Tekad Rosita Kembangkan Bisnis Kuliner dari Kampung Sendiri
A
A
A
JAKARTA - SEBAGIAN orang tidak menyangka jika kuliner daerah menjadi bisnis makanan yang patut diperhitungkan di era kehidupan yang modern. Prospek bisnis inilah yang mendorong Rosita Yuwanasari Soewardi Wibawa (39) wanita lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) menekuni bisnis ini.
Bisnis rumah makan yang digelutinya diberi nama “Kampoeng Raos” terletak di Griya Loka BSD City Jl. Rawabuntu Utara 1 Blok UI No 13. Adapun usaha ini berawal dari kecintaannya kepada suaminya Wibawa Prasetyawan terhadap makan-makanan khas daerahnya sendiri di Bayat, Klaten, Jawa Tengah yakni “Nasi Gudang Tumpang Lethok atau lebih dikenal dengan nama “Sego Gudang Tumpang Lethok”.
Nasi ini dibuat dengan berbagai macam bumbu sedap dengan beraneka macam rebusan sayuran mentah dengan santan dibubuhi dengan bubuk kedelai padas. Makanan ini cukup populer di kampung daerah Yogyakarta dan Solo.
“Bisnis ini berawal dari kecintaan kami dengan makanan kampung utamanya Sego Gudang. Di sini kan tidak ada, karena kesulitan sering masak sendiri akhirnya munculah ide untuk bisnis ini,” tutur Rosita, saat berbincang dengan SINDO, Sabtu (24/5/2014).
Berawal dari kecintaan inilah kemudian wanita yang lahir di Klaten, Jawa Tengah 26 Juni 1975 ini mencoba mengembangkan bisnis kuliner. Tidak hanya Sego Gudang Tumpang Lethok saja yang tersedia, tapi juga terdapat makanan lain yang disuguhkan seperti Nasi Brongkos, Prol Ungkus, Ampal Jagung, Carang Gesing dan makanan ala kampung lainnya.
Brand Kampoeng Raos merupakan salah satu merek di bawah PT Transporter Indonesia miliknya. Usaha ini rencananya dijadikan sebagai pioneer dalam menyelamatkan masakan tradisional. Terutama menjaga resep-resep makanan khas kampung yang mulai ditinggalkan di jaman modern ini.
“Ada kekhawatiran jenis makanan ini mulai ditinggalkan. Di kampung saja sudah mulai sedikit yang berjualan. Dengan alasan ini niatnya ingin melestarikan makanan khas kampung kita,” kata ibu tiga anak ini.
Menurutnya, makanan tradisional seperti ini cukup potensial dikembangkan sebagai inovasi bisnis kuliner di tengah kerinduan pada kampung halaman. Terutama untuk menu makanan yang khas dan jarang lagi ditemui di kota besar.
“Modal awalnya ada beberapa set tempat duduk, outlet dan set alat masak dan makanan bernuansa tradisional. Usaha ini memang belum lama belum ada satu tahun. Targetnya pengembalian investasi 1 tahun,” kata dia yang juga berprofesi sebagai Notaris ini.
Dia mengatakan, tidak mudah mengembangkan sebuah bisnis. Agar dapat bersaing di bisnis kuliner pelaku usaha harus kreatif di dalam mengemas usahanya mulai dari produk yang dijual, kemasan dan pelayanan.
Namun di sini Kampoeng Raos memberikan konsep pelayanan yang menarik yang dinamai dengan AMPIRAN/Drive Thru Tradisional Food.
“Konsep ini dijalankan untuk menjangkau pelanggan yang menginginkan makan makanan sehat dengan konsep mudah dibawa,” lanjutnya.
Konsep lain juga diterapkan dengan memperkenalkan produk melalui Kampoeng Raos Box. Di mana tujuannya agar makanan khas kampung cepat populer dan diminati dari berbagai segmen khsususnya generasi muda.
“Berbagai upaya kreatif akan kami jalani dengan spesialisasi nasi box dan snack box. Kami juga menyediakan delivery order,” jelasnya.
Kampoeng Raos yang dikelolanya cukup laris diserbu pembeli, baik di hari-hari biasa maupun akhir pekan. Mungkin karena belum ada produk yang dijual semacam ini dan ditunjang dengan rasa yang enak, bersih dan halal.
“Walaupun tradisional tapi penyajiannya harus enak bersih dan modern. Sehingga pengunjung tertarik,” tutur Rosita.
Saat ini Rosita memiliki 4 karyawan yang bekerja di ouetlet miliknya. Ia optimis ke depan usahanya memiliki prospek yang bagus sehingga mampu merekrut pekerja dari asal daerahnya sendiri.
