Jepang pangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi jadi 1,4%
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Jepang mengatakan perekonomian akan tumbuh sebesar 1,4 persen pada tahun fiskal yang berakhir April 2014. Angka tersebut jauh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,6 persen. Namun, dibandingkan pertumbuhan pada tahun fiskal 2012 jauh lebih kuat sebesar 0,7 persen.
Bulan ini juga akan melihat kenaikan pajak penjualan pertama dalam 17 tahun. Sebagai peringatan, kenaikan pajak 2 persen pada 1997 telah membunuh belanja konsumen dan mengirim kembali Jepang ke dalam resesi.
Pemerintah berusaha mempertahankan pertumbuhan dengan anggaran tambahan USD54 miliar, tetapi beberapa ekonom melihat belanja konsumen yang lemah dapat menyeret pertumbuhan rendah 0,6 persen pada tahun fiskal 2014.
"Saya tidak berpikir perusahaan Jepang dapat meningkatkan biaya tenaga kerja mereka, yang berarti jumlah karyawan dan upah sebesar 3 persen. Kami memperkirakan maksimum 1,5-1,8 persen. Itu berarti pendapatan riil atau daya beli riil rumah tangga akan memburuk," kata ekonom senior JP Morgan Jepang, Masami Adachi, seperti dilansir dari CNTV, Selasa (28/1/2014).
Penurunan tajam dalam perekonomian Jepang dapat menyebabkan pemilih mempertanyakan kebijakan revitalisasi Perdana Menteri Shinzo Abe, "Abenomic", yang sejauh ini disampaikan pada janji-janjinya untuk mengakhiri deflasi dan mempertahankan pertumbuhan.
Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan surat kabar Nikkei, masyarakat umumnya mendukung kebijakan Abenomics sebanyak 54 persen dan 30 persen tidak setuju.
Bulan ini juga akan melihat kenaikan pajak penjualan pertama dalam 17 tahun. Sebagai peringatan, kenaikan pajak 2 persen pada 1997 telah membunuh belanja konsumen dan mengirim kembali Jepang ke dalam resesi.
Pemerintah berusaha mempertahankan pertumbuhan dengan anggaran tambahan USD54 miliar, tetapi beberapa ekonom melihat belanja konsumen yang lemah dapat menyeret pertumbuhan rendah 0,6 persen pada tahun fiskal 2014.
"Saya tidak berpikir perusahaan Jepang dapat meningkatkan biaya tenaga kerja mereka, yang berarti jumlah karyawan dan upah sebesar 3 persen. Kami memperkirakan maksimum 1,5-1,8 persen. Itu berarti pendapatan riil atau daya beli riil rumah tangga akan memburuk," kata ekonom senior JP Morgan Jepang, Masami Adachi, seperti dilansir dari CNTV, Selasa (28/1/2014).
Penurunan tajam dalam perekonomian Jepang dapat menyebabkan pemilih mempertanyakan kebijakan revitalisasi Perdana Menteri Shinzo Abe, "Abenomic", yang sejauh ini disampaikan pada janji-janjinya untuk mengakhiri deflasi dan mempertahankan pertumbuhan.
Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan surat kabar Nikkei, masyarakat umumnya mendukung kebijakan Abenomics sebanyak 54 persen dan 30 persen tidak setuju.
(dmd)