Penyelesaian teknis kilang Bontang rampung bulan ini
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah menargetkan penyelesaian secara teknis kilang yang akan di bangun di Bontang, Kalimantan Timur rampung bulan ini.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), A Edy Hermantoro mengatakan, spesifikasi teknis yang disusun pemerintah, antara lain jenis minyak yang akan digunakan serta petrokimia yang sesuai.
Selain itu Kementerian ESDM juga berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk mengetahui jenis minyak dan hasil olahan kilang yang banyak diimpor selama ini.
“Pemerintah akan menunjuk konsultan internasional untuk menyusun dokumen penawaran. Dokumen menggabungkan penawaran atau keinginan pemerintah, termasuk spesifikasi teknis kilang dan penawaran investor,” kata dia di Jakarta, Kamis (1/5/2014).
Dengan begitu, konsultan akan menggabungkan dari sisi investor dan dari sisi Indonesia tipe-tipe kebutuhan dan konfigurasinya seperti apa. Sebagai bentuk komitmen pemerintah menggandeng swasta, pemerintah menyediakan lahan seluas 900 hektare di Bontang, Kalimantan Timur serta tax holiday 15 tahun.
Pemerintah juga telah memperoleh kepastian pasokan bahan baku minyak mentah dari Irak sebanyak 300.000 barel per hari (bph). “Indonesia perlu membangun kilang untuk mengurangi impor BBM, menghemat devisa negara, dan menjaga stabilitas nilai tukar serta memacu pertumbuhan industri domestik dan pasar tenaga kerja,” jelas Edy.
Disisi lain, lanjut Edy, Indonesia perlu memiliki dua kilang minyak baru. Kapasitas kilang Indonesia saat ini 1,157 juta bph dengan produksi minyak Indonesia yang dapat diolah di kilang dalam negeri hanya 649.000 bph. Sedangkan kebutuhan BBM mencapai 1,257 juta barel per hari.
“Ini berarti terjadi defisit 608.000 bph. Untuk mengatasinya, Indonesia perlu memiliki dua kilang minyak baru,” tegas dia.
Kilang dalam negeri Indonesia saat ini, terutama milik PT Pertamina (Persero), yaitu kilang Dumai, Sungai Pakning, Plaju, Cepu, Balikpapan, Kasim, Cilacap, dan Balongan. Sementara kilang swasta, yaitu Tuban-TPPI dan TWU. Satu kilang swasta dalam proses pembangunan yaitu TWU II dan direncanakan akan dibangun RFCC Cilacap.
Pada 2015, kapasitas kilang Indonesia diperkirakan sebesar 1,167 juta bph, produksi minyak yang bisa diolah sebesar 719.000 bph. Kebutuhan BBM diperkirakan 1,359 juta bph, sehingga terjadi defisit 640.000 bph. Sementara 2025, kapasitas kilang diperkirakan 2,067 juta bph. Produksi minyak yang dapat diolah sekitar 1,384 juta barel, konsumsi BBM 2,012 juta barel, dan defisit 628.000 bph.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), A Edy Hermantoro mengatakan, spesifikasi teknis yang disusun pemerintah, antara lain jenis minyak yang akan digunakan serta petrokimia yang sesuai.
Selain itu Kementerian ESDM juga berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk mengetahui jenis minyak dan hasil olahan kilang yang banyak diimpor selama ini.
“Pemerintah akan menunjuk konsultan internasional untuk menyusun dokumen penawaran. Dokumen menggabungkan penawaran atau keinginan pemerintah, termasuk spesifikasi teknis kilang dan penawaran investor,” kata dia di Jakarta, Kamis (1/5/2014).
Dengan begitu, konsultan akan menggabungkan dari sisi investor dan dari sisi Indonesia tipe-tipe kebutuhan dan konfigurasinya seperti apa. Sebagai bentuk komitmen pemerintah menggandeng swasta, pemerintah menyediakan lahan seluas 900 hektare di Bontang, Kalimantan Timur serta tax holiday 15 tahun.
Pemerintah juga telah memperoleh kepastian pasokan bahan baku minyak mentah dari Irak sebanyak 300.000 barel per hari (bph). “Indonesia perlu membangun kilang untuk mengurangi impor BBM, menghemat devisa negara, dan menjaga stabilitas nilai tukar serta memacu pertumbuhan industri domestik dan pasar tenaga kerja,” jelas Edy.
Disisi lain, lanjut Edy, Indonesia perlu memiliki dua kilang minyak baru. Kapasitas kilang Indonesia saat ini 1,157 juta bph dengan produksi minyak Indonesia yang dapat diolah di kilang dalam negeri hanya 649.000 bph. Sedangkan kebutuhan BBM mencapai 1,257 juta barel per hari.
“Ini berarti terjadi defisit 608.000 bph. Untuk mengatasinya, Indonesia perlu memiliki dua kilang minyak baru,” tegas dia.
Kilang dalam negeri Indonesia saat ini, terutama milik PT Pertamina (Persero), yaitu kilang Dumai, Sungai Pakning, Plaju, Cepu, Balikpapan, Kasim, Cilacap, dan Balongan. Sementara kilang swasta, yaitu Tuban-TPPI dan TWU. Satu kilang swasta dalam proses pembangunan yaitu TWU II dan direncanakan akan dibangun RFCC Cilacap.
Pada 2015, kapasitas kilang Indonesia diperkirakan sebesar 1,167 juta bph, produksi minyak yang bisa diolah sebesar 719.000 bph. Kebutuhan BBM diperkirakan 1,359 juta bph, sehingga terjadi defisit 640.000 bph. Sementara 2025, kapasitas kilang diperkirakan 2,067 juta bph. Produksi minyak yang dapat diolah sekitar 1,384 juta barel, konsumsi BBM 2,012 juta barel, dan defisit 628.000 bph.
(gpr)