Bisnis Jasa Pembayaran Lintas Negara Agresif di Indonesia

Senin, 18 Agustus 2014 - 21:50 WIB
Bisnis Jasa Pembayaran Lintas Negara Agresif di Indonesia
Bisnis Jasa Pembayaran Lintas Negara Agresif di Indonesia
A A A
JAKARTA - Bisnis jasa pembayaran lintas negara terus berlomba menggaet mitra di tanah air demi memperbesar pengguna transaksi. Ini terlihat dari ekspansi yang dilakukan PT China Unionpay Indonesia (UnionPay) yang terus memperbanyak mitra dalam sistem pembayaran di Indonesia.

Country Manager UnionPay Indonesia Winarto Widjaja mengakui sejak 2011 perseroan saat ini telah memiliki empat mitra dan terus mengembangkan kerjasama, khususnya dengan pihak perbankan.

“Kami menargetkan akan bekerjasama dengan dua sampai tiga bank lagi untuk antisipasi perkembangan di 2015 nanti. Di tahun depan kami harapkan dapat menambah 5 hingga 6 juta kartu baru,” ujar Winarto saat ditemui di Jakarta, Senin (18/8/2014).

Dia mengatakan, perseroan melihat potensi dari turis asal Tiongkok yang akan berkunjung ke Indonesia. Setidaknya wisatawan yang berkunjung ke Bali hingga Mei tahun ini mencapai 400ribu dan akan tumbuh menjadi sekitar 2 juta jiwa pada 2015. Ini membuat potensi bisnis pembayaran menggunakan kartu dengan menggunakan EDC dan ATM semakin besar mengingat UnionPay berpusat di Shanghai, Republik Rakyat Tiongkok.

Perseroan disebutnya telah menggandeng PT Pos Indonesia sejak Juni tahun ini. Selain itu perseroan telah menjalin kerjasama juga dengan PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Bukopin Tbk. Adapun mitra terbaru yang digandeng perseroan adalah PT Bank Sinarmas Tbk.

“Kita garap satu persatu, sekarang kita perluas accceptance (penerimaan kartu) dulu dari sisi ATM dan pos yang ditunjang dengan UnionPay. Kedepan setelah acceptance sudah banyak kita harapkan volume semakin besar,” ujarnya.

Sementara Country Manager MasterCard Indonesia Irni Palar mengatakan kedepan pertumbuhan bisnis kartu debit dan e-Commerce akan mendominasi dibanding kartu kredit. Volume transaksi kartu debit di merchant ditargetkan bisa mencapai 25% tahun ini.

Transaksi tersebut dibagi dalam bentuk tunai dan merchant (point of sales/PoS). Untuk transaksi PoS saja tahun ini diperkirakan tumbuh di atas 30%.

"Ini juga akibat mitra perbankan juga mengarahkan transaksi ke debit. Bahkan e Commerce juga semakin aktif dan banyak menggunakan platform kami. Sedangkan secara umum bisnis kartu kredit hanya akan tumbuh flat sebesar 11-12% di tahun ini," ujarnya beberapa waktu lalu.

Kedepan pihaknya akan menggenjot potensi transaksi dari e-Commerce dengan meningkatkan akses pemilik kartu. Karena beberapa kartu debit bank juga sudah dapat digunakan untuk transaksi e-Commerce dengan platform dari MasterCard.

"Tidak hanya lewat kartu kredit, namun juga kartu debit sudah bisa digunakan untuk berbelanja online. Ini untuk memperluas akses penerimaan pembayaran kartu," ujarnya.

Selain itu juga yang akan ditingkatkan ialah teknologi contactless transaction pada kartu kredit. Sehingga tanpa menggunakan (electronic data capture/EDC) atau dengan menyentuhan (tap) dapat mempermudah transaksi bernilai kecil di merchant.

"Beberapa sudah mulai. Namun kebanyakan bank sibuk migrasi kartu dari magnetic ke chip dan persiapkan infrastruktur debit. Sedangkan kartu kredit dimaintance," ujarnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7294 seconds (0.1#10.140)