UOB Indonesia targetkan aset 2015 capai Rp100 T
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank UOB Indonesia menargetkan peningkatan aset perusahaan akan mencapai Rp100 triliun di 2015. Perseroan akan mengejar target tersebut dengan tetap menjaga kualitas pertumbuhan di tengah tren perlambatan ekonomi.
Presiden Direktur Bank UOB Indonesia Armand B Arief menuturkan, kinerja perusahaan yang terus positif dalam dua tahun terakhir menjadi alasan dimunculkannya target tersebut. Hingga September 2013 aset perseroan sudah mencapai Rp60 triliun, dan ditargetkan di akhir tahun ini mencapai Rp68 triliun.
"Tahun 2015 kami targetkan aset mencapai Rp100 triliun. Di tahun depan bertahap kita targetkan sebesar Rp80 triliun. Namun kami tetap akan prioritaskan di kualitas kinerjanya," ujar Armand dalam workshop bersama media di Jakarta, Senin (25/11/2013).
Dia menjelaskan, dalam dua tahun terakhir perusahaan mencatat pertumbuhan dengan baik sehingga diharapkan aset juga akan terus tumbuh. Perseroan akan fokus pada pertumbuhan organik dan anorganik. Namun untuk meningkatkan aset, perseroan akan menjalankan bisnis anorganik. Seperti menggarap bisnis di lembaga keuangan lainnya.
"Selama ini kami melakukan bisnis organik saja. Namun tidak menutup kesempatan lewat anorganik, seperti akuisisi, joint venture atau lainnya. Tapi kalau sekarang belum ada," ujarnya.
Dalam bisnis organik, perseroan berusaha meningkatkan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiganya sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia (BI). Perseroan menargetkan pertumbuhan tahun depan di kisaran 16-18 persen dengan mengandalkan sektor ritel.
"Untuk angka pencapaian kredit, dari BI mengimbau pertumbuhan kredit 15-17 persen, dan kami mengikuti. Tapi sektor ritel kita masih akan tumbuh karena baru," ujar dia.
Kenaikan suku bunga kredit (BI Rate) menjadi 7,5 persen disebutnya turut menahan laju pertumbuhan kredit perseroan. Penurunan laju pertumbuhan kredit ini diprediksi masih berlanjut hingga tahun 2014. "BI Rate naik tentu ada eksposur kredit. Pasti ada perlambatan pertumbuhan kredit. Namun kami harus tetap jaga kualitas," ujar dia.
Perseroan akan memperkuat segmen retail dan segmen konsumer, dua lini bisnis kredit yang selama ini menjadi andalan. "Semua sektor akan kami perkuat. Namun andalan akan ada di ritel, komersil, dan konsumer," ujar dia.
Dalam laporan kinerja 2012, laba bersih UOB Indonesia mencapai Rp1,112 triliun atau naik 40,09 persen dari laba bersih pada 2011 yang mencapai Rp782 miliar. Kenaikan laba bersih diikuti dengan lonjakan kredit yang mencapai Rp44,476 triliun atau naik 14,43 persen dari posisi kredit pada 2011 yang mencapai Rp38,886 triliun. Sehingga Return Of Asset (ROA) perseroan tumbuh 2,60 persen pada 2012.
Presiden Direktur Bank UOB Indonesia Armand B Arief menuturkan, kinerja perusahaan yang terus positif dalam dua tahun terakhir menjadi alasan dimunculkannya target tersebut. Hingga September 2013 aset perseroan sudah mencapai Rp60 triliun, dan ditargetkan di akhir tahun ini mencapai Rp68 triliun.
"Tahun 2015 kami targetkan aset mencapai Rp100 triliun. Di tahun depan bertahap kita targetkan sebesar Rp80 triliun. Namun kami tetap akan prioritaskan di kualitas kinerjanya," ujar Armand dalam workshop bersama media di Jakarta, Senin (25/11/2013).
Dia menjelaskan, dalam dua tahun terakhir perusahaan mencatat pertumbuhan dengan baik sehingga diharapkan aset juga akan terus tumbuh. Perseroan akan fokus pada pertumbuhan organik dan anorganik. Namun untuk meningkatkan aset, perseroan akan menjalankan bisnis anorganik. Seperti menggarap bisnis di lembaga keuangan lainnya.
"Selama ini kami melakukan bisnis organik saja. Namun tidak menutup kesempatan lewat anorganik, seperti akuisisi, joint venture atau lainnya. Tapi kalau sekarang belum ada," ujarnya.
Dalam bisnis organik, perseroan berusaha meningkatkan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiganya sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia (BI). Perseroan menargetkan pertumbuhan tahun depan di kisaran 16-18 persen dengan mengandalkan sektor ritel.
"Untuk angka pencapaian kredit, dari BI mengimbau pertumbuhan kredit 15-17 persen, dan kami mengikuti. Tapi sektor ritel kita masih akan tumbuh karena baru," ujar dia.
Kenaikan suku bunga kredit (BI Rate) menjadi 7,5 persen disebutnya turut menahan laju pertumbuhan kredit perseroan. Penurunan laju pertumbuhan kredit ini diprediksi masih berlanjut hingga tahun 2014. "BI Rate naik tentu ada eksposur kredit. Pasti ada perlambatan pertumbuhan kredit. Namun kami harus tetap jaga kualitas," ujar dia.
Perseroan akan memperkuat segmen retail dan segmen konsumer, dua lini bisnis kredit yang selama ini menjadi andalan. "Semua sektor akan kami perkuat. Namun andalan akan ada di ritel, komersil, dan konsumer," ujar dia.
Dalam laporan kinerja 2012, laba bersih UOB Indonesia mencapai Rp1,112 triliun atau naik 40,09 persen dari laba bersih pada 2011 yang mencapai Rp782 miliar. Kenaikan laba bersih diikuti dengan lonjakan kredit yang mencapai Rp44,476 triliun atau naik 14,43 persen dari posisi kredit pada 2011 yang mencapai Rp38,886 triliun. Sehingga Return Of Asset (ROA) perseroan tumbuh 2,60 persen pada 2012.
(gpr)