Obligasi tenor jangka pendek berpeluang naik

Senin, 12 Mei 2014 - 15:15 WIB
Obligasi tenor jangka pendek berpeluang naik
Obligasi tenor jangka pendek berpeluang naik
A A A
Sindonews.com - Pasar obligasi pada pekan ini diprediksi berpeluang melemah lantaran masih diwarnai sentimen global dan laju nilai tukar rupiah.

Sekretaris Umum Forum Komunikasi Certified Securities Analyst (CSA) Reza Priyambada mengatakan, potensi pelemahan lelang obligasi pada pekan ini dimungkinkan terjadi, meski pada beberapa tenor, terutama jangka pendek masih memiliki peluang naik.

"Pergerakan pasar obligasi di pekan ini akan banyak diwarnai sentimen dari global dan perhatikan pergerakan rupiah," kata dia, Senin (12/5/2014).

Menurut dia, kemungkinan aksi wait & see cenderung mengurangi aktivitas transaksi seiring belum adanya sentimen yang signifikan mampu membuat pasar obligasi cenderung menguat. Untuk itu, saran Reza, beberapa obligasi tenor jangka pendek untuk sementara waktu bisa dicermati.

Sementara pada pekan ini, pemerintah akan kembali melakukan lelang obligasi non-syariah dengan jumlah indikatif yang dilelang sebesar Rp8 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2014.

Surat Utang Negara (SUN) yang akan dilelang, yakni seri SPN12150206 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo 6 Februari 2015; seri SPN12150501 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo 1 Mei 2015; seri FR0070 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375 persen dan jatuh tempo 15 Maret 2024.

Selain itu, seri FR0071 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 9,0 persen dan jatuh tempo 15 Maret 2029 dan seri FR0068 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,375 persen dan jatuh tempo 15 Maret 2034.

Pada pekan lalu, laju pasar obligasi variatif cenderung menguat tipis. Hal itu seiring dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Reza menuturkan, penguatan yang tidak terlalu signifikan tersebut terhalangi dengan rilis Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga membuat prospek dari perekonomian Indonesia menjadi turun sementara waktu.

"Akibatnya tentu, pelaku pasar cenderung wait & see dan mengurangi aktivitas transaksinya meski pada beberapa obligasi pemerintah dan korporasi terlihat masih ada yang aktif ditransaksikan," ujar dia.

Meski begitu, rilis BI Rate tetap yang bertahan di level 7,5 persen sebagai imbas masih terjaganya inflasi dan kembali surplusnya neraca perdagangan serta turunnya credit default swaps Indonesia masih dapat mengimbangi aksi jual yang terjadi.

Sementara akibat permintaan kenaikan yield pada beberapa SUN dalam beberapa pekan terakhir memicu sepinya permintaan pada lelang surat berharga syariah negara (SBSN) pekan kemarin.

Dalam lelang pekan kemarin, permintaan yang masuk hanya Rp2,83 triliun. Dari empat seri sukuk yang ditawarkan, pemerintah hanya memenangkan tiga seri senilai Rp935 miliar. Nilai tersebut di bawah target indikatif pemerintah senilai Rp1,5 triliun.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6342 seconds (0.1#10.140)