Pariwisata berpotensi tingkatkan kesejahteraan masyarakat
A
A
A
KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) optimis kunjungan wisatawan mancanegara akan terus meningkat. Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) daya saing pariwisata Indonesia pada 2013 meningkat menjadi ranking 70 dari 130-an negara di dunia.
Meningkatnya sektor pariwisata juga dilihat dari tumbuhnya hotel-hotel berbintang di daerah-daerah dan rencana pembangunan bandara udara konektivitas di 16 Destination Management Organization (DMO).
“Kami menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2014 kurang lebih 9,3 juta hingga 9,5 juta jiwa, dengan pertumbuhan sekitar 6-8 persen. Sementara, target wisatawan nusantara (wisnus) ditargetkan 250 juta sampai 251 juta atau tumbuh 1-1,5 persen dengan target devisa sebesar USD11 miliar,” ungkap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu dalam acara diskusi panel "Indonesia Tourism Outlook and Challenges 2014" di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Satpa Pesona, Kementerian Parekraf, Jakarta, Kamis (6/2/2014).
Lebih lanjut, Mari mengatakan, target tersebut optimis tercapai. Lantaran, kinerja pariwisata pada 2013 terbilang cukup memuaskan. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) pada 2013 sebesar 8,8 juta atau tumbuh 9,42 persen dari target 8,6 juta. Capaian 2013 ini menjadi modal positif dalam rangka pencapaian target wiman di 2014 yang penuh harapan dan tantangan.
Sementara itu, tantangan yang dihadapi pariwisata Indonesia pada 2014 masih seputar infrastruktur yang masih perlu ditingkatkan. Konektivitas penerbangan langsung dari negara sumber wisman ke destinasi unggulan di Indonesia masih perlu digenjot pula. Selain itu, kualitas produk pariwisata juga masih menjadi pekerjaan rumah, yaitu sumber daya manusi (SDM).
"Karena hampir wisatawan yang menggunakan sarana transportasi udara ini lebih besar dibanding melalui darat hingga mencapai 70 persen. Namun, walaupun begitu kita juga terus mengembangkan transportasi darat maupun laut," ungkap Mari.
Menurut Menparekraf, peningkatan konektivitas penerbangan langsung dari negara sumber wisman sangat penting untuk mendongkrak pengembangan pariwisata di Tanah Air. Inilah hal yang menjadi salah satu sebab kelemahan daya saing pariwisata Indonesia. Namun yang lebih penting selain infrastruktur yang harus diperbaiki, transportasi dan telekomunikasi, kesehatan dan kebersihan, serta keberlanjutan lingkungan juga menjadi perhatian. Pihaknya juga mendorong peningkatan kualitas produk pariwisata dengan menambah sarana dan prasarana yang memadai termasuk peningkatan jumlah penerbangan langsung tersebut.
Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Firmansyah Rahim mencontohkan, untuk membuka lokasi pariwisata baru tentu membutuhkan infrastruktur yang tentunya harus berkolaborasi dengan kementerian lainnya.
“Misalnya jalan raya harus bekerja sama dengan kementerian Pekerjaan Umum, penerbangan baru sinergi dengan kementerian perhubungan. Dengan sinergi yang akan meningkatkan pertumbuhan pariwisata," paparnya.
Sementara itu, terkait dengan target kunjungan 9,4 juta wisatawan mancanegara pada 2014 konektivitas bandara-bandara di Indonesia akan diperbaiki. "2014 kami prioritaskan konektivitas di 16 DMO (Destination Management Organization-red), yang memang menjadi destinasi yang dipromosikan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," ungkapnya.
Staf Ahli Kementerian Perhubungan Bidang Logistik dan Media, Sugiharjo membenarkan adanya prioritas konektivitas di 16 DMO, terutama di kawasan timur Indonesia yang infrastrukturnya terbatas, akan menjadi prioritas di tahun ini untuk mendorong percepatan pembangunan bandar udara.
Selain itu, menurut Sugiharjo, adanya kegiatan sailing—sebut saja Sail Komodo, Sail Wakatobi, Sail Morotai, dan sebagainya—di Indonesia juga bisa mendorong perbaikan infrastruktur dan konektivitas. "Adanya Sail Morotai, dan tahun ini Sail Raja Ampat baik untuk destinasi tersebut, mendorong pertumbuhan," ujarnya.
Jonathan L Parapak, rektor Universitas Pelita Harapan yang turut hadir dalam acara tersebut mengungkapkan perlunya pendidikan tinggi khusus untuk belajar pariwisata. Melalui pengembangan pendidikan pariwisata Indonesia akan bersaing dan lebih maju dari negara-negara lain.
Dengan begitu, lanjut Jonathan, dapat meningkatkan perolehan devisa pariwisata semakin besar, sehingga peranan pariwisata dalam menciptakan lapangan kerja, serta kesejahteraan masyarakat semakin besar pula.
