RNI Luncurkan Raja Air dan Raja Beras
A
A
A
JAKARTA - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) meluncurkan produk Raja Air dan Raja Beras. Kedua produk tersebut siap bersaing di pasaran.
RNI memperkenalkan produk air minum mineral dalam kemasan bernama Raja Air. Sumber airnya berasal dari pegunungan wilayah Padalarang, Jawa Barat; Ungaran, Jawa Tengah; Pandaan, Jawa Timur; dan Singaraja, Bali.
Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro mengatakan, latar belakang perseroan terjun dalam bisnis air minum mineral kemasan karena pertimbangan bisnis dan mengamanatkan Pasal 33 dalam UUD 1945 bahwa bumi dan air dikuasai negara.
“Untuk itu, BUMN sebagai instrumen negara masuk ke bisnis air,” ujar Ismed dalam rilisnya, Rabu (20/8/2014).
Dengan masuknya RNI, akan memudahkan produk ini dipasarakan karena RNI sudah memiliki jaringan distribusi dan market. Air kemasan tersebut diproduksi dalam bentuk gelas ukuran 330 mililiter (ml), botol 600 ml dan 1.500 ml serta ukuran galon.
Sementara itu, peluncuran produk Raja Beras merupakan hasil produksi dari kerja sama petani yang berada di Kabupaten Oku Timur, Sumatera Selatan. Program ini merupakan amanat pemerintah untuk menuju swasembada pangan nasional.
Manfaat lain dari kegiatan usaha tersebut adalah meningkatkan produktivitas sawah non-teknis, menciptakan lapangan kerja, terbentuknya multiplayer effect dalam rangka peningkatan perputaran roda perekonomian, dan meningkatkan pemasukan pajak daerah.
Saat ini, produktivitas petani meningkat. Sebelum RNI masuk, petani hanya menghasilkan gabah kering panen sebanyak 2,5 ton per hektare (ha) sekali panen dalam setahun.
Setelah kerja sama dengan RNI produkstivitas gabah kering panen meningkat menjadi rata-rata 6 ton per ha atau 18 ton per tahun dengan menerapkan prinsip tepat benih, air, pupuk, pengendalian hama tanaman dan panen untuk tiga kali musim tanam dalam setahun.
Dia mengungkapkan, RNI akan membangun industri rice mill modern di Sumatera Selatan dengan kapasitas 100 ton setahun, di PG Jatitujuh Indramayu dengan kapasitas 150 ton setahun, di PG Subang Jawa Barat berkapasitas 150 ton setahun dan di Krebet Baru Malang berkapasitas 100 ton Setahun.
“Hal tersebut menunjukan bagian dari langkah kongkret RNI untuk berkontribusi dalam menuju kemandirian dan berdaulat pangan terutama beras,” paparnya.
Gabah yang dihasilkan oleh petani dibeli oleh RNI dan diolah menjadi beras dengan merk Raja Beras. Beras hasil produksi saat ini sudah terjual ke beberapa segmen pasar, seperti ke Koperasi BUMN yang ada di Sumatera Selatan dan ke pasar umum maupun langsung ke konsumen. Harga beras dijual dengan kisaran Rp10.000 per kg.
RNI memperkenalkan produk air minum mineral dalam kemasan bernama Raja Air. Sumber airnya berasal dari pegunungan wilayah Padalarang, Jawa Barat; Ungaran, Jawa Tengah; Pandaan, Jawa Timur; dan Singaraja, Bali.
Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro mengatakan, latar belakang perseroan terjun dalam bisnis air minum mineral kemasan karena pertimbangan bisnis dan mengamanatkan Pasal 33 dalam UUD 1945 bahwa bumi dan air dikuasai negara.
“Untuk itu, BUMN sebagai instrumen negara masuk ke bisnis air,” ujar Ismed dalam rilisnya, Rabu (20/8/2014).
Dengan masuknya RNI, akan memudahkan produk ini dipasarakan karena RNI sudah memiliki jaringan distribusi dan market. Air kemasan tersebut diproduksi dalam bentuk gelas ukuran 330 mililiter (ml), botol 600 ml dan 1.500 ml serta ukuran galon.
Sementara itu, peluncuran produk Raja Beras merupakan hasil produksi dari kerja sama petani yang berada di Kabupaten Oku Timur, Sumatera Selatan. Program ini merupakan amanat pemerintah untuk menuju swasembada pangan nasional.
Manfaat lain dari kegiatan usaha tersebut adalah meningkatkan produktivitas sawah non-teknis, menciptakan lapangan kerja, terbentuknya multiplayer effect dalam rangka peningkatan perputaran roda perekonomian, dan meningkatkan pemasukan pajak daerah.
Saat ini, produktivitas petani meningkat. Sebelum RNI masuk, petani hanya menghasilkan gabah kering panen sebanyak 2,5 ton per hektare (ha) sekali panen dalam setahun.
Setelah kerja sama dengan RNI produkstivitas gabah kering panen meningkat menjadi rata-rata 6 ton per ha atau 18 ton per tahun dengan menerapkan prinsip tepat benih, air, pupuk, pengendalian hama tanaman dan panen untuk tiga kali musim tanam dalam setahun.
Dia mengungkapkan, RNI akan membangun industri rice mill modern di Sumatera Selatan dengan kapasitas 100 ton setahun, di PG Jatitujuh Indramayu dengan kapasitas 150 ton setahun, di PG Subang Jawa Barat berkapasitas 150 ton setahun dan di Krebet Baru Malang berkapasitas 100 ton Setahun.
“Hal tersebut menunjukan bagian dari langkah kongkret RNI untuk berkontribusi dalam menuju kemandirian dan berdaulat pangan terutama beras,” paparnya.
Gabah yang dihasilkan oleh petani dibeli oleh RNI dan diolah menjadi beras dengan merk Raja Beras. Beras hasil produksi saat ini sudah terjual ke beberapa segmen pasar, seperti ke Koperasi BUMN yang ada di Sumatera Selatan dan ke pasar umum maupun langsung ke konsumen. Harga beras dijual dengan kisaran Rp10.000 per kg.
(rna)