SBR mampu jaga pertumbuhan ekonomi RI
A
A
A
Sindonews.com - Saving Bonds Ritel (SBR) yang diluncurkan pemerintah hari ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah keuangan Indonesia. SBR diyakini sebagai wujud untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Karena di sini kita tahu bahwa situasi perekonomian global sampai hari ini belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan sempurna. Karena dulu sudah agak baik, kemudian turun kembali. Terlebih lagi saat ini ekonomi dunia sedang down, seperti di negara bagian Eropa dan Amerika yang dampaknya bisa dirasakan sampai Indonesia," jelas
Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati di Kantor Kementrian Keuangan, Jumat (2/5/2014).
Menurutnya, masyarakat dan pemerintah juga harus menjaga momentum ekonomi Indonesia dengan sebaik mungkin, sehingga tidak rentan terhadap ekonomi global.
"Salah satu caranya tetap menjaga pertumbuhan ekonomi pada nilai minimal di atas 5 persen. Ini menjadi penting untuk menyiapakan lapangan kerja, menjaga ketersediaan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan mengurangi kemiskinan," jelas dia.
Anny menjelaskan, pertumbuhan ekonomi harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Implikasinya adalah apabila ternyata penerimaan negara belum cukup memenuhi semua kebutuhan anggaran belanja negara, mau tidak mau belanja fiskal akan mengalami defisit.
"Di sini, SBR salah stunya untuk pembiayaan defisit pemerintah, namun harus tetap dijaga pada tingkat yang aman untuk menjaga perluasan basis investor terutama retail. Kita juga harus tetap melihat bahwa penguasaan surat belanja negara, banyak dipegang asing, maka kita harus khawatir apabila terjadi pembalikan, capital flow. Maka ini punya implikasi terhadap risiko fiskal domestik," jelasnya.
Perluasan basis investor retail menjadi penting, karena nanti akan menjadi buffer untuk meredam jika terjadi goncangan di Eropa atau Amerika. "Maka sudah menjadi kewajiban kita bila pasar domestik dapat kita jaga bersama," pungkasnya.
"Karena di sini kita tahu bahwa situasi perekonomian global sampai hari ini belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan sempurna. Karena dulu sudah agak baik, kemudian turun kembali. Terlebih lagi saat ini ekonomi dunia sedang down, seperti di negara bagian Eropa dan Amerika yang dampaknya bisa dirasakan sampai Indonesia," jelas
Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati di Kantor Kementrian Keuangan, Jumat (2/5/2014).
Menurutnya, masyarakat dan pemerintah juga harus menjaga momentum ekonomi Indonesia dengan sebaik mungkin, sehingga tidak rentan terhadap ekonomi global.
"Salah satu caranya tetap menjaga pertumbuhan ekonomi pada nilai minimal di atas 5 persen. Ini menjadi penting untuk menyiapakan lapangan kerja, menjaga ketersediaan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan mengurangi kemiskinan," jelas dia.
Anny menjelaskan, pertumbuhan ekonomi harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Implikasinya adalah apabila ternyata penerimaan negara belum cukup memenuhi semua kebutuhan anggaran belanja negara, mau tidak mau belanja fiskal akan mengalami defisit.
"Di sini, SBR salah stunya untuk pembiayaan defisit pemerintah, namun harus tetap dijaga pada tingkat yang aman untuk menjaga perluasan basis investor terutama retail. Kita juga harus tetap melihat bahwa penguasaan surat belanja negara, banyak dipegang asing, maka kita harus khawatir apabila terjadi pembalikan, capital flow. Maka ini punya implikasi terhadap risiko fiskal domestik," jelasnya.
Perluasan basis investor retail menjadi penting, karena nanti akan menjadi buffer untuk meredam jika terjadi goncangan di Eropa atau Amerika. "Maka sudah menjadi kewajiban kita bila pasar domestik dapat kita jaga bersama," pungkasnya.
(izz)