Analis: Akuisisi untungkan Pertamina, bebani PGN

Jum'at, 17 Januari 2014 - 11:49 WIB
Analis: Akuisisi untungkan...
Analis: Akuisisi untungkan Pertamina, bebani PGN
A A A
Sindonews.com - Langkah PT Pertamina (Persero) yang ingin mengakuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dipandang dapat memberi nilai positif berupa pengurangan beban subsidi pada penyediaan gas untuk masyarakat.

Hal ini karena model distribusi gas yang diterapkan PGN (memiliki kode emiten PGAS) dengan menggunakan pipa dinilai jauh lebih efisien dan efektif ketimbang model distribusi yang diterapkan Pertamina dengan tabung elpijinya.

"Distribusi yang dipakai PGN itu lebih efisien. Kalau yang dipakai Pertamina itu pakai tabung, itu investasinya besar," ujar analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya saat dihubungi Sindonews, Jumat (17/1/2014).

Bila melihat realita di lapangan, ditribusi gas dengan menggunakan pipa memang jauh lebih murah ketimbang menggunakan tabung.

Contohnya seperti jaringan pipa gas yang diterapkan di kawasan rumah susun (rusun) Bidaracina, Jatinegara, jJkarta Timur. Untuk menikmati gas yang disediakan PGN, warga hanya perlu merogoh uang Rp30 ribu-Rp60 ribu tiap bulan.

Bandingkan dengan gas dalam tabung yang disediakan Pertamina. Untuk satu tabung berukuran 3 kilogram (kg), masyarakat harus merogoh uang Rp16 ribu. Sementara untuk penggunaan normal, gas subsisdi tersebut hanya bertahan satu minggu. Artinya, masyarakat perlu mengalokasikan dana Rp64 ribu-Rp80 ribu dalam sebulan untuk membeli 4-5 tabung gas.

Padahal, pemerintah sudah menggelontorkan dana cukup besar untuk memberi subsidi gas elpiji ukuran 3 kg tersebut. Belum lagi, tabung elpiji ukuran 12 kg yang harganya sekitar Rp89 ribu-Rp120 ribu per tabung.

"Harga yang tabung (elpiji) juga sulit dikontrol karena kalau pedagang tidak mau rugi. Apalagi kalau terjadi gejolak seperti kemarin itu. Nah kalau PGN sudah gabung ke pertamina diharapkan gejolak yang seperti kemarin tidak terjadi lagi," kata William.

Senada disampaikan Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada. Menurut dia, dengan kinerja yang begitu efisien, PGN menjadi salah satu emiten yang menawarkan kinerja cukup menjanjikan bagi investor di pasar modal.

Namun jika PGN bergabung dengan Pertamina, dia khawatir, kinerja PGN yang semula baik akan terbebani Pertamina yang tengah merugi triliunan rupiah karena bisnis gasnya.

"Pelaku pasar maunya PGAS (kode emiten untuk PGN) sebagai entitas sendiri tanpa direcoki masalah di Pertamina," kata Reza.

Sekedar informasi, Pertamina sepanjang tahun lalu mencatat rugi Rp7,7 triliun dari penjualan elpiji 12 kg lantaran perseroan menjualnya dibawah harga keekonomian. Bahkan dengan kenaikan harga Rp1.000 per kg yang telah ditetapkan saat ini, Pertamina masih berpotensi mencatat rugi hingga Rp6,5 triliun pada 2014.

"Kalau bergabung dengan Pertamina, takutnya akan menjadi beban tambahan untuk PGAS," pungkas Reza.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1214 seconds (0.1#10.140)