Ratusan profesor Indonesia-Malaysia kumpul di Bogor
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 185 profesor asal Indonesia dan Malaysia yang tergabung dalam Ikatan Profesor Indonesia-Malaysia (IPIMA) berkumpul selama tiga hari (18-20 November) di IPB International Convetion Center (IICC), Kota Bogor.
Informasi diperoleh menyebutkan, mereka akan fokus membahas permasalahan pertanian dan pangan di kedua negara. "Forum ini adalah tindak lanjut dari dideklarasikannya Majelis Profesor Negara (MPN) Malaysia dan Asosiasi Profesor Indonesia (API) pada Maret 2013 lalu," kata Wakil Ketua API Fasli Djalal, Senin (18/11/2013).
Lebih lanjut ia menjelaskan, isu pertanian dan pangan ini merupakan salah satu bagian dari agenda IPIMA dalam memberikan kontribusi pemikiran yang berharga guna merumuskan terhadap permasalahan di masing-masing negara.
"Bidang pertanian masih memegang peranan sangat penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia maupun Malaysia, karena sebagian besar penduduknya bekerja dan menggantungkan hidupnya pada sektor ini," terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, sejauh ini Indonesia dan Malaysia menghadapi permasalahan yang sama yaitu bagaimana membuat pertanian sebagai usaha yang menarik sehingga mengurangi terjadinya migrasi penduduk ke kota sekaligus menjaga agar usaha pertanian tetap menerapkan prinsip-prinsi keberlanjutan dan kearifan lokasl.
"Forum IPIMA 2013 mengambil tema 'pertanian dan kedaulatan pangan (agriculture dan food sovereignty) sangat relevan dan penting untuk dibahas karena terkait dengan kebutuhan hidup mendasar," katanya.
Sementara itu Ketua Majelis Profesor Negara (MPN) Malaysia, Raduan mengatakan di negaranya profesor-profesor ini sangat menentukan arah kebijakan pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
"Maka dari itu kami sangat berharap banyak dari forum ini, karena MPN merupakan bagian dari pemikir negara. Indonesia memiliki 6000 profesor sedangkan di Malaysia hanya 2500. Pemikiran-pemikiran mereka sangat berharga," katanya.
Menurutnya forum IPIMA membahas pertanian dan kedaulatan pangan sangatlah tepat guna mengidentifikasi situasi pertanian dan ketahanan/kedaulatan pangan di Indonesia-Malaysia.
"Kemudian forum ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi ancama ketersediaan pangan bersama. Tak hanya perlu juga identifikasi faktor-faktor yang mengancam ketersediaan dan keamanan pangan bersama," terangnya.
Pihaknya juga berharap forum ini dalam langsung merancang action plann bersama guna menangani isu pertanian dan ketahanan pangan dalam menjamin penghidupan yang mapan dan lestari.
Informasi diperoleh menyebutkan, mereka akan fokus membahas permasalahan pertanian dan pangan di kedua negara. "Forum ini adalah tindak lanjut dari dideklarasikannya Majelis Profesor Negara (MPN) Malaysia dan Asosiasi Profesor Indonesia (API) pada Maret 2013 lalu," kata Wakil Ketua API Fasli Djalal, Senin (18/11/2013).
Lebih lanjut ia menjelaskan, isu pertanian dan pangan ini merupakan salah satu bagian dari agenda IPIMA dalam memberikan kontribusi pemikiran yang berharga guna merumuskan terhadap permasalahan di masing-masing negara.
"Bidang pertanian masih memegang peranan sangat penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia maupun Malaysia, karena sebagian besar penduduknya bekerja dan menggantungkan hidupnya pada sektor ini," terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, sejauh ini Indonesia dan Malaysia menghadapi permasalahan yang sama yaitu bagaimana membuat pertanian sebagai usaha yang menarik sehingga mengurangi terjadinya migrasi penduduk ke kota sekaligus menjaga agar usaha pertanian tetap menerapkan prinsip-prinsi keberlanjutan dan kearifan lokasl.
"Forum IPIMA 2013 mengambil tema 'pertanian dan kedaulatan pangan (agriculture dan food sovereignty) sangat relevan dan penting untuk dibahas karena terkait dengan kebutuhan hidup mendasar," katanya.
Sementara itu Ketua Majelis Profesor Negara (MPN) Malaysia, Raduan mengatakan di negaranya profesor-profesor ini sangat menentukan arah kebijakan pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
"Maka dari itu kami sangat berharap banyak dari forum ini, karena MPN merupakan bagian dari pemikir negara. Indonesia memiliki 6000 profesor sedangkan di Malaysia hanya 2500. Pemikiran-pemikiran mereka sangat berharga," katanya.
Menurutnya forum IPIMA membahas pertanian dan kedaulatan pangan sangatlah tepat guna mengidentifikasi situasi pertanian dan ketahanan/kedaulatan pangan di Indonesia-Malaysia.
"Kemudian forum ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi ancama ketersediaan pangan bersama. Tak hanya perlu juga identifikasi faktor-faktor yang mengancam ketersediaan dan keamanan pangan bersama," terangnya.
Pihaknya juga berharap forum ini dalam langsung merancang action plann bersama guna menangani isu pertanian dan ketahanan pangan dalam menjamin penghidupan yang mapan dan lestari.
(gpr)