Karyawan BTN se-Jatim siap serbu Jakarta
A
A
A
Sindonews.com - Proses akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) ke PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) semakin tak menentu. Karyawan Bank BTN memutuskan untuk mengepung Tugu Monas sebagai bukti keseriusan penolakan terhadap akuisisi.
“Tanggal 27 April ini, kami memutuskan akan long march ke Jakarta dengan titik pertemuan di Monas,” kata Ketua DPW Serikat Pekerja (SP) Bank BTN Jatim, Wahyudi Joko di kantornya, Selasa (22/4/2014).
Wahyudi mengatakan, saat ini semua kebutuhan aksi telah dipersiapkan, cabang-cabang yang ada di Jatim bersiap-siap membuat atribut hingga proses mendatangi Jakarta.
Bahkan, kendaraan yang akan dinaiki juga disiapkan, mulai bus, kereta api, hingga angkutan udara. Dari laporan sementara, ada sekitar 5.000 karyawan yang akan turun. Mereka sudah sepakat untuk memperjuangkan hak-haknya yang akan diambil.
Bahkan, beberapa pengusaha mulai mendukung langkah-langkah yang akan diambil karyawan BTN, di antaranya Asosiasi Pengembang Rumah Sederhana dan REI Jatim. Mereka mendukung karena apa yang dilakukan pemerintah tidak sesuai dengan ketentuan, apalagi BTN masuk dalam kategori bank sehat.
Selain itu, langkah DPW SP BTN Jatim adalah menginstruksikan cabang-cabang BTN se-Jatim untuk memasang spanduk penolakan akuisisi. Dalam spanduk akan tertulis pertahankan saham RI di BTN sebesar 60,14 persen. Ini dilakukan sebagai jalan untuk menghadapi kebijakan BI yang bertekat mengakuisisi BTN.
Bahkan, karyawan-karyawan cabang BTN juga bergerak untuk menggalang dukungan dari nasabah, mulai dari corporate maupun perseorangan. Karena, dari laporan yang masuk banyak masyarakat yang menolak akuisisi, karena akuisisi akan merugikan masyarakat secara luas dalam proses perbankan.
Saat ini, lanjut Wahyudi, cabang BTN juga mulai menginventarisir dana pihak ketiga yang keluar akibat isu akuisisi. Pendataan ini dilakukan kepada nasabah coporate maupun individu. Karena, banyak nasabah yang memilih keluar dari BTN karena kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam hal akuisisi.
“Dari cabang Surabaya dengan Sidoarjo saja, potensi nasabah yang keluar cukup banyak. Ada sekitar 800 hingga 900 nasabah dari corporate dan perseorangan. Data ini mulai sembilan hari ke belakang,” ungkapnya.
Jika nasabah-nasabah ini benar-benar lepas, Wahyudi menegaskan akan ada insiden yang memalukan. Bank BTN memastikan tidak akan bisa memenuhi target yang ditetapkan manajemen. Sebab, isu akuisisi yang dihembuskan Kementerian BUMN sangat memukul Bank BTN dan nasabah.
Padahal, pada triwulan pertama ini target kredit yang dibebankan manajemen mulai terealisasi. BTN telah memenuhi sekitar 85 persen, tetapi perolehan ini bisa berubah jika gonjang-ganjing akuisisi tidak segera diselesaikan dengan baik.
“Kinerja kita itu baik, tetapi kenapa kita akan diakuisisi. Kebijakan itu akan merugikan banyak pihak,” beber Wahyudi.
“Tanggal 27 April ini, kami memutuskan akan long march ke Jakarta dengan titik pertemuan di Monas,” kata Ketua DPW Serikat Pekerja (SP) Bank BTN Jatim, Wahyudi Joko di kantornya, Selasa (22/4/2014).
Wahyudi mengatakan, saat ini semua kebutuhan aksi telah dipersiapkan, cabang-cabang yang ada di Jatim bersiap-siap membuat atribut hingga proses mendatangi Jakarta.
Bahkan, kendaraan yang akan dinaiki juga disiapkan, mulai bus, kereta api, hingga angkutan udara. Dari laporan sementara, ada sekitar 5.000 karyawan yang akan turun. Mereka sudah sepakat untuk memperjuangkan hak-haknya yang akan diambil.
Bahkan, beberapa pengusaha mulai mendukung langkah-langkah yang akan diambil karyawan BTN, di antaranya Asosiasi Pengembang Rumah Sederhana dan REI Jatim. Mereka mendukung karena apa yang dilakukan pemerintah tidak sesuai dengan ketentuan, apalagi BTN masuk dalam kategori bank sehat.
Selain itu, langkah DPW SP BTN Jatim adalah menginstruksikan cabang-cabang BTN se-Jatim untuk memasang spanduk penolakan akuisisi. Dalam spanduk akan tertulis pertahankan saham RI di BTN sebesar 60,14 persen. Ini dilakukan sebagai jalan untuk menghadapi kebijakan BI yang bertekat mengakuisisi BTN.
Bahkan, karyawan-karyawan cabang BTN juga bergerak untuk menggalang dukungan dari nasabah, mulai dari corporate maupun perseorangan. Karena, dari laporan yang masuk banyak masyarakat yang menolak akuisisi, karena akuisisi akan merugikan masyarakat secara luas dalam proses perbankan.
Saat ini, lanjut Wahyudi, cabang BTN juga mulai menginventarisir dana pihak ketiga yang keluar akibat isu akuisisi. Pendataan ini dilakukan kepada nasabah coporate maupun individu. Karena, banyak nasabah yang memilih keluar dari BTN karena kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam hal akuisisi.
“Dari cabang Surabaya dengan Sidoarjo saja, potensi nasabah yang keluar cukup banyak. Ada sekitar 800 hingga 900 nasabah dari corporate dan perseorangan. Data ini mulai sembilan hari ke belakang,” ungkapnya.
Jika nasabah-nasabah ini benar-benar lepas, Wahyudi menegaskan akan ada insiden yang memalukan. Bank BTN memastikan tidak akan bisa memenuhi target yang ditetapkan manajemen. Sebab, isu akuisisi yang dihembuskan Kementerian BUMN sangat memukul Bank BTN dan nasabah.
Padahal, pada triwulan pertama ini target kredit yang dibebankan manajemen mulai terealisasi. BTN telah memenuhi sekitar 85 persen, tetapi perolehan ini bisa berubah jika gonjang-ganjing akuisisi tidak segera diselesaikan dengan baik.
“Kinerja kita itu baik, tetapi kenapa kita akan diakuisisi. Kebijakan itu akan merugikan banyak pihak,” beber Wahyudi.
(gpr)