[syarif wibowo/info]
Meningkatnya sektor pariwisata juga dilihat dari tumbuhnya hotel-hotel berbintang di daerah-daerah dan rencana pembangunan bandara udara konektivitas di 16 Destination Management Organization (DMO).
“Kami menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2014 kurang lebih 9,3 juta hingga 9,5 juta jiwa, dengan pertumbuhan sekitar 6-8 persen. Sementara, target wisatawan nusantara (wisnus) ditargetkan 250 juta sampai 251 juta atau tumbuh 1-1,5 persen dengan target devisa sebesar USD11 miliar,” ungkap Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu dalam acara diskusi panel "Indonesia Tourism Outlook and Challenges 2014" di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Satpa Pesona, Kementerian Parekraf, Jakarta, Kamis (6/2/2014).
Lebih lanjut, Mari mengatakan, target tersebut optimis tercapai. Lantaran, kinerja pariwisata pada 2013 terbilang cukup memuaskan. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) pada 2013 sebesar 8,8 juta atau tumbuh 9,42 persen dari target 8,6 juta. Capaian 2013 ini menjadi modal positif dalam rangka pencapaian target wiman di 2014 yang penuh harapan dan tantangan.
Sementara itu, tantangan yang dihadapi pariwisata Indonesia pada 2014 masih seputar infrastruktur yang masih perlu ditingkatkan. Konektivitas penerbangan langsung dari negara sumber wisman ke destinasi unggulan di Indonesia masih perlu digenjot pula. Selain itu, kualitas produk pariwisata juga masih menjadi pekerjaan rumah, yaitu sumber daya manusi (SDM).
"Karena hampir wisatawan yang menggunakan sarana transportasi udara ini lebih besar dibanding melalui darat hingga mencapai 70 persen. Namun, walaupun begitu kita juga terus mengembangkan transportasi darat maupun laut," ungkap Mari.
Menurut Menparekraf, peningkatan konektivitas penerbangan langsung dari negara sumber wisman sangat penting untuk mendongkrak pengembangan pariwisata di Tanah Air. Inilah hal yang menjadi salah satu sebab kelemahan daya saing pariwisata Indonesia. Namun yang lebih penting selain infrastruktur yang harus diperbaiki, transportasi dan telekomunikasi, kesehatan dan kebersihan, serta keberlanjutan lingkungan juga menjadi perhatian. Pihaknya juga mendorong peningkatan kualitas produk pariwisata dengan menambah sarana dan prasarana yang memadai termasuk peningkatan jumlah penerbangan langsung tersebut.
Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Firmansyah Rahim mencontohkan, untuk membuka lokasi pariwisata baru tentu membutuhkan infrastruktur yang tentunya harus berkolaborasi dengan kementerian lainnya.
“Misalnya jalan raya harus bekerja sama dengan kementerian Pekerjaan Umum, penerbangan baru sinergi dengan kementerian perhubungan. Dengan sinergi yang akan meningkatkan pertumbuhan pariwisata," paparnya.
Sementara itu, terkait dengan target kunjungan 9,4 juta wisatawan mancanegara pada 2014 konektivitas bandara-bandara di Indonesia akan diperbaiki. "2014 kami prioritaskan konektivitas di 16 DMO (Destination Management Organization-red), yang memang menjadi destinasi yang dipromosikan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," ungkapnya.
Staf Ahli Kementerian Perhubungan Bidang Logistik dan Media, Sugiharjo membenarkan adanya prioritas konektivitas di 16 DMO, terutama di kawasan timur Indonesia yang infrastrukturnya terbatas, akan menjadi prioritas di tahun ini untuk mendorong percepatan pembangunan bandar udara.
Selain itu, menurut Sugiharjo, adanya kegiatan sailing—sebut saja Sail Komodo, Sail Wakatobi, Sail Morotai, dan sebagainya—di Indonesia juga bisa mendorong perbaikan infrastruktur dan konektivitas. "Adanya Sail Morotai, dan tahun ini Sail Raja Ampat baik untuk destinasi tersebut, mendorong pertumbuhan," ujarnya.
Jonathan L Parapak, rektor Universitas Pelita Harapan yang turut hadir dalam acara tersebut mengungkapkan perlunya pendidikan tinggi khusus untuk belajar pariwisata. Melalui pengembangan pendidikan pariwisata Indonesia akan bersaing dan lebih maju dari negara-negara lain.
Dengan begitu, lanjut Jonathan, dapat meningkatkan perolehan devisa pariwisata semakin besar, sehingga peranan pariwisata dalam menciptakan lapangan kerja, serta kesejahteraan masyarakat semakin besar pula.
[syarif wibowo/info]
(dmd)