IRESS: Hilirisai ciptakan nilai tambah berlipat

Senin, 07 April 2014 - 16:34 WIB
IRESS: Hilirisai ciptakan...
IRESS: Hilirisai ciptakan nilai tambah berlipat
A A A
Sindonews.com - Indonesian Resources Mineral (IRESS) memproyeksikan kebijakan hilirisasi mineral akan meningkatkan nilai tambah berlipat karena mendorong tumbuhnya pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) hingga USD25,5 miliar atau sekitar Rp300 triliun.

Direktur Eksekutif IRESS Marwan Batubara mengatakan, pihaknya telah melakukan kajian mengenai manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari kebijkan hilirisasi mineral. Asumsi investasi yang diraup itu dalam pembangunan smelter pada periode 2014-2017.

“Setidaknya ada 185 proposal yang diajukan dalam membangun smelter dengan nilai USD25,5 miliar atau Rp300 triliun. Sedangkan penghematan devisa di 2017 mencapai USD10,17 miliar atau Rp120 triliun,” kata Marwan di Jakarta, Senin (7/4/2014).

Dia mengatakan, dimulainya hilirisasi mengakibatkan penurunan penerimaan pajak dan royalti akibat larangan ekspor mineral mentah dalam tiga tahun mendatang sekitar Rp60-100 triliun. Namun kekurangan tersebut sangat kecil jika dibandingkan manfaat hilirisasi besar.

“Jika kebijakan hilirisasi ditunda, Indonesia justru kehilangan peningkatan nilai tambah USD268 miliar dari 2017 hingga 2023,” kata Marwan.

Data IRESS merilis, pada periode 2008-2011 terjadi ekspor besar-besaran komoditas mineral tambang. Ekspor bijih bauksit mencapai 40 juta ton, bijih besi 13 juta ton, bijih nikel 33 juta ton dan tembaga 14 juta ton.

Sementara hampir 80 persen industri besi dan baja Indonesia masih mengendalikan scrap impor, mengimpor 500 ribu ton per tahun bahan bahan baku alumina dan impor produk tembaga USD1,28 miliar pada periode yang sama.

Dia mengungkapkan, implementasi kebijakan hilirisasi mineral, industri dalam negeri mendapat kesempatan untuk mengejar ketertinggalan. Pasalnya, kebijakan hilirisasi akan melengkapi penguasaan rantai pasokan industri nasional, sehingga memiliki struktur industri logam yang kuat.

“Hadirnya pabrik smelter mampu menyerap tenaga kerja sampai 2,4 juta orang,” ujar dia.

Sementara komitmen investasi smelter tahun lalu sekitar 165 dari foreign direct investment (FDI) meningkat tajam dibanding investasi sektor tambang 2010 sekitar USD1,9 miliar dan 2011 sebesar USD3 miliar.

Adapun besarnya FDI smelter akan membantu kondisi neraca keuangan negara yang selalu defisit dalam dua hingga tiga tahun terakhir ini. Menurut Marwan jumlah pekerja yang terlibat sat ini sekitar 1,1-1,3 persen terhadap total tenaga kerja nasional yang umumnya unskilled dan bekerja atas kontrak part time.

“Pembangunan dan pengoperasian smleter secara masif akan meberikan lapangan kerja berlipat,” kata dia.

Selain meningkatkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja baru, kebijakan hilirisasi akan menarik investasi luar negeri serta memberikan kesempatan bagi Indonesia berperan dalam tataran global dalam mengendalikan pasokan dan mempengaruhi harga mineral tertentu.

“Produk tambang daerah akan terkonsolidasi pada smelter-smelter, sehingga penyelewengan dan penyelundupan dapat di cegah,” ujar dia.

Dia juga menekankan hilirisasi akan menambah kontribusi sektor pertambangan terhadap pertumbuhan ekonomi dan GDB nasional. Hal ini akan memperbaiki struktur ekonomi dan Indonesia berubah stastus menjadi negara industri manufaktur berbasis kekayaan sumber daya mineral.

“Pada 2001-2012 kontribusi sektor pertambangan terhadap GDB yang di dominasi ekspor bahan mentah tumbuh dari 9 persen menjadi 11,2 persen,” ungkap Marwan.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0885 seconds (0.1#10.140)