BI: Saatnya akselerasi UMKM jelang AEC 2015
A
A
A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) menılaı sudah saatnya mengakselerasi kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) jelang implementasi Asean Economic Comunity (AEC) 2015 mendatang.
"Ketika AEC diimplemetasikan, barang dan jasa dari seluruh Asean akan mengalir bebas tanpa hambatan. Di Asean ada 617,5 juta jiwa dengan PDB sebesar USD2,1 triliun. Bisakah UKM kita memanfaatkan? Atau kita hanya jadi target pasar?" ujar Gubernur BI Agus Martowardojo, sepertı yang dıbacakan perwakılan Bank Indonesıa Wılayah VI Jawa Barat, Nıta Yosıta dı kampus UPI, Bandung, Sabtu (23/11/2013).
Untuk menjadi pemain andal, kata Nıta, potensi UMKM harus bisa diangkat dan diperkaya dengan optimal. Begitu juga dengan jumlah wirausaha masih terbatas hanya sebanyak 1,56 persen dari jumlah penduduk. "Jauh di bawah Malaysia, Thailand dan Singapura yang sudah di atas 4 persen," terangnya.
Hal penting perlu dicermati pelaku UMKM saat ini, lanjut Nita, adalah menyesuaikan karakter usaha yang bisa mengakomodasi kebutuhan perubahan karakteristik masyarakat dari midle income ke upper income.
"Pasar domestik membesar. Ketika kelas menangah besar maka struktur permintaan barang makin beragam. Masalahnya pemenuhan masih lambat, jadi harus impor. Akhirnya transaksi berjalan defisit hingga 9 bulan sejak kuartal keempat 2011," tandasnya.
"Ketika AEC diimplemetasikan, barang dan jasa dari seluruh Asean akan mengalir bebas tanpa hambatan. Di Asean ada 617,5 juta jiwa dengan PDB sebesar USD2,1 triliun. Bisakah UKM kita memanfaatkan? Atau kita hanya jadi target pasar?" ujar Gubernur BI Agus Martowardojo, sepertı yang dıbacakan perwakılan Bank Indonesıa Wılayah VI Jawa Barat, Nıta Yosıta dı kampus UPI, Bandung, Sabtu (23/11/2013).
Untuk menjadi pemain andal, kata Nıta, potensi UMKM harus bisa diangkat dan diperkaya dengan optimal. Begitu juga dengan jumlah wirausaha masih terbatas hanya sebanyak 1,56 persen dari jumlah penduduk. "Jauh di bawah Malaysia, Thailand dan Singapura yang sudah di atas 4 persen," terangnya.
Hal penting perlu dicermati pelaku UMKM saat ini, lanjut Nita, adalah menyesuaikan karakter usaha yang bisa mengakomodasi kebutuhan perubahan karakteristik masyarakat dari midle income ke upper income.
"Pasar domestik membesar. Ketika kelas menangah besar maka struktur permintaan barang makin beragam. Masalahnya pemenuhan masih lambat, jadi harus impor. Akhirnya transaksi berjalan defisit hingga 9 bulan sejak kuartal keempat 2011," tandasnya.
(dmd)