KKP Genjot Budidaya Ikan Patin
A
A
A
JAMBI - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggenjot budidaya ikan patin. Langkah ini dilakukan untuk memenuhi permintaan ikan patin di Tanah Air yang terus meningkat.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan, potensi lahan dan sumber daya di Indonesia untuk budidaya patin masih sangat besar dan sangat bisa diandalkan untuk menyamai produksi patin Vietnam.
"Bahkan apabila kita memanfaatkan dan menerapkan teknologi produksi patin bisa melebihi Vietnam," ujarnya di sela acara penebaran perdana benih patin di lokasi percontohan budidaya patin kolam dalam di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, Senin (2/6/2014).
Menurutnya, salah satu contoh pengembangan budidaya patin yang berhasil adalah di Vietnam khususnya di Sungai Mekong. Vietnam terkenal dengan budidaya patin di sepanjang aliran Sungai Mekong. Pada 2013, Vietnam mengekspor filed ikan patin 1 juta ton ke Amerika Serikat dan Uni Eropa.
"Kita di sini, khususnya di Jambi juga memiliki Sungai Batanghari yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya patin. Dan saya punya keyakinan bahwa di Sungai Batanghari ini akan menjadi sentra produksi patin di Indonesia," terangnya.
Salah satu kabupaten di wilayah provinsi Jambi yang dilalui aliran Sungai Batanghari adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang terletak di pantai timur Sumatera.
Sebagai wilayah yang dilalui aliran Sungai Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Timur berpotensi untuk pengembangan budidaya ikan patin. Salah satu sistem budidaya patin yang dapat dikembangkan di sepanjang aliran Sungai Batanghari adalah sistem budidaya patin kolam dalam.
Sistem ini, kata Slamet, memanfaatkan air pasang dari Sungai Batanghari untuk mengisi kolam di sepanjang aliran sungai sekaligus melakukan pergantian air saat surut. Menurutnya, dengan dua kali pasang surut di Sungai Batanghari, maka air kolam akan terjaga sehingga ikan patin tumbuh lebih cepat.
Selain itu, dengan teknologi budidaya patin kolam dalam, kedalaman air lebih kurang 3 meter, dan padat tebar sekitar 15 ekor/m2, dengan benih ukuran 8-10 cm, maka dalam tempo 4,5-5,5 bulan sudah dapat dihasilkan patin ukuran 500-600 gram/ekor.
Produksi budidaya ikan patin menunjukkan kenaikan signifikan. Pada 2008 produksi ikan patin mencapai 102.021 ton, meningkat menjadi 347.000 ton pada 2012.
Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Perikanan Budidaya KKP Moh Abduh Nurhidajat menambahkan, untuk mendukung peningkatan produksi patin di Provinsi Jambi, salah satu yang perlu dilakukan ketersediaan pakan, induk unggul dan benih bermutu di sekitar produksi patin.
"Untuk induk serta benih, Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi mengembangkan benih patin siam di mana produksinya bagus dan dagingnya putih. Hal berbeda dengan daging patin lokal yang cenderung berwarna merah," kata Abduh.
Sementara, untuk pakan akan dibangun pabrik pakan di Jambi. Sehingga diharapkan akan mempermudah pembudidaya mendapatkan pakan berkualitas dengan harga yang terjangkau. Kerja sama antar stakeholder di bidang budidaya patin juga akan terus ditingkatkan.
Pembudidaya patin melalui Asosiasi Pembudidaya Patin Jambi (AP2J) diharapkan dapat terus menjadi penghubung antara pembudidaya dengan pemerintah. Demikian juga kerja sama swasta maupun perbankan dapat terus memberikan dukungan kepada para pembudidaya.
"Sinergi dan kerjasama yang terus dijalin untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan perikanan budidaya dan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan, potensi lahan dan sumber daya di Indonesia untuk budidaya patin masih sangat besar dan sangat bisa diandalkan untuk menyamai produksi patin Vietnam.
"Bahkan apabila kita memanfaatkan dan menerapkan teknologi produksi patin bisa melebihi Vietnam," ujarnya di sela acara penebaran perdana benih patin di lokasi percontohan budidaya patin kolam dalam di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, Senin (2/6/2014).
Menurutnya, salah satu contoh pengembangan budidaya patin yang berhasil adalah di Vietnam khususnya di Sungai Mekong. Vietnam terkenal dengan budidaya patin di sepanjang aliran Sungai Mekong. Pada 2013, Vietnam mengekspor filed ikan patin 1 juta ton ke Amerika Serikat dan Uni Eropa.
"Kita di sini, khususnya di Jambi juga memiliki Sungai Batanghari yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya patin. Dan saya punya keyakinan bahwa di Sungai Batanghari ini akan menjadi sentra produksi patin di Indonesia," terangnya.
Salah satu kabupaten di wilayah provinsi Jambi yang dilalui aliran Sungai Batanghari adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang terletak di pantai timur Sumatera.
Sebagai wilayah yang dilalui aliran Sungai Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung Timur berpotensi untuk pengembangan budidaya ikan patin. Salah satu sistem budidaya patin yang dapat dikembangkan di sepanjang aliran Sungai Batanghari adalah sistem budidaya patin kolam dalam.
Sistem ini, kata Slamet, memanfaatkan air pasang dari Sungai Batanghari untuk mengisi kolam di sepanjang aliran sungai sekaligus melakukan pergantian air saat surut. Menurutnya, dengan dua kali pasang surut di Sungai Batanghari, maka air kolam akan terjaga sehingga ikan patin tumbuh lebih cepat.
Selain itu, dengan teknologi budidaya patin kolam dalam, kedalaman air lebih kurang 3 meter, dan padat tebar sekitar 15 ekor/m2, dengan benih ukuran 8-10 cm, maka dalam tempo 4,5-5,5 bulan sudah dapat dihasilkan patin ukuran 500-600 gram/ekor.
Produksi budidaya ikan patin menunjukkan kenaikan signifikan. Pada 2008 produksi ikan patin mencapai 102.021 ton, meningkat menjadi 347.000 ton pada 2012.
Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Perikanan Budidaya KKP Moh Abduh Nurhidajat menambahkan, untuk mendukung peningkatan produksi patin di Provinsi Jambi, salah satu yang perlu dilakukan ketersediaan pakan, induk unggul dan benih bermutu di sekitar produksi patin.
"Untuk induk serta benih, Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi mengembangkan benih patin siam di mana produksinya bagus dan dagingnya putih. Hal berbeda dengan daging patin lokal yang cenderung berwarna merah," kata Abduh.
Sementara, untuk pakan akan dibangun pabrik pakan di Jambi. Sehingga diharapkan akan mempermudah pembudidaya mendapatkan pakan berkualitas dengan harga yang terjangkau. Kerja sama antar stakeholder di bidang budidaya patin juga akan terus ditingkatkan.
Pembudidaya patin melalui Asosiasi Pembudidaya Patin Jambi (AP2J) diharapkan dapat terus menjadi penghubung antara pembudidaya dengan pemerintah. Demikian juga kerja sama swasta maupun perbankan dapat terus memberikan dukungan kepada para pembudidaya.
"Sinergi dan kerjasama yang terus dijalin untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan perikanan budidaya dan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat," katanya.
(izz)