“Jika dilakukan dengan serius dan penuh kesungguhan, niscaya Allah akan kasih jalan,” pungkasnya.
Bisnis rumah makan yang digelutinya diberi nama “Kampoeng Raos” terletak di Griya Loka BSD City Jl. Rawabuntu Utara 1 Blok UI No 13. Adapun usaha ini berawal dari kecintaannya kepada suaminya Wibawa Prasetyawan terhadap makan-makanan khas daerahnya sendiri di Bayat, Klaten, Jawa Tengah yakni “Nasi Gudang Tumpang Lethok atau lebih dikenal dengan nama “Sego Gudang Tumpang Lethok”.
Nasi ini dibuat dengan berbagai macam bumbu sedap dengan beraneka macam rebusan sayuran mentah dengan santan dibubuhi dengan bubuk kedelai padas. Makanan ini cukup populer di kampung daerah Yogyakarta dan Solo.
“Bisnis ini berawal dari kecintaan kami dengan makanan kampung utamanya Sego Gudang. Di sini kan tidak ada, karena kesulitan sering masak sendiri akhirnya munculah ide untuk bisnis ini,” tutur Rosita, saat berbincang dengan SINDO, Sabtu (24/5/2014).
Berawal dari kecintaan inilah kemudian wanita yang lahir di Klaten, Jawa Tengah 26 Juni 1975 ini mencoba mengembangkan bisnis kuliner. Tidak hanya Sego Gudang Tumpang Lethok saja yang tersedia, tapi juga terdapat makanan lain yang disuguhkan seperti Nasi Brongkos, Prol Ungkus, Ampal Jagung, Carang Gesing dan makanan ala kampung lainnya.
Brand Kampoeng Raos merupakan salah satu merek di bawah PT Transporter Indonesia miliknya. Usaha ini rencananya dijadikan sebagai pioneer dalam menyelamatkan masakan tradisional. Terutama menjaga resep-resep makanan khas kampung yang mulai ditinggalkan di jaman modern ini.
“Ada kekhawatiran jenis makanan ini mulai ditinggalkan. Di kampung saja sudah mulai sedikit yang berjualan. Dengan alasan ini niatnya ingin melestarikan makanan khas kampung kita,” kata ibu tiga anak ini.
Menurutnya, makanan tradisional seperti ini cukup potensial dikembangkan sebagai inovasi bisnis kuliner di tengah kerinduan pada kampung halaman. Terutama untuk menu makanan yang khas dan jarang lagi ditemui di kota besar.
“Modal awalnya ada beberapa set tempat duduk, outlet dan set alat masak dan makanan bernuansa tradisional. Usaha ini memang belum lama belum ada satu tahun. Targetnya pengembalian investasi 1 tahun,” kata dia yang juga berprofesi sebagai Notaris ini.
Dia mengatakan, tidak mudah mengembangkan sebuah bisnis. Agar dapat bersaing di bisnis kuliner pelaku usaha harus kreatif di dalam mengemas usahanya mulai dari produk yang dijual, kemasan dan pelayanan.
Namun di sini Kampoeng Raos memberikan konsep pelayanan yang menarik yang dinamai dengan AMPIRAN/Drive Thru Tradisional Food.
“Konsep ini dijalankan untuk menjangkau pelanggan yang menginginkan makan makanan sehat dengan konsep mudah dibawa,” lanjutnya.
Konsep lain juga diterapkan dengan memperkenalkan produk melalui Kampoeng Raos Box. Di mana tujuannya agar makanan khas kampung cepat populer dan diminati dari berbagai segmen khsususnya generasi muda.
“Berbagai upaya kreatif akan kami jalani dengan spesialisasi nasi box dan snack box. Kami juga menyediakan delivery order,” jelasnya.
Kampoeng Raos yang dikelolanya cukup laris diserbu pembeli, baik di hari-hari biasa maupun akhir pekan. Mungkin karena belum ada produk yang dijual semacam ini dan ditunjang dengan rasa yang enak, bersih dan halal.
“Walaupun tradisional tapi penyajiannya harus enak bersih dan modern. Sehingga pengunjung tertarik,” tutur Rosita.
Saat ini Rosita memiliki 4 karyawan yang bekerja di ouetlet miliknya. Ia optimis ke depan usahanya memiliki prospek yang bagus sehingga mampu merekrut pekerja dari asal daerahnya sendiri.
“Jika dilakukan dengan serius dan penuh kesungguhan, niscaya Allah akan kasih jalan,” pungkasnya.
(gpr)