Rupiah Sepanjang Pekan Terdepresiasi 39 Poin

Minggu, 24 Agustus 2014 - 14:03 WIB
Rupiah Sepanjang Pekan Terdepresiasi 39 Poin
Rupiah Sepanjang Pekan Terdepresiasi 39 Poin
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) sepanjang pekan ini mengalami depresiasi sebesar 39 poin.

Dirangkum dari data di situs resmi Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap USD pada Jumat (15/8/2014) pekan lalu berada pada level Rp11.693 per USD. Kemudian pada Senin (18/8/2014) pekan ini, rupiah menguat 12 poin menjadi Rp11.681 per USD.

Namun, posisi rupiah pada Selasa (19/8/2014) terkoreksi 1 poin menjadi Rp11.682 per USD. Pelemahan rupiah berlanjut pada Rabu (20/8/2014), di mana rupiah melemah 25 poin ke level Rp11.707 per USD.

Pada Kamis (21/8/2014), rupiah merosot lagi 10 poin menjadi Rp11.717 per USD. Sementara pada Jumat (22/8/2014), rupiah berhasil menguat sebanyak 63 poin hingga ditutup pada level Rp11.654 per USD.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada dalam risetnya menyatakan, laju nilai tukar rupiah turut terapresiasi di akhir pekan seiring menguatnya sejumlah mata uang Asia.

Salah satunya won Korea Selatan yang terapresiasi di awal pekan setelah terimbas penurunan suku bunga acuannya menjadi 2,25% dari 2,5% dan kenaikan surplus current account serta baht Thailand yang terapresiasi setelah kenaikan tidak terduga GDP-nya.

Di sisi lain, penguatan poundsterling seiring pernyataan Gubernur BoE Mark Carney, yang mengekspektasikan pulihnya pemasukan negara akan membuat para pengambil kebijakan untuk dapat segera menaikkan suku bunga acuannya.

"Positifnya rilis data NAHB housing market index AS memberikan sentimen positif bagi penguatan laju USD dan imbasnya tentu negatif bagi rupiah serta dapat memicu The Fed untuk segera menaikkan suku bunga Fed rate," kata dia, Minggu (24/8/2014).

Sebelum menguat di akhir pekan, rupiah cenderung melemah. Dia menjelaskan, dolar Australia dan poundsterling yang sempat menguat tidak mampu mengimbangi kenaikan USD dan rupiah pun melemah terbatas setelah terimbas kondisi tersebut.

Penguatan USD pun turut berimbas pada melemahnya sejumlah laju mata uang Asia Pasifik dan tentu juga berimbas pada melemahnya rupiah.

Meski pelaku pasar menilai The Fed saat ini masih akan melanjutkan kebijakan pelonggaran moneternya sambil mencermati data-data ketenagakerjaan dan data-data lainnya untuk mendukung kenaikan suku bunganya, namun pelaku pasar masih banyak melakukan transaksi USD, sehingga membuat mata uang tersebut mengalami kenaikan.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.2932 seconds (0.1#10.140)