Jelang Imlek, harga telur terus melonjak
A
A
A
Sindonews.com - Setelah harga daging yang melonjak menjelang perayaan Imlek, giliran harga telur ayam ras yang mengalami kenaikan. Di tingkat pedagang di pasar-pasar tradisional, harga jual telur mencapai Rp18.500 per kilogramnya.
Menurut sejumlah pedagang di pasar induk Johar Semarang, kenaikan harga telur sudah terjadi sejak beberapa hari lalu.
Salah seorang pedagang telur, Tri Pamungkas mengatakan, kenaikan harga telur terjadi secara bertahap sejak Desember lalu. sebelum bulan Desember harga telur masih di kisaran Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per kilogramnya, kemudian naik secara berkala.
“Ini baru beberapa hari naik lagi, karena memang biasanya di momen-momen tertentu telur selalu mengalami kenaikan. Seperti saat ini kan waktunya Imlek dan Cap Go Meh, jadi pasti naik, sebelumnya waktu Desember mendekat Natal, itu juga naik,” katanya, Selasa (14/1/2014).
Dia mengaku pedagang seperti dirinya tidak bisa berbuat banyak, karena memang kenaikan harga telur sudah terjadi di tingkat agen yang lebih besar. ”Kalau pedagang kecil seperti saya ini kan hanya bisa ikut, kalau kita ngambilnya harganya naik, otomatis kita juga harus menaikan harga,” ujarnya.
Dengan kenaikan harga ini, Tri dan pedagang lain tidak berani berspekulasi untuk membeli telur dalam jumlah besar, karena dikhawatirkan tidak laku, ataupun tiba-tiba harga telur mengalami penurunan.
”Kita beli paling hanya untuk melayani pelanggan-pelanggan yang sudah biasa ambil (beli) di sini. Karena kalau kita stok takut tiba-tiba turun, karena memang biasanya seperti itu harganya naik turun,” tambah Nina, pedagang lain di Pasar Karangayu Semarang.
Sementara, di pasar modern (swalayan), harga telur justu naik lebih tinggi. Harga telur rata-rata sudah di kisaran Rp20 ribu hingga Rp22 ribu per kilogram.
Kenaikan harga telur yang terjadi hampir setiap bulan ini, pada bulan Desember 2013 memicu terjadinya inflasi di Jateng sebesar 7,99 persen.
Kabid Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, komoditi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi di Jawa Tengah salah satunya adalah telur ayam ras. Selain itu juga tomat, kue kering berminyak, minyak goreng, dan bahan bakar rumah tangga.
Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar 3,62 persen dan inflasi terendah terjadi pada sub padi-padian umbi-umbian sebesar 0,37 persen,” ujarnya.
Menurut sejumlah pedagang di pasar induk Johar Semarang, kenaikan harga telur sudah terjadi sejak beberapa hari lalu.
Salah seorang pedagang telur, Tri Pamungkas mengatakan, kenaikan harga telur terjadi secara bertahap sejak Desember lalu. sebelum bulan Desember harga telur masih di kisaran Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per kilogramnya, kemudian naik secara berkala.
“Ini baru beberapa hari naik lagi, karena memang biasanya di momen-momen tertentu telur selalu mengalami kenaikan. Seperti saat ini kan waktunya Imlek dan Cap Go Meh, jadi pasti naik, sebelumnya waktu Desember mendekat Natal, itu juga naik,” katanya, Selasa (14/1/2014).
Dia mengaku pedagang seperti dirinya tidak bisa berbuat banyak, karena memang kenaikan harga telur sudah terjadi di tingkat agen yang lebih besar. ”Kalau pedagang kecil seperti saya ini kan hanya bisa ikut, kalau kita ngambilnya harganya naik, otomatis kita juga harus menaikan harga,” ujarnya.
Dengan kenaikan harga ini, Tri dan pedagang lain tidak berani berspekulasi untuk membeli telur dalam jumlah besar, karena dikhawatirkan tidak laku, ataupun tiba-tiba harga telur mengalami penurunan.
”Kita beli paling hanya untuk melayani pelanggan-pelanggan yang sudah biasa ambil (beli) di sini. Karena kalau kita stok takut tiba-tiba turun, karena memang biasanya seperti itu harganya naik turun,” tambah Nina, pedagang lain di Pasar Karangayu Semarang.
Sementara, di pasar modern (swalayan), harga telur justu naik lebih tinggi. Harga telur rata-rata sudah di kisaran Rp20 ribu hingga Rp22 ribu per kilogram.
Kenaikan harga telur yang terjadi hampir setiap bulan ini, pada bulan Desember 2013 memicu terjadinya inflasi di Jateng sebesar 7,99 persen.
Kabid Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, komoditi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi di Jawa Tengah salah satunya adalah telur ayam ras. Selain itu juga tomat, kue kering berminyak, minyak goreng, dan bahan bakar rumah tangga.
Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar 3,62 persen dan inflasi terendah terjadi pada sub padi-padian umbi-umbian sebesar 0,37 persen,” ujarnya.
(gpr)