DPK Perbankan di Sulut Rp17,6 T
A
A
A
MANADO - Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Sulawesi Utara (Sulut) pada triwulan I/2014 tumbuh 9,26% secara year on year (yoy). Perbankan Sulut pada tiga bulan pertama tahun ini mampu mengumpulkan DPK sebesar Rp17,6 triliun.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Luctor Tapiheru mengatakan, kajian ekonomi regional triwulan I/2014 menyebutkan peningkatan DPK yang disertai dengan perlambatan kredit menyebabkan loan to deposit ratio (LDR) menurun.
LDR perbankan Sulut turun ke level 130,8% dari posisi triwulan sebelumnya pada level 133,18%. "Kinerja DPK perbankan Sulut ini ditopang deposito yang tumbuh 15,43% (yoy), sementara giro dan tabungan melambat atau hanya tumbuh 2,53% (yoy) dan 7,94% (yoy)," jelasnya di Manado, Senin (2/6/2014).
Menurutnya, pertumbuhan deposito menyebabkan share deposito meningkat menjadi 33,83% dari posisi triwulan sebelumnya 27,46%. Komposisi DPK perbankan Sulut masih dipegang tabungan sebesar 47,43%, sedangkan giro hanya 18,74%.
Kontribusi DPK paling besar berasal dari Manado yakni 70,65% atau Rp12,47 triliun. Pertumbuhan DPK lebih terjadi di wilayah lain di luar Manado seperti Kota Kotamobagu dan Boltim yang memiliki pangsa 7,68%, Bitung 7,41% dan Kepulauan Sangihe dan Talaud 5,61%.
"Sementara kredit pada triwulan I/2014 sedikit melambat, tumbuh 15,34% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang bertumbuh 17,64%. Tercatat pada triwulan I/2014, perbankan Sulut menyalurkan kredit sebesar Rp23,02 triliun," katanya.
Pertumbuhan kredit, lanjut dia, masih ditopang kredit konsumsi yang mencapai Rp13,96 triliun atau tumbuh 19,60%. "Kredit investasi dan modal kerja sedikit mengalami perlambatan, yakni tumbuh 11,56% dan 4,01% atau sebesar Rp6,54 triliun dan Rp2,52 triliun," tuturnya.
Dia menjelaskan, dari sektor ekonomi, penyaluran kredit produktif perbakan Sulut sebagian besar ditujukan kepada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang memiliki pangsa 26,15%. Penyaluran kredit terbesar berasal dari bank pemerintah yang mencapai Rp16,78 triliun, sisanya dari bank umum swasta.
Seperti kinerja DPK, penyaluran kredit paling besar terjadi di Manado yakni Rp14,73 triliun, disusul Kota Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur Rp2,28 triliun, Wilayah Minahasa Rp1,93 triliun, Kabupaten Kepulauan Sahinge dan Talaud Rp1,6 triliun, serta Bitung Rp1,45 triliun.
"Namun jika dilihat kinerja DPK, Kota Bitung memberikan kontribusi tertinggi yakni 20,79%," ujar Luctor.
Sementara, rasio kredit bermasalah (non performing loan/LDR) berada pada level 2,94%. Rasio NPL terutama berasal dari penurunan kualitas kredit beberapa sektor seperti pertanian, industri, listrik air dan gas, konstruksi, dan sektor angkutan dan komunaikasi yang mencatat rasio NPL berasa di atas 5%.
NPL sektor PHR yang sektor terbesar penyaluran kredit masih terjaga pada kisaran 3,28%. "Rasio NPL itu mengalami penurunan secara month to month karena pada Februari rasio NPL PHR 5,49%," pungkasnya.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Luctor Tapiheru mengatakan, kajian ekonomi regional triwulan I/2014 menyebutkan peningkatan DPK yang disertai dengan perlambatan kredit menyebabkan loan to deposit ratio (LDR) menurun.
LDR perbankan Sulut turun ke level 130,8% dari posisi triwulan sebelumnya pada level 133,18%. "Kinerja DPK perbankan Sulut ini ditopang deposito yang tumbuh 15,43% (yoy), sementara giro dan tabungan melambat atau hanya tumbuh 2,53% (yoy) dan 7,94% (yoy)," jelasnya di Manado, Senin (2/6/2014).
Menurutnya, pertumbuhan deposito menyebabkan share deposito meningkat menjadi 33,83% dari posisi triwulan sebelumnya 27,46%. Komposisi DPK perbankan Sulut masih dipegang tabungan sebesar 47,43%, sedangkan giro hanya 18,74%.
Kontribusi DPK paling besar berasal dari Manado yakni 70,65% atau Rp12,47 triliun. Pertumbuhan DPK lebih terjadi di wilayah lain di luar Manado seperti Kota Kotamobagu dan Boltim yang memiliki pangsa 7,68%, Bitung 7,41% dan Kepulauan Sangihe dan Talaud 5,61%.
"Sementara kredit pada triwulan I/2014 sedikit melambat, tumbuh 15,34% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang bertumbuh 17,64%. Tercatat pada triwulan I/2014, perbankan Sulut menyalurkan kredit sebesar Rp23,02 triliun," katanya.
Pertumbuhan kredit, lanjut dia, masih ditopang kredit konsumsi yang mencapai Rp13,96 triliun atau tumbuh 19,60%. "Kredit investasi dan modal kerja sedikit mengalami perlambatan, yakni tumbuh 11,56% dan 4,01% atau sebesar Rp6,54 triliun dan Rp2,52 triliun," tuturnya.
Dia menjelaskan, dari sektor ekonomi, penyaluran kredit produktif perbakan Sulut sebagian besar ditujukan kepada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang memiliki pangsa 26,15%. Penyaluran kredit terbesar berasal dari bank pemerintah yang mencapai Rp16,78 triliun, sisanya dari bank umum swasta.
Seperti kinerja DPK, penyaluran kredit paling besar terjadi di Manado yakni Rp14,73 triliun, disusul Kota Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur Rp2,28 triliun, Wilayah Minahasa Rp1,93 triliun, Kabupaten Kepulauan Sahinge dan Talaud Rp1,6 triliun, serta Bitung Rp1,45 triliun.
"Namun jika dilihat kinerja DPK, Kota Bitung memberikan kontribusi tertinggi yakni 20,79%," ujar Luctor.
Sementara, rasio kredit bermasalah (non performing loan/LDR) berada pada level 2,94%. Rasio NPL terutama berasal dari penurunan kualitas kredit beberapa sektor seperti pertanian, industri, listrik air dan gas, konstruksi, dan sektor angkutan dan komunaikasi yang mencatat rasio NPL berasa di atas 5%.
NPL sektor PHR yang sektor terbesar penyaluran kredit masih terjaga pada kisaran 3,28%. "Rasio NPL itu mengalami penurunan secara month to month karena pada Februari rasio NPL PHR 5,49%," pungkasnya.
(izz)