BPR Syariah didorong jadi community bank
A
A
A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) mendorong Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) menjadi community bank di wilayah operasi kerjanya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah I Sulampua, Suhaedi mengatakan, hal ini dimaksudkan agar BPR bisa lebih dekat dengan masyarakat dan memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Karena itu, lanjut dia, BPR hendaknya lebih inovatif dalam menggali potensi dan kebutuhan masyarakat, di mana bank tersebut beroperasi.
"Community bank itu adalah bagaimana bank tumbuh bersama di tengah-tengah masyarakat. Saya yakin BPR akan tetap survive jika lebih kreatif dan inovatif. Dan ini akan berdampak pada percepatan pertumbuhan," katanya, Senin (2/12/2013).
Berdasarkan data BI, perkembangan BPRS di triwulan III/2013 menunjukan kinerja yang masih cukup baik. Hal ini terindikasi dari pertumbuhan aset. Di mana aset perbankan kelompok BPRS mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 18,17 persen (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,53 persen (yoy) atau menjadi Rp1,18 triliun.
Sementara, perkembangan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit atau pembiayaan tercatat bertumbuh, namun melambat. Dari sisi penghimpunan DPK, BPRS mengalami pelambatan pertumbuhan dari 19,61 persen (yoy) pada triwulan II/2013 menjadi 28,01 persen (yoy) pada triwulan III/2013.
Untuk penyaluran kredit atau pembiayan melambat dari 27,36 persen di triwulan II/2013 menjadi 30,59 persen di triwulan III/2013.
Menurut Suhaedi, perlambatan pertumbuhan BPRS tak terlepas dari kondisi ekonomi yang juga melambat secara nasional. Sehingga berdampak pada sektor perbankan. Selain itu, ketersediaan dana juga semakin terbatas.
"Dana terbatas jadi ada perlambatan penyerapan dana. Dana ini kan juga untuk penyaluran kredit. Nah, dengan terbatasnya dana, otomatis bank yang bersangkutan tidak bisa memberikan kredit yang terlalu banyak," jelasnya.
Karena itu, kata dia, BPR mesti lebih inovatif dalam menggali potensi yang ada dalam masyarakat. "Namun yang terpenting dalam kondisi sekarang, bank makin selektif mengelola kredit sehingga resiko kredit macet bisa dikendalikan," pungkasnya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Wilayah I Sulampua, Suhaedi mengatakan, hal ini dimaksudkan agar BPR bisa lebih dekat dengan masyarakat dan memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Karena itu, lanjut dia, BPR hendaknya lebih inovatif dalam menggali potensi dan kebutuhan masyarakat, di mana bank tersebut beroperasi.
"Community bank itu adalah bagaimana bank tumbuh bersama di tengah-tengah masyarakat. Saya yakin BPR akan tetap survive jika lebih kreatif dan inovatif. Dan ini akan berdampak pada percepatan pertumbuhan," katanya, Senin (2/12/2013).
Berdasarkan data BI, perkembangan BPRS di triwulan III/2013 menunjukan kinerja yang masih cukup baik. Hal ini terindikasi dari pertumbuhan aset. Di mana aset perbankan kelompok BPRS mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 18,17 persen (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,53 persen (yoy) atau menjadi Rp1,18 triliun.
Sementara, perkembangan dana pihak ketiga (DPK) dan kredit atau pembiayaan tercatat bertumbuh, namun melambat. Dari sisi penghimpunan DPK, BPRS mengalami pelambatan pertumbuhan dari 19,61 persen (yoy) pada triwulan II/2013 menjadi 28,01 persen (yoy) pada triwulan III/2013.
Untuk penyaluran kredit atau pembiayan melambat dari 27,36 persen di triwulan II/2013 menjadi 30,59 persen di triwulan III/2013.
Menurut Suhaedi, perlambatan pertumbuhan BPRS tak terlepas dari kondisi ekonomi yang juga melambat secara nasional. Sehingga berdampak pada sektor perbankan. Selain itu, ketersediaan dana juga semakin terbatas.
"Dana terbatas jadi ada perlambatan penyerapan dana. Dana ini kan juga untuk penyaluran kredit. Nah, dengan terbatasnya dana, otomatis bank yang bersangkutan tidak bisa memberikan kredit yang terlalu banyak," jelasnya.
Karena itu, kata dia, BPR mesti lebih inovatif dalam menggali potensi yang ada dalam masyarakat. "Namun yang terpenting dalam kondisi sekarang, bank makin selektif mengelola kredit sehingga resiko kredit macet bisa dikendalikan," pungkasnya.
(izz)