Sulsel tak butuh impor beras premium
A
A
A
Sindonews.com - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Syahrul Yasin Limpo menegaskan, Sulsel tidak butuh impor beras jenis premium. Over stok yang terjadi di daerah ini mampu memenuhi kebutuhan daerah dan beberapa wilayah lain di Indonesia.
Menurutnya, saat ini yang harus diupayakan adalah perbaikan tata niaga beras terlebih dahulu. Adanya aturan yang jelas membuat agar pasar dalam negeri tidak terganggu.
"Sulsel ini lumbung beras, kenapa harus ada impor bahkan menyuplai beras untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) kita mampu. Kita siap untuk itu," katanya, Senin (24/2/2014).
Kepala Bulog Divre VII Sulselbar, Tommy S Sikado mengatakan, pada 2014 Bulog menargetkan penyerapan beras premium sebanyak 1.000 ton di wilayah Sulselbar. Di mana pada 2013, pihaknya hanya berhasil menyerap 300 ton.
"Tahun ini targetnya meningkat sampai tiga kali lipat lebih. Kualitas beras premium kita pun sangat bagus karena tidak memiliki patahan,” jelasnya.
Meski kebutuhan masyarakat Sulsel cukup tinggi terhadap beras jenis ini, namun dengan produksi yang ada, Tommy mengklaim Sulsel sudah mampu memenuhi kebutuhan sejumlah provinsi di tanah air khusunya di kawasan Timur Indonesia.
Sementara, harga beras premium mencapai Rp9.500 per kilogram. Untuk pemasaran, Bulog bekerja sama dengan pengusaha supermarket dan pedagang penyuplai untuk memasarkan.
"Selain itu, Bulog cukup terbantu dengan penyaluran beras premium pada koperasi BRI di Sulsel. Jaringan kerja BRI cukup luas sehingga sangat tepat," imbuh dia.
Sebelumnya, Pimpinan Wilayah BRI Makassar Ahmad Chumaidi mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan Bulog untuk membantu memasarkan beras premium yang selama ini hanya bisa diperoleh lewat UPGB (Unit Pengolahan Gabah dan Beras) dan Bulog Mart.
Masyarakat dapat memperoleh melalui koperasi BRI yang tersebar di 12 cabang. "Sebelum kerja sama ini dilakukan kami melakukan ujicoba tiga ton lebih dulu. Karena pasarnya bagus, maka kerja sama dilanjutkan. Untuk pengadaan kami tidak mematok jumlah paket beras yang akan dipasarkan, semua tergantung permintaan," pungkasnya.
Menurutnya, saat ini yang harus diupayakan adalah perbaikan tata niaga beras terlebih dahulu. Adanya aturan yang jelas membuat agar pasar dalam negeri tidak terganggu.
"Sulsel ini lumbung beras, kenapa harus ada impor bahkan menyuplai beras untuk Kawasan Timur Indonesia (KTI) kita mampu. Kita siap untuk itu," katanya, Senin (24/2/2014).
Kepala Bulog Divre VII Sulselbar, Tommy S Sikado mengatakan, pada 2014 Bulog menargetkan penyerapan beras premium sebanyak 1.000 ton di wilayah Sulselbar. Di mana pada 2013, pihaknya hanya berhasil menyerap 300 ton.
"Tahun ini targetnya meningkat sampai tiga kali lipat lebih. Kualitas beras premium kita pun sangat bagus karena tidak memiliki patahan,” jelasnya.
Meski kebutuhan masyarakat Sulsel cukup tinggi terhadap beras jenis ini, namun dengan produksi yang ada, Tommy mengklaim Sulsel sudah mampu memenuhi kebutuhan sejumlah provinsi di tanah air khusunya di kawasan Timur Indonesia.
Sementara, harga beras premium mencapai Rp9.500 per kilogram. Untuk pemasaran, Bulog bekerja sama dengan pengusaha supermarket dan pedagang penyuplai untuk memasarkan.
"Selain itu, Bulog cukup terbantu dengan penyaluran beras premium pada koperasi BRI di Sulsel. Jaringan kerja BRI cukup luas sehingga sangat tepat," imbuh dia.
Sebelumnya, Pimpinan Wilayah BRI Makassar Ahmad Chumaidi mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan Bulog untuk membantu memasarkan beras premium yang selama ini hanya bisa diperoleh lewat UPGB (Unit Pengolahan Gabah dan Beras) dan Bulog Mart.
Masyarakat dapat memperoleh melalui koperasi BRI yang tersebar di 12 cabang. "Sebelum kerja sama ini dilakukan kami melakukan ujicoba tiga ton lebih dulu. Karena pasarnya bagus, maka kerja sama dilanjutkan. Untuk pengadaan kami tidak mematok jumlah paket beras yang akan dipasarkan, semua tergantung permintaan," pungkasnya.
(izz)