Potensi Panas Bumi Jabar 21% dari Nasional
A
A
A
BANDUNG - Kepala Bidang Panas Bumi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat (Jabar) M Fadillah mengatakan, Jabar termasuk provinsi yang paling leading dalam pengelolaan dan pemanfaatan energi panas bumi.
"Bahkan Jabar masih menjadi percontohan bagi sejumlah daerah di Indonesia dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan panas bumi. Ini tak terlepas dari bantuan perguruan tinggi yang ada di Jabar," ujar dia beberapa waktu lalu.
Fadillah mengatakan, potensi panas bumi Jabar diperkirakan sebesar 6.101 MW atau 21% dari potensi panas bumi nasional sebesar 29.000 MW.
"Dari potensi tersebut ada 49 manifestasi. Meskipun yang sudah terpasang baru 1.075 MW atau 17,62%. Yang eksisting baru 13 WKP. Tahun ini kami targetkan 1.155 MW yang terpasang dan pada 2018 ditargetkan ada penambahan mencapai
1.369 MW," terangnya.
Menurutnya, dana bagi hasil dari tiga Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) yang diterima daerah dari bisnis panas bumi pada 2013 mengalami penurunan.
"Pada 2013 dana bagi hasil sebesar Rp88 miliar. Padahal pada 2012 sebesar Rp120 miliar. Penurunan penerimaan dana bagi hasil ini disebabkan oleh aktivitas produksi yang mengalami gangguan, sehingga bedampak terhadap penjualan dan pendapatan," jelas dia.
General Manager Policy, Government, & Public Affair Chevron Geothermal Indonesia Ltd, Paul Mustakim mengatakan, pihaknya sudah menggelontorkan dana investasi lebih dari USD1 miliar untuk kegiatan panas bumi di Gunung Salak dan Darajat.
"Chevron berupaya untuk membantu pemanfaatan potensi panas bumi di Indonesia. Saat ini kami baru mengoperasikan pengembangan energi panas bumi dengan total kapasitas 647 MW," kata Fadillah.
Pihaknya telah mengoperasikan 1.341 MW dari potensi 14.000 MW atau baru 4%. "Padahal peningkatan kebutuhan energi setiap tahun tumbuh 7%. Diprediksi pada 2050 kebijakan ekonomi nasional, kontribusi energi terbarukan mencari 31%, sedangkan saat ini baru 11,51%," pungkasnya.
"Bahkan Jabar masih menjadi percontohan bagi sejumlah daerah di Indonesia dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan panas bumi. Ini tak terlepas dari bantuan perguruan tinggi yang ada di Jabar," ujar dia beberapa waktu lalu.
Fadillah mengatakan, potensi panas bumi Jabar diperkirakan sebesar 6.101 MW atau 21% dari potensi panas bumi nasional sebesar 29.000 MW.
"Dari potensi tersebut ada 49 manifestasi. Meskipun yang sudah terpasang baru 1.075 MW atau 17,62%. Yang eksisting baru 13 WKP. Tahun ini kami targetkan 1.155 MW yang terpasang dan pada 2018 ditargetkan ada penambahan mencapai
1.369 MW," terangnya.
Menurutnya, dana bagi hasil dari tiga Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) yang diterima daerah dari bisnis panas bumi pada 2013 mengalami penurunan.
"Pada 2013 dana bagi hasil sebesar Rp88 miliar. Padahal pada 2012 sebesar Rp120 miliar. Penurunan penerimaan dana bagi hasil ini disebabkan oleh aktivitas produksi yang mengalami gangguan, sehingga bedampak terhadap penjualan dan pendapatan," jelas dia.
General Manager Policy, Government, & Public Affair Chevron Geothermal Indonesia Ltd, Paul Mustakim mengatakan, pihaknya sudah menggelontorkan dana investasi lebih dari USD1 miliar untuk kegiatan panas bumi di Gunung Salak dan Darajat.
"Chevron berupaya untuk membantu pemanfaatan potensi panas bumi di Indonesia. Saat ini kami baru mengoperasikan pengembangan energi panas bumi dengan total kapasitas 647 MW," kata Fadillah.
Pihaknya telah mengoperasikan 1.341 MW dari potensi 14.000 MW atau baru 4%. "Padahal peningkatan kebutuhan energi setiap tahun tumbuh 7%. Diprediksi pada 2050 kebijakan ekonomi nasional, kontribusi energi terbarukan mencari 31%, sedangkan saat ini baru 11,51%," pungkasnya.
(izz)