah-masalah regional dengan para pembuat kebijakan di Asia Pasific yang pada waktu hampir bersamaan berkumpul dalam Konfensi Tingkat Tinggi APEC 2013 di Bali.
"Saat ini Indonesia masih banyak menghadapi kendala dalam mempromosikan produk ekspor UKM, yang meliputi masalah internal dan eksternal," kata Hardini pada acara APEC Youth Summit 2013 di Yogyakarta, Rabu (2/10/2013).
Seperti kita ketahui selama 2011-2012 terjadi pertumbuhan Usaha Kecil Menengah yang cukup menggembirakan dari 55.206.444 unit menjadi 56.534.592 unit. Dari pertumbuhan UKM tersebut telah mampu mengembangkan kesempatan kerja dari 101.722.548 orang pada 2011 menjadi 107.657.509 pada 2012.
UKM ini pada 2011 menyumbang kontribusi yang sangat signifikan bagi performa ekspor nasional hingga Rp187 triliun dimana sebagian besar kontribusi ekspor UKM ini adalah dari sektor handicraft sebesar 30 persen, fashion and accessories sebesar 29 persen dan furniture sebesar 27 persen.
Hardini menambahkan, pada akhir konferensi APEC Youth Summit 2013 ini akan menghasilkan rekomendasi kepada pembuat kebijakan APEC yang mewakili pandangan pemuda di semua negara anggota APEC dan akan dikirimkan ke APEC Senior Officials Meeting Chair 2013 (APEC SOM Chair 2013) dan APEC Executive Director untuk kemudian dilaporkan kepada menteri dan para pemimpin negara anggota APEC di menteri APEC economic leaders meeting 2013 di Bali.
Melalui forum APEC ini khususnya dalam sektor UKM bisa memperluas jaringan dan pasar, terutama berbagi pengalaman dan pelajaran untuk meningkatkan capacity building dan mencari sumber-sumber pendanaan baik melalui G to G, B to B maupun kerja sama pemerintah dan swasta" pungkas Hardini.
(gpr)