ASII klaim tak terlalu terpengaruh pelemahan rupiah
A
A
A
Sindonews.com - PT Astra Internasional Indonesia Tbk (ASII) mengklaim depresiasi rupiah tidak terlalu berdampak signifikan pada seluruh kinerja perseroan.
Presiden Direktur PT Astra Internasional, Prijono Sugiarto mengatakan, depresiasi rupiah akan memberikan tekanan pada lini bisnis otomotif terutama bisnis 2W dan 4W. Namun, divisi lainnya pada non auto seperti AAL yang gain revenue di USD serta PAMA Persada yang juga gain revenue in USD, sehingga ada balancing antara depresiasi rupiah dan menguatnya USD.
"Untuk segment otomotif, rupiah sudah mencapai Rp11.000-an dan terus beranjak naik. Sehingga harus ada penyesuaian harga yang akan kami lakukan," kata Prijono kepada sejumlah media di Jakarta, Jumat (6/12/2013).
Menurutnya, dalam hal fluktuasi asing, penguatan SD terhadap rupiah mempunyai dampak yang baik serta buruk terhadap bisnis Astra. Pada Divisi Otomotif, penguatan rupiah dinilai lebih positif, namun sebaliknya pada Divisi Alat
Berat dan Pertambangan serta Agribisnis, penguatan USD akan mempunyai dampak positif.
Prijono menjelaskan, Astra tidak akan pernah meninggalkan bisnis otomotif. "Untuk itu juga paling sedikit separuh dari belanja modal kami itu adanya di bisnis otomotif," kata dia.
Pihaknya memperkirakan pada 2014, kontribusi otomotif menyumbang 60 persen pendapatan ke perseroan. Menurutnya, hal ini karena konsentrasi bisnis perseroan lebih besar pada porsi otomotif dan turunannya. "Kami juga telah membentuk tim untuk membahas kemungkinan menseriusi masuk ke sektor properti dan asuransi jiwa," paparnya.
Sektor otomotif, kata dia, kemungkinan akan didorong penjualan mobil murah dan ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC) yang beberapa waktu lalu menjadi program pemerintah.
Sementara, untuk tahap awal masuknya Astra ke dalam bisnis properti hanya untuk memaksimalkan utilisasi atau penggunaan lahan yang telah dimiliki.
"Kami memiliki lahan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, melalui anak perusahaan kami, PT Brahmayasa Bahtera, dan juga melalui pembelian lahan yang sebelumnya milik Toyota-Astra Motor, yakni sekitar 2,3-2,4 hektare. Di atas lahan ini, kami akan membangun dua fungsi, pertama membangun Menara Astra melalui anak perusahaan kami, PT Menara Astra," terangnya.
Prijono menuturkan, Menara Astra merupakan gedung perkantoran, dimana akan menjadi kantor pusat Astra. Kedua adalah tiga residensial tower yang menempati area bagian belakang.
Menurutnya, residensial tower tersebut direncanakan akan mempunyai 500 unit yang akan dikomersialkan. Dia mengungkap, Residensial tower tersebut beroperasi di bawah PT Brahmayasa Bahtera, sebuah entitas pengendalian bersama atau joint-venture antara Astra dengan Hong Kong Land dengan porsi kepemilikan 60:40 persen.
Presiden Direktur PT Astra Internasional, Prijono Sugiarto mengatakan, depresiasi rupiah akan memberikan tekanan pada lini bisnis otomotif terutama bisnis 2W dan 4W. Namun, divisi lainnya pada non auto seperti AAL yang gain revenue di USD serta PAMA Persada yang juga gain revenue in USD, sehingga ada balancing antara depresiasi rupiah dan menguatnya USD.
"Untuk segment otomotif, rupiah sudah mencapai Rp11.000-an dan terus beranjak naik. Sehingga harus ada penyesuaian harga yang akan kami lakukan," kata Prijono kepada sejumlah media di Jakarta, Jumat (6/12/2013).
Menurutnya, dalam hal fluktuasi asing, penguatan SD terhadap rupiah mempunyai dampak yang baik serta buruk terhadap bisnis Astra. Pada Divisi Otomotif, penguatan rupiah dinilai lebih positif, namun sebaliknya pada Divisi Alat
Berat dan Pertambangan serta Agribisnis, penguatan USD akan mempunyai dampak positif.
Prijono menjelaskan, Astra tidak akan pernah meninggalkan bisnis otomotif. "Untuk itu juga paling sedikit separuh dari belanja modal kami itu adanya di bisnis otomotif," kata dia.
Pihaknya memperkirakan pada 2014, kontribusi otomotif menyumbang 60 persen pendapatan ke perseroan. Menurutnya, hal ini karena konsentrasi bisnis perseroan lebih besar pada porsi otomotif dan turunannya. "Kami juga telah membentuk tim untuk membahas kemungkinan menseriusi masuk ke sektor properti dan asuransi jiwa," paparnya.
Sektor otomotif, kata dia, kemungkinan akan didorong penjualan mobil murah dan ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC) yang beberapa waktu lalu menjadi program pemerintah.
Sementara, untuk tahap awal masuknya Astra ke dalam bisnis properti hanya untuk memaksimalkan utilisasi atau penggunaan lahan yang telah dimiliki.
"Kami memiliki lahan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, melalui anak perusahaan kami, PT Brahmayasa Bahtera, dan juga melalui pembelian lahan yang sebelumnya milik Toyota-Astra Motor, yakni sekitar 2,3-2,4 hektare. Di atas lahan ini, kami akan membangun dua fungsi, pertama membangun Menara Astra melalui anak perusahaan kami, PT Menara Astra," terangnya.
Prijono menuturkan, Menara Astra merupakan gedung perkantoran, dimana akan menjadi kantor pusat Astra. Kedua adalah tiga residensial tower yang menempati area bagian belakang.
Menurutnya, residensial tower tersebut direncanakan akan mempunyai 500 unit yang akan dikomersialkan. Dia mengungkap, Residensial tower tersebut beroperasi di bawah PT Brahmayasa Bahtera, sebuah entitas pengendalian bersama atau joint-venture antara Astra dengan Hong Kong Land dengan porsi kepemilikan 60:40 persen.
(izz)