IATA konversi utang ke saham sebesar Rp450 M
A
A
A
Sindonews.com - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) menyetujui rencana konversi utang perseroan menjadi saham dan rencana penambahan modal melalui penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) senilai Rp450 miliar.
"Perseroan memiliki jumlah saldo utang per 31 Oktober 2013 sebesar Rp855 miliar dan yang akan dikonversi adalah sebagian utang yang berasal dari Wesel Bayar kepada pihak ketiga (kreditur) sebesar Rp457 miliar yang bersedia untuk turut serta dalam rencana transaksi penyelesaian utang melalui penerbitan saham baru tanpa HMETD sampai setinggi-tingginya Rp460 miliar," jelas Direktur Utama IATA, Syafril Nasution usai RUPS LB di MNC Tower, Jakarta, Kamis (7/11/2013).
Diketahui, IATA memiliki sejumlah utang kepada dua kreditur, yakni PT Sendiifa Bergerak (SB) dan Oxley Capital Investments Ltd. (OCIL). Utang wesel bayar kepada SB sebesar Rp289 miliar yang sebagian telah beberapa kali mengalami gagal bayar dikarenakan kondisi keuangan perseroan yang masih membukukan kerugian.
"Oleh karenanya perseroan mengajukan permohonan penyelesaian utang kepada SB agar seluruh jumlah utang dikonversi menjadi saham perseroan. Kalau tidak, perseroan akan semakin berat dengan terbebani bunga-bunganya," jelasnya.
Sementara utang wesel bayar kepada OCIL sebesar Rp168 miliar dengan suku bunga sebesar 3 persen. Utang wesel bayar ini diberikan berdasarkan Loan Agreement tanggal 24 September 2013.
"Pada tanggal 22 Oktober 2013, pihak OCIL mengirimkan Notice of Default dan meminta pembayaran atas seluruh tagihan OCIL dengan secara tunai atau seluruh tagihan dikonversi menjadi saham Perseroan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 dan Pasal 6 dari Loan Agreement," ungkap Syafril.
Diketahui sebelumnya, dana yang berasal dari utang wesel bayar dua kreditur tersebut digunakan untuk membeli pesawat, mesin dan sparepart pesawat, serta untuk mendukung modal kerja perseroan.
"Perseroan memiliki jumlah saldo utang per 31 Oktober 2013 sebesar Rp855 miliar dan yang akan dikonversi adalah sebagian utang yang berasal dari Wesel Bayar kepada pihak ketiga (kreditur) sebesar Rp457 miliar yang bersedia untuk turut serta dalam rencana transaksi penyelesaian utang melalui penerbitan saham baru tanpa HMETD sampai setinggi-tingginya Rp460 miliar," jelas Direktur Utama IATA, Syafril Nasution usai RUPS LB di MNC Tower, Jakarta, Kamis (7/11/2013).
Diketahui, IATA memiliki sejumlah utang kepada dua kreditur, yakni PT Sendiifa Bergerak (SB) dan Oxley Capital Investments Ltd. (OCIL). Utang wesel bayar kepada SB sebesar Rp289 miliar yang sebagian telah beberapa kali mengalami gagal bayar dikarenakan kondisi keuangan perseroan yang masih membukukan kerugian.
"Oleh karenanya perseroan mengajukan permohonan penyelesaian utang kepada SB agar seluruh jumlah utang dikonversi menjadi saham perseroan. Kalau tidak, perseroan akan semakin berat dengan terbebani bunga-bunganya," jelasnya.
Sementara utang wesel bayar kepada OCIL sebesar Rp168 miliar dengan suku bunga sebesar 3 persen. Utang wesel bayar ini diberikan berdasarkan Loan Agreement tanggal 24 September 2013.
"Pada tanggal 22 Oktober 2013, pihak OCIL mengirimkan Notice of Default dan meminta pembayaran atas seluruh tagihan OCIL dengan secara tunai atau seluruh tagihan dikonversi menjadi saham Perseroan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 dan Pasal 6 dari Loan Agreement," ungkap Syafril.
Diketahui sebelumnya, dana yang berasal dari utang wesel bayar dua kreditur tersebut digunakan untuk membeli pesawat, mesin dan sparepart pesawat, serta untuk mendukung modal kerja perseroan.
(gpr)