Emirsyah Yakin Bisnis Transportasi Udara Menjanjikan
A
A
A
JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) hari ini mengadakan pertemuan dan sharing kinerja. Dalam pertemuan ini dihadiri beberapa petinggi perseroan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan, bahwa perusahaan penerbangan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini berhasil sedikit demi sedikit menjadi maskapai penerbangan besar dan banyak diminati masyarakat Indonesia.
"Pertama, fakta peluang bisnis transportasi udara di Indonesia sangat menjanjikan, dengan negara terbesar di ASEAN, negara kepulauan terbesar di dunia. Bahkan McKinsey memprediksi untuk pertumbuhan GDP bisa menjadi nomor tujuh terbesar di dunia pada 2030," ungkap Emir di Jakarta, Jumat (8/8/2014).
Menurutnya, di dunia ini ada dua potensi bisnis airline yang sangat memililki peluang untuk maju. Negara tersebut adalah Indonesia dan Brazil.
"Indonesia negara kepulauan, jadi harus dijangkau dengan penerbangan, bisa saja ditempuh dengan jalur darat atau laut, tapi lama. Kemudian yang kedua Brazil. Karena Brazil itu pemukimannya sangat padat sekali," tuturnya.
Fakta kedua, kondisi Garuda Indonesia 2009 mengalami default, mengalami larangan terbang, tidak mampu investasi 10 tahun terakhir dan produk service dibawah standar.
"Kita bertekad untuk mendominasi pasar domestik, kita juga mendukung MP3EI, dan yang pasti Garuda juga selalu berusaha menghubungkan Indoinesia dan dunia saat ini," ujar dia.
Emirsyah mengatakan, saat ini pengembangan armada untuk antisipasi pertumbuhan kian besar karena sejak 2009 Garuda Indonesia terus menambah pesawat baru.
"Pada 2013 sampai 2015 pesawat akan bertambah menjadi 83 unit. Revenue dari Rp1,3 triliun pada 2006 menjadi Rp3,7 triliun di 2013. Kalau dilihat di sini equity Singapura 10 kali lipat punya kita. Sehingga ini yang harus kita hadapi dengan terus melakukan kegiatan investasi dalam bentuk penambahan jumlah armada," pungkasnya.
Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan, bahwa perusahaan penerbangan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini berhasil sedikit demi sedikit menjadi maskapai penerbangan besar dan banyak diminati masyarakat Indonesia.
"Pertama, fakta peluang bisnis transportasi udara di Indonesia sangat menjanjikan, dengan negara terbesar di ASEAN, negara kepulauan terbesar di dunia. Bahkan McKinsey memprediksi untuk pertumbuhan GDP bisa menjadi nomor tujuh terbesar di dunia pada 2030," ungkap Emir di Jakarta, Jumat (8/8/2014).
Menurutnya, di dunia ini ada dua potensi bisnis airline yang sangat memililki peluang untuk maju. Negara tersebut adalah Indonesia dan Brazil.
"Indonesia negara kepulauan, jadi harus dijangkau dengan penerbangan, bisa saja ditempuh dengan jalur darat atau laut, tapi lama. Kemudian yang kedua Brazil. Karena Brazil itu pemukimannya sangat padat sekali," tuturnya.
Fakta kedua, kondisi Garuda Indonesia 2009 mengalami default, mengalami larangan terbang, tidak mampu investasi 10 tahun terakhir dan produk service dibawah standar.
"Kita bertekad untuk mendominasi pasar domestik, kita juga mendukung MP3EI, dan yang pasti Garuda juga selalu berusaha menghubungkan Indoinesia dan dunia saat ini," ujar dia.
Emirsyah mengatakan, saat ini pengembangan armada untuk antisipasi pertumbuhan kian besar karena sejak 2009 Garuda Indonesia terus menambah pesawat baru.
"Pada 2013 sampai 2015 pesawat akan bertambah menjadi 83 unit. Revenue dari Rp1,3 triliun pada 2006 menjadi Rp3,7 triliun di 2013. Kalau dilihat di sini equity Singapura 10 kali lipat punya kita. Sehingga ini yang harus kita hadapi dengan terus melakukan kegiatan investasi dalam bentuk penambahan jumlah armada," pungkasnya.
(izz)