Pertumbuhan industri gula nasional masih lambat

Senin, 21 April 2014 - 09:36 WIB
Pertumbuhan industri gula nasional masih lambat
Pertumbuhan industri gula nasional masih lambat
A A A
Sindonews.com - Pertumbuhan industri gula nasional masih lambat. Kondisi ini harus menjadi perhatian serius karena implementasi ASEAN Economic Community (Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA) tahun 2015 sudah di depan mata.

Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI) Subiyono mengatakan, ke depan tandatangan industri gula nasional semakin berat. Dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa, konsumsi gula terus meningkat, namun di sisi lain pertumbuhan produksi lambat.

”Semua pemain industri gula nasional harus bergegas, apalagi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata,” kata Subiyono di Surabaya, Senin (21/4/2014).

Kondisi saat ini, sulit untuk bersaing dalam MEA, khususnya dengan Thailand yang kini menjadi salah satu eksportir utama gula dunia. Sebagai perbandingan, produksi gula di Thailand mencapai 10,6 juta ton per tahun, sedangkan Indonesia pada 2013 mencatat produksi gula 2,55 juta ton. Rendemen (kadar gula dalam tebu) Thailand mencapai 11,82 persen, sedangkan Indonesia hanya di level 7 persen.

”Kapasitas total pabrik gula di Thailand sekitar 940 ribu ton tebu per hari (tons of cane per day/TCD), masih jauh di atas Indonesia yang berkisar 205 ribu TCD,” jelas Subiyono.

Ekspor gula Thailand mencapai 8 juta ton, di mana 30 persen di antaranya mengalir ke Indonesia. Adapun Indonesia adalah importir gula, terutama untuk memenuhi kebutuhan gula industri yang meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Subiyono menuturkan, industri gula nasional belum efisien, terbukti dari biaya produksi gula yang masih mahal dibanding gula impor. Indonesia juga belum serius menggarap diversifikasi produk turunan tebu non-gula, seperti bioetanol dan listrik dari ampas tebu melalui program co-generation. Padahal, di Brazil, India atau Thailand, diversifikasi produk sudah menjadi andalan pendapatan industri berbasis tebu.

Industri gula nasional juga belum optimal. Kapasitas giling dari 62 pabrik gula di Indonesia mencapai 205 ribu ton TCD. Dengan asumsi 170 hari giling dan rendemen 9 persen, maka produksi gula seharusnya 3,1 juta ton. Faktanya, kini produksi gula konsumsi hanya di kisaran 2,5 juta ton.

"Untuk mendorong daya saing industri gula nasional, kuncinya ada pada tiga hal, yaitu efisiensi, diversifikasi dan optimalisasi alias EDO. Tiga hal itu harus dilakukan bersamaan karena memang saling memengaruhi," tukas dia.

Di Indonesia, diversifikasi produk belum digarap serius. Padahal, setiap 1 ton tebu setelah diproses bisa menghasilkan surplus listrik 100 kWh, bioetanol sebanyak 12 liter dan biokompos sebanyak 40 kilogram (kg).
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5075 seconds (0.1#10.140)