Negosiasi shutdown fiskal AS temui jalan buntu
A
A
A
Sindonews.com - Gedung Putih dan Partai Republik masih sulit mencapai kesepakatan untuk mencegah bencana default utang dan mengakhiri shutdown parsial pemerintah, yang telah memasuki pekan kedua.
Presiden Barack Obama berkomunikasi dengan senator Republik dan berbicara melalui telepon dengan Ketua DPR Republik John Boehner, sebagai upaya negosiasi yang akhirnya menghasilkan kebuntuan.
"Kami jelas di tempat yang lebih baik daripada beberapa hari lalu dalam hal pendekatan konstruktif yang telah kita lihat. Tapi, tidak ada kesepakatan," kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney, seperti dilansir dari AFP, Sabtu (12/10/2013).
Di tengah meningkatnya optimisme kesepakatan dan beberapa jalan dialog, prinsip-prinsip utama muncul dalam kompromi kedua belah pihak.
Tanda-tanda bahwa Gedung Putih sedang mengendalikan tawar-menawar keras, Carney menyatakan, kenaikan plafon utang tidak bisa dikaitkan pembicaraan fiskal jangka panjang dengan Partai Republik, karena bisa mengancam default berulang pada beberapa bulan mendatang.
Gedung Putih awal pekan lalu mengatakan, secara terbuka akan berupaya memperpanjang plafon utang selama enam pekan setelah 17 Oktober. Tapi, mereka mencari perpanjangan pinjaman dari USD16,7 miliar yang ada saat ini untuk durasi lebih lama.
Republik dari majelis rendah telah menawarkan untuk berbicara dengan Obama terkait resolusi jangka pendek guna mendanai pemerintah, dan kemudian pindah ke anggaran jangka panjang serta pembicaraan fiskal. Tapi, Presiden menegaskan pihaknya tidak akan bernegosiasi sampai kedua plafon utang dinaikkan dan pemerintah dibuka kembali.
Seperti diketahui, jika plafon utang AS tidak dinaikkan pada 17 Oktober, Departemen Keuangan akan kehabisan uang dan bisa mulai default atas kewajiban (utang) AS untuk pertama kalinya dalam sejarah, dengan konsekuensi berimbas terhadap perekonomian dunia.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan NBC News/Wall Street Journal, menunjukkan, 53 persen responden menyalahkan Partai Republik atas shutdown pemerintah AS, dan hanya 31 persen yang menyalahkan Obama.
Presiden Barack Obama berkomunikasi dengan senator Republik dan berbicara melalui telepon dengan Ketua DPR Republik John Boehner, sebagai upaya negosiasi yang akhirnya menghasilkan kebuntuan.
"Kami jelas di tempat yang lebih baik daripada beberapa hari lalu dalam hal pendekatan konstruktif yang telah kita lihat. Tapi, tidak ada kesepakatan," kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney, seperti dilansir dari AFP, Sabtu (12/10/2013).
Di tengah meningkatnya optimisme kesepakatan dan beberapa jalan dialog, prinsip-prinsip utama muncul dalam kompromi kedua belah pihak.
Tanda-tanda bahwa Gedung Putih sedang mengendalikan tawar-menawar keras, Carney menyatakan, kenaikan plafon utang tidak bisa dikaitkan pembicaraan fiskal jangka panjang dengan Partai Republik, karena bisa mengancam default berulang pada beberapa bulan mendatang.
Gedung Putih awal pekan lalu mengatakan, secara terbuka akan berupaya memperpanjang plafon utang selama enam pekan setelah 17 Oktober. Tapi, mereka mencari perpanjangan pinjaman dari USD16,7 miliar yang ada saat ini untuk durasi lebih lama.
Republik dari majelis rendah telah menawarkan untuk berbicara dengan Obama terkait resolusi jangka pendek guna mendanai pemerintah, dan kemudian pindah ke anggaran jangka panjang serta pembicaraan fiskal. Tapi, Presiden menegaskan pihaknya tidak akan bernegosiasi sampai kedua plafon utang dinaikkan dan pemerintah dibuka kembali.
Seperti diketahui, jika plafon utang AS tidak dinaikkan pada 17 Oktober, Departemen Keuangan akan kehabisan uang dan bisa mulai default atas kewajiban (utang) AS untuk pertama kalinya dalam sejarah, dengan konsekuensi berimbas terhadap perekonomian dunia.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan NBC News/Wall Street Journal, menunjukkan, 53 persen responden menyalahkan Partai Republik atas shutdown pemerintah AS, dan hanya 31 persen yang menyalahkan Obama.
(dmd)