Bisnis Limbah Rumah Tangga yang Mendunia

Sabtu, 28 Juni 2014 - 15:23 WIB
Bisnis Limbah Rumah Tangga yang Mendunia
Bisnis Limbah Rumah Tangga yang Mendunia
A A A
TERNYATA barang-barang bekas atau limbah rumah tangga tidak selamanya menjadi barang tak berguna. Nova Muhidir, ibu dari enam orang anak ini mampu memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi barang kerajinan yang unik dan bermanfaat.

Limbah rumah tangga yang diolahnya, seperti kayu bekas, kaleng bekas maupun kain perca sisa. Bisnis pengolahan limbah rumah tangga tersebut sudah dimulai pada 2002.

Awal bisnisnya bermula dari kegemaran Nova menjahit dan melukis. Nova bercerita, awalnya dia hanya mencoba melukis dengan motif ala country di kayu bekas. Di luar dugaan, hasil lukisannya diapresiasi banyak orang.

Akhirnya, dia memutuskan untuk melukis di media lain, seperti kaleng susu, kaleng minyak, kaleng kerupuk dan hasilnya sangat positif di pasaran.

“Pertama saya coba lukis di kayu dan hasilnya bagus. Ya sudah, saya lanjutkan mencoba di kaleng-kaleng bekas, seperti kaleng bekas kerupuk. Kemudian saya unggah di media sosial Facebook (FB). Ternyata banyak yang suka, padahal saat itu belum niat untuk berbisnis,” tutur Nova.

Wanita paruh baya ini mennjelaskan, awalnya susah mencari kaleng bekas untuk dijadikan media lukisannya. Akan tetapi, temannya membantu mencari kaleng-kaleng bekas.

Tidak berhenti melukis di kaleng berukuran mini, dia akhirnya memiliki ide melukis motif ala country di tong sampah.

“Semua limbah yang ada akhirnya diolah menjadi produk yang bermanfaat, seperti kaleng bekas diolah lalu dilukis tangan dengan motif ala country, seperti suasana pedesaan, peternakan, buah-buahan, hewan-hewan atau kartun,” terang dia.

Setelah dari kaleng bekas, kemudian muncul ide membuat boneka untuk anaknya yang masih bersekolah di Taman Kanak-Kanak (TK). Nova mengungkapkan, boneka yang dibuat untuk anaknya berasal dari hasil olahan kain perca.

Kain perca tersebut kemudian diolah menjadi boneka ala Amerika dan dilukis sesuai dengan karakternya. Sarjana Pendidikan jebolan Institut Keguruan dan Ilmu Keguruan (IKIP) Padang (sekarang Universitas Negeri Padang) itu mengaku, belajar membuat boneka ala Amerika di Arizona, Amerika Serikat (AS) beberapa tahun lalu.

“Di sana saya belajar sehari saja karena memang dari awalnya sudah ada basic melukis dan menjahit. Nah, boneka yang saya buat untuk anak saya juga banyak yang suka. Bahkan, ada yang mesen untuk dibuatkan,” terangnya.

Kemudian dari banyaknya respon positif masyarakat atas hasil karyanya, Nova memutuskan untuk serius berbisnis. Akhirnya, dia meluncurkan produk berlabel Country Kyra pada pameran kerajinan di Jakarta Convention Center (JCC) 2002.

Dia mengikuti pameran itu ingin mengetahui selera pasar. Tak disangka hasilnya luar biasa dan masyarakat mulai mengenal produk Country Kyra. Lalu secara rutin Country Kyra mengikuti event-event bazaar maupun pameran, seperti Inacraft. Bahkan Country Kyra mendapat penghargaan dari salah satu majalah wanita pada tahun ini.

Nova menjelaskan, produk yang dibuat bervariasi dan semuanya buatan tangan, seperti kaleng kerupuk lukis tangan, kotak surat dilukis, tong sampah lukis, kaleng serba guna lukis, nampan kayu lukis, boneka kain dari sisa perca, dan lain-lain.

Ada 10 jenis produk yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kaleng, kayu dan sisa perca kain. Saat ini, dia telah membuka gerai Country Kyra di Grand Indonesia, yang dijual secara sistem konsinyasi di Toys Kingdom serta gerai di Living world dan Gandaria City. Tidak berhenti si situ, dia juga menjualnya secara online.

“Ternyata penjualan secara online hasilnya lebih efektif karena bisa kontak langsung dengan customer atau pembeli secara online,” ucap wanita pencinta travelling ini.

Sementara itu, produknya selain dijual di seluruh wilayah Indonesia, juga sudah diekspor ke Asia Tenggara, Australia, Jepang, Thailand, Taiwan, Singapura, Amerika dan lainnya.

Harga produk yang dipasarkan mulai dari Rp7.500-Rp2 juta. Dari hasil usaha ini, Nova mengantongi omzet bersih setiap bulannya berkisar Rp15-20 juta.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4579 seconds (0.1#10.140)