Indonesia Gas Society Dorong Percepatan Pengunaan Gas
A
A
A
JAKARTA - Indonesia Gas Society (IGS) komitmen akan mendorong percepatan penggunaan energi gas dengan mengembangkan konsep bisnis gas terintegrasi mulai dari tiga sektor, yakni upstream, mindstream dan downstream.
Chairman IGS Hari Karyuliarto mengatakan, bisnis terintegrasi untuk mewujudkan target bauran energi nasional. Adapun program pemanfaatan energi gas dalam bauran eneri gas nasional mencapai 22% atau sebesar 628 MBOE pada 2025 tertuang dalam rodmap bauran energi yang telah dicanangkan oleh pemerintah dan akan mengurangi porsi pengunaan BBM secara signifikan dari 47%-25%.
“Ketiga sektor (upstream, mindstream dan downstream) harus dikembangkan secara simultan dan tidak saling menghalangi, sehingga gas menjadi sumber energi yang bisa diterima pasar, suplai yang tersedia mampu mempercepat monetisasi sektor hulu,” kata Hari dalam acara IGS di Jakarta Rabu (25/6/2014).
Direktur Gas PT Pertamina ini juga mengatakan, jika tiga sektor tersebut terkoordinasi dan terintegrasi, gas akan menjadi sumber energi yang tepat. Kondisi bisnis gas di Indonesia, menurut dia, perlu terus dikembangkan secara terkoordinasi dan terintegrasi agar dapat memberikan multiplier effect bagi industri.
“Untuk itu, diperlukan sinergi dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan dari berbagai sektor terkait, sehingga mampu mengatasi krisis energi di masa depan,” kata dia.
Itu dasarnya mengapa sejumlah kepentingan membentuk IGS. Secara umum IGS memliki visi masa depan, yakni menjadi organisasi lintas profesional yang handal, efektif dan independen untuk memfasilitasi pemecahan masalah bagi pemangku kepentingan dalam industri gas di Indonesia.
Dengan visi tersebut, IGS menjalankan beberapa misi utama, yakni mencoba menciptakan gas alam sebagai salah satu sumber energi yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran Indonesia. Selain itu, IGS akan memberikan masukan strategis kepada pengambil kebijakan, yakni pemerintah pusat dan daerah, DPR dan kalangan industri dengan mempromosikan pengembangan industri gas, sehingga IGS memberikan manfaat besar bagi negara.
“Sebagai organisasi non-profit, IGS berharap dapat mendukung pengembangan industri gas di Indonesia dari hulu sampai hilir, yang meliputi aspek komersial teknis operasional dan HSE,” kata dia.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Dedi S Priatna mendukung penuh keberadaan IGS. Dia berharap keberadaan IGS mampu meningkatkan suplai kebutuhan energi gas, khususnya untuk kebutuhan domestik.
“Jumlah pasokan gas yang minim membuat Indonesia mengalami kesulitan konsumsi gas karena gas yang diekspor, terutama terkait konversi BBM ke BBG,” katanya.
Dia berharap, pasokan dan kebutuhan gas diseimbangkan guna memenuhi energi yang tidak lagi berorientasi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi untuk pertumbuhan ekonomi sebagai penopang pembangunan nasional. Peran IGS sebagai jembatan antara pemerintah dan pelaku usaha di sektor gas bumi diharapkan mampu menyelesaikan persoalan tersebut.
“Selama ini infrastruktur penunjang pengelolaan gas bumi sebagai konsumsi energi masih minim, sehingga rantai pasokan dan kebutuhan gas tidak jalan sebagaimana mestinya,” tuturnya.
Berdasarkan rodmap pembangnan infrastruktur gas bumi, dia menambahkan, pemerintah sedang menggenjot proyek bernilai strategis pada 2015-2019. Setidaknya pada 2015, pemerintah mampu membangun dua jaringan gas (jargas) bagi rumah tangga di dua kota-kota besar di Indonesia.
