Pemerintah dinilai bunuh industri rokok

Rabu, 14 Mei 2014 - 14:28 WIB
Pemerintah dinilai bunuh...
Pemerintah dinilai bunuh industri rokok
A A A
Sindonews.com - Kebijakan pemerintah dinilai tidak berpihak dan membuat daya beli masyarakat menurun menjadi faktor kunci rontoknya produsen-produsen rokok, terlebih rokok sigaret kretek tangan (SKT) akhir-akhir ini.

Kenyataan pahit ini memaksa produsen mengambil keputusan sulit, merumahkan para pekarja sembari berharap pemerintahan baru dapat menghidupkan kembali industri rokok SKT yang tak lain adalah kearifan lokal budaya bangsa.

"Kalau mau jujur sebenarnya sudah empat atau lima tahun terakhir ini industri rokok, khususnya SKT pada gulung tikar. Karena kebijakan pemerintah memang membunuh industri-industri rokok," kata Wakil Ketua Umum Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia (Formasi) Ahmad Guntur, Rabu (14/5/2014).

Menurutnya, industri rokok salah satu penyumbang terbesar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui cukai rokok. Pendapatan nasional dari cukai rokok mencapai Rp75 triliun di 2011, melebihi sumbangsih dari sektor tambang yang dianggap sebagai primadona.

Dia menuturkan, kebijakan cukai rokok tinggi, rencana penerapan harga cukai rokok per batang, kampanye larangan merokok, larangan iklan rokok dan kebijakan-kebijakan lainnya menjadi suatu kesatuan perangkat negara yang sengaja menghilangkan industri rokok.
Padahal, kebijakan tersebut kontra produktif karena berdampak pada pengangguran yang signifikan di masyarakat. Apalagi industri rokok SKT menyerap banyak tenaga kerja.

"Yang mati akan susah bangkit lagi. Sedangkan yang masih bertahan itu seperti pepatah, hidup segan mati tak mau. Seminggu masuk dan seminggu libur karena karyawannya dirumahkan. Tinggal menunggu waktu akan mati pula," tuturnya.

Guntuk menegaskan, produsen rokok kecil menengah saat ini hanya bergantung pada pemerintahan baru yang pro pada industri kerakyatan. "Harapan kita menunggu pemerintahan berganti. Kalau kebijakannya sama maka industri rokok khususnya SKT yang tak lain adalah kearifan lokal budaya kita akan punah dengan sendirinya," terang dia.

Hasil survei Nielsen Ritail Audit Estimates terkait tren industri rokok di Indonesia, termasuk tren SKT menegaskan bahwa sejak 2013 terjadi penurunan signifikan di segmen SKT, yakni 6-7 miliar batang dibanding tahun sebelumnya. Menurunnya penjualan membuat pangsa pasar segmen SKT pasti mengalami penurunan.

Padahal, pada tahun 2009 pangsa pasar segmen SKT mengalami peningkatan hingga 31 persen. Namun perlahan terus menurun di tahun-tahun berikutnya. Pada 2011 turun 28 persen dan pada 2013 anjlok 24 persen.

Sampoerna sebagai salah satu produsen rokok SKT juga mengalami tekanan kuat pada 2013. Terjadi penurunan penjualan akibat perubahan preferensi konsumen dewasa. Tren penurunan SKT bahkan masih terasa sampai kuartal I/2014. Secara faktual, pangsa pasar SKT Sampoerna melorot 2,9 persen dari 11,2 persen di 2012 menjadi 8,3 persen pada 2013.

"Pada 2013, penuh tantangan dengan persaingan yang semakin ketat. Perubahan selera konsumen juga sangat cepat, terutama segmen SKT," tutur Presiden Direktur Sampoerna, Paul Janelle.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0960 seconds (0.1#10.140)