Omorfa Matia Perkenalkan Pelepah Pisang ke Dunia

Kamis, 15 Mei 2014 - 13:57 WIB
Omorfa Matia Perkenalkan Pelepah Pisang ke Dunia
Omorfa Matia Perkenalkan Pelepah Pisang ke Dunia
A A A
DALAM acara Pesta Entrepreneur Muda Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah dari 13-15 Mei 2014 diikuti oleh berbagai produk lokal, salah satunya, Omorfa Matia.

Owner Omorfa Matia, Budi Krisnadi menjelaskan, Omorfa Matia artinya mata yang indah dari bahasa Yunani. Brand yang mengandalkan bahan lokal ini bisa dibilang unik dengan segala bahan dasar pembuatannya.

"Kita ingin mengangkat bahan lokal. Jadi kita pilih pisang. Kan masih jarang dimanfaatkan. Pisang itu dari mulai jantung, buah, daun kan digunakan. Nah, batangnya belum banyak dimanfaatkan, makannya kita punya produk unik, bahannya lokal tapi produknya global," jelas Budi di Jakarta, Kamis (15/5/2014).

Budi menjelaskan, awal pertama kariernya didasari atas prinsip tidak mau berkantor, dan passionnya adalah di bidang wirausaha. "Saya enggak bisa bangun pagi, enggak bisa kerja office hour, jadi lebih baik saya membuka lapangan kerja untuk orang," paparnya.

Dia melihat potensi bahan baku pisang memang bagus. Biasanya, bahannya diambil dari Garut dan sekitarnya. Menurutnya, di Garut ada perajin warga lokal, sehingga pihaknya ingin memberdayakan warga lokal untuk bekerja dengan brand-nya. Namun, masih sebatas membuat kertas saja. Belum sampai ke produk jadi yang siap dijual.

"Kami memproduksi tas wanita, dompet, cover, binder, cover mug, kotak tisu, gelang dan pernik unik lainnya," tutur dia.

Untuk range harganya sendiri di banderol sekitar USD40 sampai USD100 untuk desain original. Namun untuk special desain event ini, pihaknya bekerja sama dengan pelukis, dengan harga untuk tas Rp2 juta. Sementara, untuk cover binder kisaran RP200 ribuan, dan semua produknya limited.

Budi menceritakan, awal kariernya dia hanya memiliki modal Rp5 juta dan baru efektif berjalan usaha selama tiga bulan. Dia mengincar pangsa pasar kalangan menengah ke atas dan luar negeri.

"Kemarin titip untuk pameran di Malbourne, temen juga ada pameran di China kita titip saja. Kita juga punya toko di Bali, baru buka di sana, dan itu yang beli orang-orang bule. Untuk pusat, kita masih di Bandung," ungkapnya.

Sementara, untuk promosi salah satunya via online, instagram dan facebook. Pihaknya juga masih meriset apa saja kekurangan usahanya, dan dari sektor bahan baku juga.

"Kita juga punya rencana jangka pendek untuk meningkatkan value, dari yang harganya USD40 sampai USD100, paling tidak setelah naik kelas nanti, produk kita range nya Rp800 ribu sampai Rp2 juta. Terus kita mau membuka satu gerai lagi di Bandung yang letaknya di keramaian," ujarnya.

Untuk masalah saingan, Budi tidak terlalu mengkhawatirkan, karena tidak banyak wirausahawan yang menggunakan bahan baku pisang. Saingan yang cukup berat hanya dari sektor produk etnik. "Kita tidak merasa tersaingi, karena bahan baku yang digunakan masih jarang," katanya.

Sampai saat ini, brand yang mempekerjakan enam orang dan dibantu perajin dari Garut ini, memang peminatnya orang-orang bule yang sengaja berlibur ke Indonesia. Itu memang menjadi target Omorfa Matia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6807 seconds (0.1#10.140)