Mata uang negara berkembang tertekan keputusan Fed

Kamis, 30 Januari 2014 - 18:17 WIB
Mata uang negara berkembang tertekan keputusan Fed
Mata uang negara berkembang tertekan keputusan Fed
A A A
Sindonews.com - Pasar negara berkembang menghadapi tekanan kuat setelah Federal Reserve AS (Fed) memutuskan untuk memangkas kebijakan stimulus moneter mulai 1 Februari 2014. Mata uang India, Afrika Selatan dan Turki tercekik meskipun mereka menaikkan suku bunga.

Saham di Asia turun tajam dan saham Eropa melemah, memperpanjang penurunan global akibat kekhawatiran di pasar negara berkembang.

Wall Street tertekan setelah The Fed mengatakan akan mengurangi program pembelian obligasi sebesar USD10 miliar sampai USD65 miliar per bulan, mengutip kenaikan perekonomian AS.

Investor terbang atas berita kekhawatiran arus modal dari pasar negara berkembang yang telah memperoleh manfaat dari kebijakan moneter Fed, memukul negara-negara dengan defisit neraca arus besar (dealer mencari investasi yang lebih aman kembali ke rumah).

Lira Turki jatuh terhadap dolar dan euro, dengan berita Fed membayangi kenaikan suku bunga yang besar. Pergolakan politik Turki yang memicu kekhawatiran pasar, dua kali lipat suku bunga menjadi 10,0 persen pada akhir Selasa, hanya memberikan dukungan pendek untuk mata uang.

Mata uang rand Afrika Selatan terhadap dolar AS jatuh di level terendah dalam lima tahun, satu hari setelah bank sentral mengumumkan kenaikan suku bunga setengah persentase poin.

"Tingkat kenaikan (suku bunga) di Turki dan Afrika Selatan telah gagal mengangkat mata uang karena investor khawatir dampak negatif terhadap pertumbuhan di kedua negara, menambah kegugupan di pasar negara berkembang," kata Nick Stamenkovic analis RIA Capital Markets, London, seperti dilansir dari AFP, Kamis (30/1/2014).

Saldo suatu negara mengukur semua pembayaran reguler ke dan dari ekonomi dan mata uang, merupakan faktor kunci dalam kepercayaan jangka panjang.

Di sisi lain, pemerintah India berjanji akan mengambil langkah apa pun yang diperlukan untuk memastikan stabilitas di pasar keuangan. India telah mengangkat suku bunga seperempat poin untuk memperlambat inflasi. Namun, langkah itu hanya berdampak singkat pada rupee.

Dolar dan euro melemah terhadap yen karena para dealer mencari investasi yang lebih aman. Sementara sentimen mengambil pukulan lebih lanjut dari data yang menyatakan manufaktur China mengalami kontraksi pada Januari lalu.

Saham Tokyo menukik 2,45 persen dan Sydney merosot 0,78 persen. Hong Kong kehilangan 0,48 persen dalam perdagangan setengah hari sebelum liburan Tahun Baru Imlek.

Demikian pula nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD), pada perdagangan sore hari ini berakhir melemah. Rupiah berada di level Rp12.213 per USD. Posisi ini terdepresiasi 47 poin dibanding posisi penutupan pada Rabu (29/1/2014) sebesar Rp12.166 per USD. Padahal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan ditutup positif.

Di New York, Dow Jones menukik 1,15 persen, S&P 500 sebesar 1,01 persen dan Nasdaq 1,14 persen.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5612 seconds (0.1#10.140)