Jepang alami rekor defisit perdagangan dalam 15 bulan

Senin, 21 Oktober 2013 - 15:46 WIB
Jepang alami rekor defisit...
Jepang alami rekor defisit perdagangan dalam 15 bulan
A A A
Sindonew.com – Jepang mencatat rekor defisit perdagangan dalam 15 bulan berturut-turut pada September 2013. Berdasarkan data yang dikeluarkan hari ini, lonjakan biaya energi menjadi pendorong utama kenaikan defisit.

Meski demikian, ekspor ke China mengalami kenaikan mengejutkan (rebound) setelah konflik batas wilayah yang terjadi tahun lalu, mempengaruhi permintaan barang-barang Jepang.

Sementara nilai mata uang Yen yang merosot memberikan keuntungan bagi perkembangan ekspor Jepang. Walaupun jumlah pengiriman mengalami penurunan pada bulan lalu, tapi itu dikarenakan keadaan ekonomi AS yang belum stabil.

Mahalnya harga bahan bakar yang telah berlangsung selama sepekan telah mempengaruhi keseimbangan perdagangan nasional. Harga impor energi melonjak sejak 2011, akibat krisis (bencana gempa dan tsunami) Fukushima yang mengakibatkan matinya reaktor nuklir. Padahal, sumber energi tersebut dapat menyuplai kebutuhan listrik nasional.

"Jepang akan terus tergantung pada impor energi dan dorongan terhadap ekspor dari pelemahan yen tidak akan cukup untuk membalikkan defisit perdagangan," kata Kepala Bidang Ekonomi RBS Securities, Junko Nishioka, seperti dilansir dari AFP, Senin (21/10/2013).

Kementerian Keuangan mengungkapkan, Jepang mencatat defisit perdagangan sebesar sebesar 932,1 miliar yen (USD9,5 miliar) atau 64,1 persen lebih tinggi dibandingkan defisit yang terjadi tahun lalu, sebesar 568,2 miliar yen. Hal ini juga menandai defisit perdagangan 15 bulan berturut-turut, terpanjang sejak laporan perbandingan dibuat pada 1979.

Kenaikan nilai ekspor sebesar 11,5 persen, yaitu 5,97 triliun yen terbantu pengiriman (ekspor) ke China, mitra dagang terbesar Jepang, yang naik sebesar 11,4 persen dibandingkan tahun lalu.

"Ekpor ke China berada dalam pemulihan bertahap," ujar ekonom Lembaga Riset Daiwa, Masahiko Hashimoto.

Pengiriman ke AS meningkat 18,8 persen pada tingkat tahunan. Tapi, analis melihat pertumbuhan mundur setelah shutdown (penutupan sementara) pemerintah AS selama dua pekan sempat mengancam akan terjadi kegagalan pembayaran (default) utang negara itu. "Sentimen konsumen AS tidak besar karena shutdown pemerintah (AS)," kata Junichi Makino, kepala ekonom SMBC Securities kepada Dow Jones Newswires.

Makino menambahkan, ekspor ke negara-negara Asia, seperti Korea Selatan, Taiwan, Singapura, India dan Thailand tidak akan memperbaiki defisit hingga Ekonomi AS membaik.

Secara keseluruhan, impor melonjak sebanyak 16,5 persen, yaitu 6,90 triliun yen karena biaya energi yang lebih tinggi dan meningkatnya permintaan (impor) untuk produk elektronik dan smartphone, seperti Iphone Apple.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0904 seconds (0.1#10.140)