“Sepanjang tahun 2015-2019, pemerintah akan kebut proyek infrastruktur gas bumi. Ada dua jargas baru bagi dua kota dan masuk ke rumah tangga,” katanya.
Chairman IGS Hari Karyuliarto mengatakan, bisnis terintegrasi untuk mewujudkan target bauran energi nasional. Adapun program pemanfaatan energi gas dalam bauran eneri gas nasional mencapai 22% atau sebesar 628 MBOE pada 2025 tertuang dalam rodmap bauran energi yang telah dicanangkan oleh pemerintah dan akan mengurangi porsi pengunaan BBM secara signifikan dari 47%-25%.
“Ketiga sektor (upstream, mindstream dan downstream) harus dikembangkan secara simultan dan tidak saling menghalangi, sehingga gas menjadi sumber energi yang bisa diterima pasar, suplai yang tersedia mampu mempercepat monetisasi sektor hulu,” kata Hari dalam acara IGS di Jakarta Rabu (25/6/2014).
Direktur Gas PT Pertamina ini juga mengatakan, jika tiga sektor tersebut terkoordinasi dan terintegrasi, gas akan menjadi sumber energi yang tepat. Kondisi bisnis gas di Indonesia, menurut dia, perlu terus dikembangkan secara terkoordinasi dan terintegrasi agar dapat memberikan multiplier effect bagi industri.
“Untuk itu, diperlukan sinergi dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan dari berbagai sektor terkait, sehingga mampu mengatasi krisis energi di masa depan,” kata dia.
Itu dasarnya mengapa sejumlah kepentingan membentuk IGS. Secara umum IGS memliki visi masa depan, yakni menjadi organisasi lintas profesional yang handal, efektif dan independen untuk memfasilitasi pemecahan masalah bagi pemangku kepentingan dalam industri gas di Indonesia.
Dengan visi tersebut, IGS menjalankan beberapa misi utama, yakni mencoba menciptakan gas alam sebagai salah satu sumber energi yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran Indonesia. Selain itu, IGS akan memberikan masukan strategis kepada pengambil kebijakan, yakni pemerintah pusat dan daerah, DPR dan kalangan industri dengan mempromosikan pengembangan industri gas, sehingga IGS memberikan manfaat besar bagi negara.
“Sebagai organisasi non-profit, IGS berharap dapat mendukung pengembangan industri gas di Indonesia dari hulu sampai hilir, yang meliputi aspek komersial teknis operasional dan HSE,” kata dia.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Dedi S Priatna mendukung penuh keberadaan IGS. Dia berharap keberadaan IGS mampu meningkatkan suplai kebutuhan energi gas, khususnya untuk kebutuhan domestik.
“Jumlah pasokan gas yang minim membuat Indonesia mengalami kesulitan konsumsi gas karena gas yang diekspor, terutama terkait konversi BBM ke BBG,” katanya.
Dia berharap, pasokan dan kebutuhan gas diseimbangkan guna memenuhi energi yang tidak lagi berorientasi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi untuk pertumbuhan ekonomi sebagai penopang pembangunan nasional. Peran IGS sebagai jembatan antara pemerintah dan pelaku usaha di sektor gas bumi diharapkan mampu menyelesaikan persoalan tersebut.
“Selama ini infrastruktur penunjang pengelolaan gas bumi sebagai konsumsi energi masih minim, sehingga rantai pasokan dan kebutuhan gas tidak jalan sebagaimana mestinya,” tuturnya.
Berdasarkan rodmap pembangnan infrastruktur gas bumi, dia menambahkan, pemerintah sedang menggenjot proyek bernilai strategis pada 2015-2019. Setidaknya pada 2015, pemerintah mampu membangun dua jaringan gas (jargas) bagi rumah tangga di dua kota-kota besar di Indonesia.
“Sepanjang tahun 2015-2019, pemerintah akan kebut proyek infrastruktur gas bumi. Ada dua jargas baru bagi dua kota dan masuk ke rumah tangga,” katanya.
(rna)