Peringkat BCA Finance naik jadi AAA
A
A
A
Sindonews.com - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menaikkan peringkat PT BCA Finance (BCAF) menjadi idAAA dari idAA+, dengan prospek stabil.
Pefindo juga memberikan peringkat serupa untuk sejumlah obligasi yang diterbitkan BCAF, yakni Obligasi III/2010, Obligasi IV/2011, Obligasi Berkelanjutan I tahap I/2012 dan tahap II/2013. Selain itu, juga menaikkan peringkat Obligasi Subordinasi I/2010 dari idAA menjadi idAA+.
Analis Pefindo Hendro Utamo mengatakan bahwa kenaikan peringkat tersebut mencerminkan dukungan yang sangat kuat sebagai anak usaha dari PT Bank centaral Asia Tbk (BBCA) seiring dengan meningkatnya kontribusi BCAF terhadap induk usaha.
"Peringkat itu juga mencerminkan posisi usaha yang sagant kuat di pembiayaan mobil dan kualitas aset yang sangat baik, namun peringkat dibatasi ketatnya persaingan yang mengakibatkan strategi margin yang rendah," tutur dia dalam rilisnya, Selasa (11/2/2014).
Mengenai Obligasi Berkelanjutan I/2012 tahap I seri B senilai Rp200 miliar yang akan jatuh tempo pada 9 Mei 2014, Pefindo menilai bahwa BCAF mampu melunasinya mengunakan kas masuk dan cicilan piutang pembiayaan. BCAF juga masih mempunyai fasilitas kredit yang belum digunakan dari 12 bank mencapai Rp2 triliun.
BCAF merupakan perusahaan yang bergerak di jasa pembiayaan mobil bermerek, yang memiliki 53 jaringan kantor di kota-kota besar seluruh Indonesia dan didukung jaringan perbankan BCA. Saham perusahaan sebanyak 99,6 persen dimiliki BCA dan sisanya 0,4 persen dipegang BCA Finance Ltd.
Sementara itu, Pefindo juga menegaskan peringkat AA untuk PT Toyota Astra Financial Service (TAFS) dengan prospek stabil. Selain itu, Pefindo juga memberikan peringkat serupa untuk Obligasi I seri C tahun 2011 dan Obligasi II seri B tahun 2012 yang belum jatuh tempo dengan total nilai emisi mencapai Rp1,4 triliun.
Analis pefindo Danan Dito menuturkan, peringkat tersebut mencerminkan status TAFS sebagai anak perusahaan startegis bagi pemegang saham, dominasi Toyota pada pasar penjualan mobil nasionak dan kualitas aset yang kuat. "Namun, peringkat itu dibatasi tekanan pada performa profitabilitas," ujar dia.
Pefindo juga memberikan peringkat serupa untuk sejumlah obligasi yang diterbitkan BCAF, yakni Obligasi III/2010, Obligasi IV/2011, Obligasi Berkelanjutan I tahap I/2012 dan tahap II/2013. Selain itu, juga menaikkan peringkat Obligasi Subordinasi I/2010 dari idAA menjadi idAA+.
Analis Pefindo Hendro Utamo mengatakan bahwa kenaikan peringkat tersebut mencerminkan dukungan yang sangat kuat sebagai anak usaha dari PT Bank centaral Asia Tbk (BBCA) seiring dengan meningkatnya kontribusi BCAF terhadap induk usaha.
"Peringkat itu juga mencerminkan posisi usaha yang sagant kuat di pembiayaan mobil dan kualitas aset yang sangat baik, namun peringkat dibatasi ketatnya persaingan yang mengakibatkan strategi margin yang rendah," tutur dia dalam rilisnya, Selasa (11/2/2014).
Mengenai Obligasi Berkelanjutan I/2012 tahap I seri B senilai Rp200 miliar yang akan jatuh tempo pada 9 Mei 2014, Pefindo menilai bahwa BCAF mampu melunasinya mengunakan kas masuk dan cicilan piutang pembiayaan. BCAF juga masih mempunyai fasilitas kredit yang belum digunakan dari 12 bank mencapai Rp2 triliun.
BCAF merupakan perusahaan yang bergerak di jasa pembiayaan mobil bermerek, yang memiliki 53 jaringan kantor di kota-kota besar seluruh Indonesia dan didukung jaringan perbankan BCA. Saham perusahaan sebanyak 99,6 persen dimiliki BCA dan sisanya 0,4 persen dipegang BCA Finance Ltd.
Sementara itu, Pefindo juga menegaskan peringkat AA untuk PT Toyota Astra Financial Service (TAFS) dengan prospek stabil. Selain itu, Pefindo juga memberikan peringkat serupa untuk Obligasi I seri C tahun 2011 dan Obligasi II seri B tahun 2012 yang belum jatuh tempo dengan total nilai emisi mencapai Rp1,4 triliun.
Analis pefindo Danan Dito menuturkan, peringkat tersebut mencerminkan status TAFS sebagai anak perusahaan startegis bagi pemegang saham, dominasi Toyota pada pasar penjualan mobil nasionak dan kualitas aset yang kuat. "Namun, peringkat itu dibatasi tekanan pada performa profitabilitas," ujar dia.
(rna)