Hatta sebut Mentan salah baca data BPS
A
A
A
Sindonews.com - Mahalnya harga daging sapi sepanjang 2013, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa menuding Menteri Pertanian Suswono salah menerjemahkan data populasi sapi.
Seperti diketahui, sensus sapi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut populasi sapi di Indonesia sebanyak 14 juta ekor.
Namun, Hatta menyayangkan Suswono salah dalam membaca data BPS tersebut dengan mengubah angka rekomendasi impor dari 400 ribu ton menjadi 80 ribu ton.
"Data BPS tersebut diterjemahkan Mentan (Suswono) untuk mengurangi rekomendasi impor dari yang tadinya 400 ribu ton jadi 80 ribu ton," ujar Hatta di Gedung Lemhannas, Jakarta, Kamis (14/11/2013).
Sehingga, yang terjadi lonjakan harga karena pasokan daging dalam negeri masih kurang, lantaran banyak peternak yang memotong sapi peliharaannya.
"Ketika impor tersebut diputuskan harga daging melonjak dari Rp60 ribu menjadi Rp80 ribu per kilogram (kg). Peternak sapi jual sapi potongnya, harga enggak juga turun," imbuh dia.
Yang lebih parah lagi, ternyata data BPS dengan Kementerian Pertanian tersebut tidak cocok. Karena jumlah sapi potong ternyata lebih kecil dibandingkan 14 juta ekor tersebut.
"Ditambah lagi jumlah peternak sebanyak 6,5 juta, jadi rasio peternak dengan sapi adalah 1:2. Mekanisme efisien apa ini," ujarnya.
Karena itu, dia menyambut baik usulan untuk terus bekerja sama dengan negara bagian Australia yaitu Norhern Australia untuk terus menyuplai sapi ke Indonesia. Hal ini tentunya dengan terus menggenjot produksi sapi potong lokal.
"Itu ketika kita berhenti impor dari mereka, peternak sapinya malah banyak yang bangkrut. Tetapi di satu sisi kita juga harus percepat swasembada sapi," pungkas Hatta.
Seperti diketahui, sensus sapi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut populasi sapi di Indonesia sebanyak 14 juta ekor.
Namun, Hatta menyayangkan Suswono salah dalam membaca data BPS tersebut dengan mengubah angka rekomendasi impor dari 400 ribu ton menjadi 80 ribu ton.
"Data BPS tersebut diterjemahkan Mentan (Suswono) untuk mengurangi rekomendasi impor dari yang tadinya 400 ribu ton jadi 80 ribu ton," ujar Hatta di Gedung Lemhannas, Jakarta, Kamis (14/11/2013).
Sehingga, yang terjadi lonjakan harga karena pasokan daging dalam negeri masih kurang, lantaran banyak peternak yang memotong sapi peliharaannya.
"Ketika impor tersebut diputuskan harga daging melonjak dari Rp60 ribu menjadi Rp80 ribu per kilogram (kg). Peternak sapi jual sapi potongnya, harga enggak juga turun," imbuh dia.
Yang lebih parah lagi, ternyata data BPS dengan Kementerian Pertanian tersebut tidak cocok. Karena jumlah sapi potong ternyata lebih kecil dibandingkan 14 juta ekor tersebut.
"Ditambah lagi jumlah peternak sebanyak 6,5 juta, jadi rasio peternak dengan sapi adalah 1:2. Mekanisme efisien apa ini," ujarnya.
Karena itu, dia menyambut baik usulan untuk terus bekerja sama dengan negara bagian Australia yaitu Norhern Australia untuk terus menyuplai sapi ke Indonesia. Hal ini tentunya dengan terus menggenjot produksi sapi potong lokal.
"Itu ketika kita berhenti impor dari mereka, peternak sapinya malah banyak yang bangkrut. Tetapi di satu sisi kita juga harus percepat swasembada sapi," pungkas Hatta.
(izz)