Phapros Proyeksikan Laba 2014 Tumbuh 50%
A
A
A
JAKARTA - Emiten yang berniat mencatatkan sahamnya di Bursa efek Indoensia (BEI) pada tahun depan, PT Phapros memproyeksi laba bersih pada tahun ini dapat tumbuh sebesar 50% menjadi sekitar Rp63,517 miliar dengan target penjualan sebesar Rp620,63 miliar.
Direktur Keuangan PT Phapros Budi Ruseno mengatakan, total penjualan tahun 2013 sebesar Rp521,6 miliar. “Penjualan Mei 2014 sudah naik 12,3%. Produk-produk yang sempat melemah di 2013 juga naik hingga 93%,” kata di Jakarta, Rabu (11/6/2014).
Divisi ethical masih menjadi penyumbang tertinggi, yakni Rp191,7 miliar, diikuti divisi generik sebesar Rp191,4 miliar. Sementara divisi OTC dan toll in masing-masing menyumbang Rp105,4 miliar dan Rp34,1 miliar.
Dia mennuturkan, untuk produk obat generik (OGB), penjualan lebih ditentukan oleh pasar institusi, bukan pasar reguler.Pada 2013, kata dia, belanja pemerintah di bidang kesehatan cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya, sehingga pasar institusi juga meningkat.
Akan tetapi karena ada transisi menuju SJSN Kesehatan, pasar non-reguler menjadi sangat terfragmentasi, sehingga tiga besar produsen OGB, termasuk Phapros mengalami penurunan penjualan OGB hingga 16,4%.
“Ini berpengaruh ke total penjualan bersih Phapros di 2013,” jelas dia.
Meski demikian, lanjut dia, Phapros tetap mampu mencatat pertumbuhan laba kotor 0,05% dari Rp320,97 miliar menjadi Rp321,12 miliar.
Dia menjelaskan, kehadiran BPJS Kesehatan sempat membuat kinerja industri farmasi menurun di masa transisi (2013). Menurutnya, beroperasinya BPJS Kesehatan dan penerapan e-catalog juga menjadi tantangan industri farmasi.
Meski begitu, ke depan pihaknya meyakini pasar farmasi akan berkembang di Tanah Air. Pasalnya, kehadiran BPJS yang melayani seluruh masyarakat akan mendorong kebutuhan pengobatan dan obat.
Dia menjelaskan, menjelang pasar terbuka ASEAN pada 2015 juga menjadi potensi industri farmasi untuk memperluas pasar ekspor. Untuk itu, phapros akan me-launcing prodak baru Antimo sejumlah 5 miliar tablet. Dia berharap, produk yang sudah dikenal masyarakat luas ini akan bisa menyerap lebih banyak kebutuhan kesehatan.
Direktur Keuangan PT Phapros Budi Ruseno mengatakan, total penjualan tahun 2013 sebesar Rp521,6 miliar. “Penjualan Mei 2014 sudah naik 12,3%. Produk-produk yang sempat melemah di 2013 juga naik hingga 93%,” kata di Jakarta, Rabu (11/6/2014).
Divisi ethical masih menjadi penyumbang tertinggi, yakni Rp191,7 miliar, diikuti divisi generik sebesar Rp191,4 miliar. Sementara divisi OTC dan toll in masing-masing menyumbang Rp105,4 miliar dan Rp34,1 miliar.
Dia mennuturkan, untuk produk obat generik (OGB), penjualan lebih ditentukan oleh pasar institusi, bukan pasar reguler.Pada 2013, kata dia, belanja pemerintah di bidang kesehatan cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya, sehingga pasar institusi juga meningkat.
Akan tetapi karena ada transisi menuju SJSN Kesehatan, pasar non-reguler menjadi sangat terfragmentasi, sehingga tiga besar produsen OGB, termasuk Phapros mengalami penurunan penjualan OGB hingga 16,4%.
“Ini berpengaruh ke total penjualan bersih Phapros di 2013,” jelas dia.
Meski demikian, lanjut dia, Phapros tetap mampu mencatat pertumbuhan laba kotor 0,05% dari Rp320,97 miliar menjadi Rp321,12 miliar.
Dia menjelaskan, kehadiran BPJS Kesehatan sempat membuat kinerja industri farmasi menurun di masa transisi (2013). Menurutnya, beroperasinya BPJS Kesehatan dan penerapan e-catalog juga menjadi tantangan industri farmasi.
Meski begitu, ke depan pihaknya meyakini pasar farmasi akan berkembang di Tanah Air. Pasalnya, kehadiran BPJS yang melayani seluruh masyarakat akan mendorong kebutuhan pengobatan dan obat.
Dia menjelaskan, menjelang pasar terbuka ASEAN pada 2015 juga menjadi potensi industri farmasi untuk memperluas pasar ekspor. Untuk itu, phapros akan me-launcing prodak baru Antimo sejumlah 5 miliar tablet. Dia berharap, produk yang sudah dikenal masyarakat luas ini akan bisa menyerap lebih banyak kebutuhan kesehatan.
(rna)