Pertamina: Premium sisa 1 juta kl hingga akhir tahun
A
A
A
Sindonews.com - Vice President Retail Marketing PT Pertamina Persero Suhartoko menyatakan, akan ada sisa kuota dari bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium tahun ini.
“Dari 29 juta kiloliter (kl) premium akan sisa 1 juta kiloliter sampai akhir tahun,” kata dia di Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Penurunan konsumsi premium yang terjadi tahun ini berlaku untuk minyak tanah atau kerosin. Sedangkan untuk solar bersubsidi terjadi over kuota. Hal tersebut terjadi karena selisih kuota solar bersubsidi, yaitu sebanyak 15,11 kl, hanya sedikit selisih dengan kuota tahun lalu.
“Sedangkan, pertumbuhan kendaraan meningkat terus,” tutur dia.
Sementara itu, pemerintah menegaskan kuota BBM bersubsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 masih di bawah kuota yang ditetapkan sebesar 48 juta kl. Hal itu disebabkan karena dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi, sehingga beralih ke BBM nonsubsidi.
“Saat ini kuota BBM masih 5 persen di bawah kuota, kecuali untuk solar,” kata Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana.
Data Kementerian ESDM menyebutkan, kebutuhan BBM secara nasional mencapai 1,5 juta barel per hari (bph). Sedangkan produksi di dalam negeri hanya 870.000 bph. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut pemerintah harus mengimpor minyak, baik mentah maupun dalam bentuk bahan bakar.
Dalam data pemerintah menyebutkan, penggunaan energi fosil cukup mendominasi 96 persen dari total kebutuhan energi nasional. Adapun, subsidi yang harus dikeluarkan sebesar Rp272 triliun pada 2013. Untuk menekan impor BBM, pemerintah telah melakukan konversi BBM ke gas.
“Dari 29 juta kiloliter (kl) premium akan sisa 1 juta kiloliter sampai akhir tahun,” kata dia di Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Penurunan konsumsi premium yang terjadi tahun ini berlaku untuk minyak tanah atau kerosin. Sedangkan untuk solar bersubsidi terjadi over kuota. Hal tersebut terjadi karena selisih kuota solar bersubsidi, yaitu sebanyak 15,11 kl, hanya sedikit selisih dengan kuota tahun lalu.
“Sedangkan, pertumbuhan kendaraan meningkat terus,” tutur dia.
Sementara itu, pemerintah menegaskan kuota BBM bersubsidi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 masih di bawah kuota yang ditetapkan sebesar 48 juta kl. Hal itu disebabkan karena dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi, sehingga beralih ke BBM nonsubsidi.
“Saat ini kuota BBM masih 5 persen di bawah kuota, kecuali untuk solar,” kata Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana.
Data Kementerian ESDM menyebutkan, kebutuhan BBM secara nasional mencapai 1,5 juta barel per hari (bph). Sedangkan produksi di dalam negeri hanya 870.000 bph. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut pemerintah harus mengimpor minyak, baik mentah maupun dalam bentuk bahan bakar.
Dalam data pemerintah menyebutkan, penggunaan energi fosil cukup mendominasi 96 persen dari total kebutuhan energi nasional. Adapun, subsidi yang harus dikeluarkan sebesar Rp272 triliun pada 2013. Untuk menekan impor BBM, pemerintah telah melakukan konversi BBM ke gas.
(rna)