IHSG masih akan tertekan kenaikan BI Rate
A
A
A
Sindonews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini diperkirakan masih akan tertekan oleh naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). IHSG diprediksi akan melemah pada support 4.350-4.362 dan resistance 4.425-4.456.
"Pelemahan terbatas akan sulit tercapai dengan negatifnya sentimen yang justru datang dari dalam negeri. Aksi jual masih akan berlanjut dan akan berpengaruh pada masih melemahnya IHSG," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Rabu (13/11/2013).
Dahsyatnya dampak dari kenaikan BI Rate dari level 7,25 persen menjadi 7,5 persen terlihat pada laju IHSG kemarin yang awalnya hanya melemah tipis dan mencoba untuk rebound, jelang sore hari berubah menjadi pelemahan setelah tertekan oleh kenaikan BI Rate tersebut.
Kenaikan BI Rate ini tentunya dipersepsikan bahwa kondisi makro ekonomi Indonesia yang belum akan membaik dan terutama timbul juga penilaian bahwa masih akan tingginya inflasi hingga akhir tahun.
Pelaku pasar yang di awal lebih banyak wait and see dan mungkin sempat berspekulasi masuk pasar seiring dengan positifnya laju bursa saham Asia, di sesi sore hari ramai-ramai melakukan aksi jual sehingga IHSG terhempas dari target support-nya di level 4.400an.
"Laju IHSG yang sempat berada di bawah target support (4.420-4.436) gagal kembali ke target tersebut, sehingga memberikan gambaran negatif pada IHSG. Bahkan, positifnya laju bursa saham Asia dan pembukaan pasar Eropa menjadi tidak terlalu diperhatikan," kata Reza.
Lihat saja, sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level 4.455,16 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.371,03 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4.380,64.
Volume perdagangan naik dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan penurunan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
Dari luar negeri, bursa saham Eropa yang di awal sesi bergerak menguat, sampai dengan saat ini berbalik melemah seiring respon negatif pelaku pasar terhadap rilis beberapa kinerja emiten yang mengalami pelemahan antara lain Norsk Hydro ASA., dan Infineon Technologies AG. Adanya rilis inflasi Jerman yang stabil tidak banyak direspon positif.
"Pelemahan terbatas akan sulit tercapai dengan negatifnya sentimen yang justru datang dari dalam negeri. Aksi jual masih akan berlanjut dan akan berpengaruh pada masih melemahnya IHSG," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Rabu (13/11/2013).
Dahsyatnya dampak dari kenaikan BI Rate dari level 7,25 persen menjadi 7,5 persen terlihat pada laju IHSG kemarin yang awalnya hanya melemah tipis dan mencoba untuk rebound, jelang sore hari berubah menjadi pelemahan setelah tertekan oleh kenaikan BI Rate tersebut.
Kenaikan BI Rate ini tentunya dipersepsikan bahwa kondisi makro ekonomi Indonesia yang belum akan membaik dan terutama timbul juga penilaian bahwa masih akan tingginya inflasi hingga akhir tahun.
Pelaku pasar yang di awal lebih banyak wait and see dan mungkin sempat berspekulasi masuk pasar seiring dengan positifnya laju bursa saham Asia, di sesi sore hari ramai-ramai melakukan aksi jual sehingga IHSG terhempas dari target support-nya di level 4.400an.
"Laju IHSG yang sempat berada di bawah target support (4.420-4.436) gagal kembali ke target tersebut, sehingga memberikan gambaran negatif pada IHSG. Bahkan, positifnya laju bursa saham Asia dan pembukaan pasar Eropa menjadi tidak terlalu diperhatikan," kata Reza.
Lihat saja, sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level 4.455,16 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.371,03 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4.380,64.
Volume perdagangan naik dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan penurunan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
Dari luar negeri, bursa saham Eropa yang di awal sesi bergerak menguat, sampai dengan saat ini berbalik melemah seiring respon negatif pelaku pasar terhadap rilis beberapa kinerja emiten yang mengalami pelemahan antara lain Norsk Hydro ASA., dan Infineon Technologies AG. Adanya rilis inflasi Jerman yang stabil tidak banyak direspon positif.
(rna)