Hingga Mei 2014, Ekspor Indonesia Turun 3,8%
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan, secara akumulasi, total ekspor periode Januari-Mei 2014 mencapai USD73,4 miliar atau menurun 3,8% (YoY). Meskipun pada Mei 2014 ekspor mencapai USD14,8 miliar atau naik 3,7% (MoM).
"Ekspor migas turun 18,8% (YoY), sedangkan ekspor produk industri naik 2,1%, sementara ekspor produk pertambangan turun drastis 33,8% dengan nilai menjadi USD1,9 miliar," kata Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (2/7/2014).
Lutfi menjelaskan, peningkatan ekspor secara MoM, pada eskpor industri disumbangsih oleh ekspor CPO dan olahannya. Peningkatan ekspor CPO dipicu oleh meningkatkan permintaan dari RRT dan melemahnua nilai tukar ringgt Malaysia terhadap dolar AS, sehingga volume dan nilai ekspor CPO 78,7 persen dan 73% (MoM).
Di samping itu, sambung Lutfi, produk ekspor lainnya yang nilainya mengalami peningkatan antara lain, timah meningkat 96,1 persen, produk kimia naik 36,6 persen, tembaga naik 40,8 persen, serta besi dan baja yang naik 63,2 persen (MoM). Peningkatan ekspor nonmigas yang signifikan juga terjadi ke negara-negara emerging market seperti Bangladesh naik 193%, Mesir 79,2%, Pakistan 77,5%, dan Spanyol 43,7%.
Tidak hanya itu, total impor bulan Mei 2014 sebesar USD14,76 miliar, atau mengalami penuruanan 9,2 persen secara MoM. Penurunan ini dipicu turunnya impor nonmigas sebesar Rp12,05 persen MoM. Sedangkan impor migas naik 0,4 persen yang dipengaruhi oleh meingkatnya impor mintak mentah sebesar 21,4 persen (MoM).
Kendati demikian, sambung Lutfi, barang impor masih didominasi oleh bahan baku atau bahan penolong dan barang modal. Di mana, impor bahan baku atau penlong mengalami penurunan 8,9% (MoM), menjadi USD11,3 miliar di Mei 2014. Sementara itu, permintaan impor barang modal turun 11,2 % (MoM) menjadi USD2,4 miliar.
"Penurunan impor nonmogas karena menurunnya beberapa impor barang kebutuhan industri dalam negari, seperti kapas turun 18,4%, karet dan barang dari karet 17,5%, besi dan baja 12,6%, dan bahan kimia organik 16,6%," tutupnya.
"Ekspor migas turun 18,8% (YoY), sedangkan ekspor produk industri naik 2,1%, sementara ekspor produk pertambangan turun drastis 33,8% dengan nilai menjadi USD1,9 miliar," kata Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (2/7/2014).
Lutfi menjelaskan, peningkatan ekspor secara MoM, pada eskpor industri disumbangsih oleh ekspor CPO dan olahannya. Peningkatan ekspor CPO dipicu oleh meningkatkan permintaan dari RRT dan melemahnua nilai tukar ringgt Malaysia terhadap dolar AS, sehingga volume dan nilai ekspor CPO 78,7 persen dan 73% (MoM).
Di samping itu, sambung Lutfi, produk ekspor lainnya yang nilainya mengalami peningkatan antara lain, timah meningkat 96,1 persen, produk kimia naik 36,6 persen, tembaga naik 40,8 persen, serta besi dan baja yang naik 63,2 persen (MoM). Peningkatan ekspor nonmigas yang signifikan juga terjadi ke negara-negara emerging market seperti Bangladesh naik 193%, Mesir 79,2%, Pakistan 77,5%, dan Spanyol 43,7%.
Tidak hanya itu, total impor bulan Mei 2014 sebesar USD14,76 miliar, atau mengalami penuruanan 9,2 persen secara MoM. Penurunan ini dipicu turunnya impor nonmigas sebesar Rp12,05 persen MoM. Sedangkan impor migas naik 0,4 persen yang dipengaruhi oleh meingkatnya impor mintak mentah sebesar 21,4 persen (MoM).
Kendati demikian, sambung Lutfi, barang impor masih didominasi oleh bahan baku atau bahan penolong dan barang modal. Di mana, impor bahan baku atau penlong mengalami penurunan 8,9% (MoM), menjadi USD11,3 miliar di Mei 2014. Sementara itu, permintaan impor barang modal turun 11,2 % (MoM) menjadi USD2,4 miliar.
"Penurunan impor nonmogas karena menurunnya beberapa impor barang kebutuhan industri dalam negari, seperti kapas turun 18,4%, karet dan barang dari karet 17,5%, besi dan baja 12,6%, dan bahan kimia organik 16,6%," tutupnya.
(gpr)