Hatta: Merpati masih bisa diselamatkan
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, bahwa PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) masih bisa diselamatkan.
Meski Merpati terlilit utang hingga mencapai Rp6,5 triliun, namun tidak membuat Hatta ragu akan masa depan Merpati.
"Kita melihat Merpati masih punya prospek untuk diselamatkan. Jadi, kita beri kesempatan Merpati untuk menyampaikan business plan dalam waktu satu bulan ke depan. Satu bulan ke depan akan dia (Merpati) paparkan," kata Hatta seusai memimpin Rakor di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Hatta mengatakan, salah satu langkah terdekat yang akan dilakukan pemerintah adalah restrukturisasi utang. "Utang pada pemerintah kita konversi menjadi noncash PMN (penyertaan modal negara). Kemudian utang-utang pada 20 BUMN atau mitra kerja bisa dikonversi juga," ujarnya.
Sebagai gambaran, lanjut dia, sekitar 80 persen utang Merpati berasal dari pemerintah dan BUMN. Salah satunya terkait pembelian pesawat MA-60 senilai Rp2,3 triliun.
Selain itu, Menko Perekonomian juga menjelaskan dengan tumbuhnya industri jasa penerbangan, tentu masih tersedia pasar yang dapat diisi oleh Merpati. "Ini semua market, peluang yang harus kita dorong," ucap dia.
Upaya tersebut juga dimaksudkan untuk mendukung konektivitas sebagaimana visi dan misi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Meski Merpati terlilit utang hingga mencapai Rp6,5 triliun, namun tidak membuat Hatta ragu akan masa depan Merpati.
"Kita melihat Merpati masih punya prospek untuk diselamatkan. Jadi, kita beri kesempatan Merpati untuk menyampaikan business plan dalam waktu satu bulan ke depan. Satu bulan ke depan akan dia (Merpati) paparkan," kata Hatta seusai memimpin Rakor di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Hatta mengatakan, salah satu langkah terdekat yang akan dilakukan pemerintah adalah restrukturisasi utang. "Utang pada pemerintah kita konversi menjadi noncash PMN (penyertaan modal negara). Kemudian utang-utang pada 20 BUMN atau mitra kerja bisa dikonversi juga," ujarnya.
Sebagai gambaran, lanjut dia, sekitar 80 persen utang Merpati berasal dari pemerintah dan BUMN. Salah satunya terkait pembelian pesawat MA-60 senilai Rp2,3 triliun.
Selain itu, Menko Perekonomian juga menjelaskan dengan tumbuhnya industri jasa penerbangan, tentu masih tersedia pasar yang dapat diisi oleh Merpati. "Ini semua market, peluang yang harus kita dorong," ucap dia.
Upaya tersebut juga dimaksudkan untuk mendukung konektivitas sebagaimana visi dan misi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
(izz)