BI Rate diperkirakan bisa naik lagi
A
A
A
Sindonews.com - Direktur Pelaksana sekaligus Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsan memperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) kemungkinan bisa kembali dinaikkan dari levelnya saat ini 7,5 persen.
"Kami memperkirakan BI Rate bisa dinaikkan 50 basis points (bps) tahun ini atau tahun depan. Tapi tidak mungkin di-cut (diturunkan)," kata dia dalam acara Media Briefing Standard Chartered Global Research, di Jakarta, Rabu (16/4/2014).
Fauzi menjelaskan, ada dua penyebab kemungkinan dinaikannya BI Rate. Pertama, prospek kenaikan suku bunga surat utang Amerika Serikat (AS) akibat tapering off. Dengan perbaikan ekonomi di AS maka Bank Sentral AS bisa mengetatkan moneter, akibatnya suku bunga surat utang AS pun akan naik.
Jika suku bunga AS naik maka BI Rate harus dijaga pada level yang menarik investor. "Ada prospek interest rate dari surat utang AS akan meningkat karena tapering," imbuhnya.
Selain ada prospek kenaikan suku bunga surat AS, BI kemungkinan menaikkan BI Rate sebagai antisipasi kenaikan harga BBM bersubsidi. Fauzi mengingatkan beban susbidi BBM dipastikan membengkak karena pelemahan rupiah. Kondisi tersebut membuat harga BBM bersubsidi jauh di bawah harga keekonomiannya.
Karena itu, dia meyakini harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan dinaikkan tahun ini atau tahun depan. Kenaikan BBM akan membuat inflasi meningkat sehingga BI Rate akan dinaikkan agar suku bunga masih di atas angka inflasi dan menarik bagi investor.
"Jika ada kenaikan harga BBM, inflasi bisa mencapai 7,5 persen dan suit bagi BI untuk menurunkan suku bunganya. Karena prospek kenaikan harga BBM, BI Rate malah bisa dinaikkan," pungkas Fauzi.
Sebagai informasi, BI Rate sudah dinaikkan sebesar 175 bps sejak Juni dari 5,75 persen menjadi 7,5 persen.
"Kami memperkirakan BI Rate bisa dinaikkan 50 basis points (bps) tahun ini atau tahun depan. Tapi tidak mungkin di-cut (diturunkan)," kata dia dalam acara Media Briefing Standard Chartered Global Research, di Jakarta, Rabu (16/4/2014).
Fauzi menjelaskan, ada dua penyebab kemungkinan dinaikannya BI Rate. Pertama, prospek kenaikan suku bunga surat utang Amerika Serikat (AS) akibat tapering off. Dengan perbaikan ekonomi di AS maka Bank Sentral AS bisa mengetatkan moneter, akibatnya suku bunga surat utang AS pun akan naik.
Jika suku bunga AS naik maka BI Rate harus dijaga pada level yang menarik investor. "Ada prospek interest rate dari surat utang AS akan meningkat karena tapering," imbuhnya.
Selain ada prospek kenaikan suku bunga surat AS, BI kemungkinan menaikkan BI Rate sebagai antisipasi kenaikan harga BBM bersubsidi. Fauzi mengingatkan beban susbidi BBM dipastikan membengkak karena pelemahan rupiah. Kondisi tersebut membuat harga BBM bersubsidi jauh di bawah harga keekonomiannya.
Karena itu, dia meyakini harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan dinaikkan tahun ini atau tahun depan. Kenaikan BBM akan membuat inflasi meningkat sehingga BI Rate akan dinaikkan agar suku bunga masih di atas angka inflasi dan menarik bagi investor.
"Jika ada kenaikan harga BBM, inflasi bisa mencapai 7,5 persen dan suit bagi BI untuk menurunkan suku bunganya. Karena prospek kenaikan harga BBM, BI Rate malah bisa dinaikkan," pungkas Fauzi.
Sebagai informasi, BI Rate sudah dinaikkan sebesar 175 bps sejak Juni dari 5,75 persen menjadi 7,5 persen.
(izz)