Harga emas dunia pekan depan diperkirakan jatuh
A
A
A
Sindonews.com - Harga emas di perdagangan dunia pekan depan diperkirakan turun lebih lanjut di tengah faktor teknis yang lemah dan lingkungan makroekonomi global. Perkembangan di Ukraina juga mempengaruhi harga pada minggu depan.
Dilansir dari International Business Times, Sabtu (10/5/2014), sebanyak 11 dari 24 analis yang disurvei Kitco Gold Survey mengatakan, mereka memperkirakan harga emas akan turun, sementara enam memproyeksikan harga akan naik dan tujuh analis harga tidak berubah.
Dominick Cimaglia, dealer senior dari Alliance Financial menyebutkan, pertumbuhan lemah, inflasi rendah dan permintaan fisik, sedikit membebani emas.
Sementara Sterling Smith, spesialis perdagangan berjangka dari Citibank Institutional Client Group memandang secara teknikal pasar tetap tertekan. "Dua upaya reli yang gagal mulai membebani sisi panjang pasar. Untuk saat ini, tampaknya 1.200 menjadi hasil yang jauh lebih mungkin dari USD1.400," terangnya.
Commerzbank Corporates & Markets menilai harga emas muncul sebagian besar tidak memberi kesan dan terus diperdagangkan jauh di bawah USD1.300 per ounce. Dalam hal euro, emas naik moderat lebih 930 euro per troy ounce karena dolar AS (USD) naik.
Sementara emas berjangka di AS untuk pengiriman Juni ditutup 10 sen lebih rendah pada USD1,287.60 per ounce. Harga berakhir 1 persen lebih rendah untuk satu minggu secara keseluruhan. Sementara spot emas diperdagangkan 0,1 persen menjadi USD1.288 per ounce.
Di sisi lain, permintaan emas di Asia, pasar terbesar untuk logam mulia tetap tenang minggu ini.
Premi emas di India, konsumen emas terbesar kedua di dunia, susut karena permintaan menurun pada ekspektasi relaksasi lebih lanjut dari pembatasan impor dan harga yang lebih rendah.
Sebagai perbandingan, premi di China, konsumen terkemuka melayang di sekitar USD3 per ounce. Premi di Hong Kong melayang antara 80 sen dan USD1,20 per ounce, sedangkan di Singapura dan Jepang tetap tidak berubah dari tingkat pekan lalu.
Bullion memukul USD1.315 per ounce sebanyak tiga kali selama sepekan seiring meningkatnya ketegangan antara Ukraina dan Rusia. Namun, harga turun setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan menarik pasukannya di perbatasan Ukraina.
Dilansir dari International Business Times, Sabtu (10/5/2014), sebanyak 11 dari 24 analis yang disurvei Kitco Gold Survey mengatakan, mereka memperkirakan harga emas akan turun, sementara enam memproyeksikan harga akan naik dan tujuh analis harga tidak berubah.
Dominick Cimaglia, dealer senior dari Alliance Financial menyebutkan, pertumbuhan lemah, inflasi rendah dan permintaan fisik, sedikit membebani emas.
Sementara Sterling Smith, spesialis perdagangan berjangka dari Citibank Institutional Client Group memandang secara teknikal pasar tetap tertekan. "Dua upaya reli yang gagal mulai membebani sisi panjang pasar. Untuk saat ini, tampaknya 1.200 menjadi hasil yang jauh lebih mungkin dari USD1.400," terangnya.
Commerzbank Corporates & Markets menilai harga emas muncul sebagian besar tidak memberi kesan dan terus diperdagangkan jauh di bawah USD1.300 per ounce. Dalam hal euro, emas naik moderat lebih 930 euro per troy ounce karena dolar AS (USD) naik.
Sementara emas berjangka di AS untuk pengiriman Juni ditutup 10 sen lebih rendah pada USD1,287.60 per ounce. Harga berakhir 1 persen lebih rendah untuk satu minggu secara keseluruhan. Sementara spot emas diperdagangkan 0,1 persen menjadi USD1.288 per ounce.
Di sisi lain, permintaan emas di Asia, pasar terbesar untuk logam mulia tetap tenang minggu ini.
Premi emas di India, konsumen emas terbesar kedua di dunia, susut karena permintaan menurun pada ekspektasi relaksasi lebih lanjut dari pembatasan impor dan harga yang lebih rendah.
Sebagai perbandingan, premi di China, konsumen terkemuka melayang di sekitar USD3 per ounce. Premi di Hong Kong melayang antara 80 sen dan USD1,20 per ounce, sedangkan di Singapura dan Jepang tetap tidak berubah dari tingkat pekan lalu.
Bullion memukul USD1.315 per ounce sebanyak tiga kali selama sepekan seiring meningkatnya ketegangan antara Ukraina dan Rusia. Namun, harga turun setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan menarik pasukannya di perbatasan Ukraina.
(dmd)