P3I: RI dalam zona hyper connected consumer
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Asosiasi Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Harris Thajeb mengatakan, saat ini Indonesia sedang berada dalam zona hyper connected consumer.
Pasalnya, jika dulu konsumen mendapatkan informasi dari media tradisional seperti tape, televisi, atau media cetak, saat ini mereka terhubung dengan era digital. Tentunya lebih memudahkan mereka mendapatkan informasi yang diinginkan.
"Pada era hyper connected consumers sekarang ini, konsumen terhubung dengan era digital, sehingga bisa memilih pesan iklan yang bermanfaat untuk dirinya. Akses informasi bisa didapatkan dengan mudah bahkan untuk mengambil sebuah keputusan," katanya dalam seminar Edukasi dan Perlindungan Konsumen Industri Keuangan yang Bijak dan Cermat, Senin (14/4/2014).
Menurutnya, internet menjadikan konsumen yang sebelumnya pasif menjadi aktif. Konsumen tidak hanya menerima konten, bahkan mereka bisa membuat konten itu sendiri. Meskipun dia tidak memungkiri animo periklanan terhadap televisi masih mencapai 67 persen.
"Ponsel (telepon selular) kemanapun juga kita bisa akses semua informasi yang diinginkan. Semua bisa diakses hanya dengan satu telunjuk," imbuh dia.
Harris mengatakan, jika sebelumnya interaksi periklanan dan konsumen hanya terjadi satu arah, kini konsumen bahkan bisa membagikan informasi atau melakukan subscribe. Menurutnya, saat ini antara brand dan konsumen harus terjalin kolaborasi untuk mencari keuntungan bersama.
"Brand dulu ingin dipahami konsumen, sekarang brand harus memahami konsumen. Sehingga kita tahu bahwa kita bisa kolaborasi dengan konsumen. Brand harus bisa menarik perhatian konsumen dan meningkatkan hubungan dengan mereka," pungkasnya.
Pasalnya, jika dulu konsumen mendapatkan informasi dari media tradisional seperti tape, televisi, atau media cetak, saat ini mereka terhubung dengan era digital. Tentunya lebih memudahkan mereka mendapatkan informasi yang diinginkan.
"Pada era hyper connected consumers sekarang ini, konsumen terhubung dengan era digital, sehingga bisa memilih pesan iklan yang bermanfaat untuk dirinya. Akses informasi bisa didapatkan dengan mudah bahkan untuk mengambil sebuah keputusan," katanya dalam seminar Edukasi dan Perlindungan Konsumen Industri Keuangan yang Bijak dan Cermat, Senin (14/4/2014).
Menurutnya, internet menjadikan konsumen yang sebelumnya pasif menjadi aktif. Konsumen tidak hanya menerima konten, bahkan mereka bisa membuat konten itu sendiri. Meskipun dia tidak memungkiri animo periklanan terhadap televisi masih mencapai 67 persen.
"Ponsel (telepon selular) kemanapun juga kita bisa akses semua informasi yang diinginkan. Semua bisa diakses hanya dengan satu telunjuk," imbuh dia.
Harris mengatakan, jika sebelumnya interaksi periklanan dan konsumen hanya terjadi satu arah, kini konsumen bahkan bisa membagikan informasi atau melakukan subscribe. Menurutnya, saat ini antara brand dan konsumen harus terjalin kolaborasi untuk mencari keuntungan bersama.
"Brand dulu ingin dipahami konsumen, sekarang brand harus memahami konsumen. Sehingga kita tahu bahwa kita bisa kolaborasi dengan konsumen. Brand harus bisa menarik perhatian konsumen dan meningkatkan hubungan dengan mereka," pungkasnya.
(izz)