Superblok Menggurita di Luar Jawa
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan superblok terus terjadi dan tumbuh di berbagai daerah. Selain di Jakarta, perkembangan serupa juga terjadi di kota-kota besar lainnya, seperti Medan, Surabaya, Makassar, Manado, dan Bandung. Pembangunannya cukup agresif dengan konsumen juga semakin membludak.
Keberadaan superblok membuat kegiatan masyarakat menjadi lebih terpusat. Kemudian menciptakan sebuah lingkungan baru dengan fasilitas modern. Di sini fungsi hunian, pusat perbelanjaan, pusat pendidikan, hiburan, dan sebagainya bersatu dalam satu kawasan. Pembangunan properti superblok pun menjadi tren.
“Tapi yang harus diperhatikan adalah infrastruktur pendukung. Karena superblok ini menjadi beban baru. Masalah utamanya menimbulkan kemacetan,” ujar pengamat properti Panangian Simanungkalit.
Dia menyebutkan dalam pengembangan superblok, dibutuhkan setidaknya lahan seluas 3 hektare. Adapun masa pembangunan diperkirakan antara 5-10 tahun. Meski pertumbuhan di daerah lain sudah cukup tinggi, superblok tetap paling banyak dikembangkan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
“Karena masih banyak lahan potensial di Jakarta yang bisa disatukan. Ada yang di tengah kota atau di pinggir kota. Umumnya berkembang pada populasi masyarakat di atas satu juta jiwa,” kata Panangian.
CEO Lippo Homes Lippo Karawaci, Ivan Setiawan Budiono memandang, pengembangan superblok di kota-kota besar terutama akan mengarah ke lokasi-lokasi dengan harga tanah yang sudah tinggi. Lokasi tersebut, menurut dia, sangat potensial dikembangkan menjadi kawasan pusat bisnis. “Kondisinya bisa berjalan di tempattempat yang harga tanahnya sudah mahal dan susah didapatkannya,” ujarnya.
Dia menyebutkan, di samping Kota Jakarta, tren potensi pengembangan kawasan tersebut akan dimulai dari kota-kota besar, seperti Surabaya, Medan, dan Palembang. Sementara untuk kawasan timur Indonesia pertumbuhan kawasan Makassar dan Manado juga menjadi peluang bagi pengembangan kawasan terpadu. “Sekarang superblok sudah menjadi tren. Itu akan mulai dari kota besar terlebih dahulu,” imbuhnya.
Keberadaan superblok membuat kegiatan masyarakat menjadi lebih terpusat. Kemudian menciptakan sebuah lingkungan baru dengan fasilitas modern. Di sini fungsi hunian, pusat perbelanjaan, pusat pendidikan, hiburan, dan sebagainya bersatu dalam satu kawasan. Pembangunan properti superblok pun menjadi tren.
“Tapi yang harus diperhatikan adalah infrastruktur pendukung. Karena superblok ini menjadi beban baru. Masalah utamanya menimbulkan kemacetan,” ujar pengamat properti Panangian Simanungkalit.
Dia menyebutkan dalam pengembangan superblok, dibutuhkan setidaknya lahan seluas 3 hektare. Adapun masa pembangunan diperkirakan antara 5-10 tahun. Meski pertumbuhan di daerah lain sudah cukup tinggi, superblok tetap paling banyak dikembangkan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
“Karena masih banyak lahan potensial di Jakarta yang bisa disatukan. Ada yang di tengah kota atau di pinggir kota. Umumnya berkembang pada populasi masyarakat di atas satu juta jiwa,” kata Panangian.
CEO Lippo Homes Lippo Karawaci, Ivan Setiawan Budiono memandang, pengembangan superblok di kota-kota besar terutama akan mengarah ke lokasi-lokasi dengan harga tanah yang sudah tinggi. Lokasi tersebut, menurut dia, sangat potensial dikembangkan menjadi kawasan pusat bisnis. “Kondisinya bisa berjalan di tempattempat yang harga tanahnya sudah mahal dan susah didapatkannya,” ujarnya.
Dia menyebutkan, di samping Kota Jakarta, tren potensi pengembangan kawasan tersebut akan dimulai dari kota-kota besar, seperti Surabaya, Medan, dan Palembang. Sementara untuk kawasan timur Indonesia pertumbuhan kawasan Makassar dan Manado juga menjadi peluang bagi pengembangan kawasan terpadu. “Sekarang superblok sudah menjadi tren. Itu akan mulai dari kota besar terlebih dahulu,” imbuhnya.
(dmd)