BBM Bersubsidi Tak Cukup Sampai Akhir Tahun
A
A
A
SEMARANG - Kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi baik solar maupun premium dipastikan tidak akan mencukupi hingga akhir tahun 2014 atau over kuota, setelah PT Pertamina kembali menyalurkan BBM bersubsidi secara normal per tanggal 26 Agustus.
Di wilayah Jateng dan DIY diperkirakan stok premium bersubsidi cuma akan bertahan sampai medio awal Desember, sementara untuk solar bersubsidi hanya cukup sampai November.
Asisten Manager External Relation PT Pertamina MOR IV Jateng-DIY,Roberth MV Dumatubun menyatakan, penyaluran BBM subsidi selama pengendalian (18-25 Agustus) per hari adalah 9.394 kilo liter (KL) untuk premium atau dikurangi 10% dan 4.488 Kl untuk solar.
Setelah adanya perintah normalisasi penyaluran, seluruh penyaluran BBM dikembalikan ke normal yakni menjadi 10.232 kl untuk premium bersubsidi dan 5.088 kl untuk solar bersubsidi.
Dia mengatakan, untuk mekanisme penyaluran BBM bersubsidi, penyaluran akan dilakukan kembali sesuai dengan penyaluran normal sama seperti penyaluran periode Januari-Juni 2014. Penyaluran akan tetap dilakukan secara terukur dan terarah sesuai kondisi lokasi/daerah.
Dengan normalisasi pasokan BBM Bersubsidi, konsekwensinya adalah akan terjadi over kuota yang artinya kuota yang telah ditetapkan untuk tahun 2014 tidak akan cukup sampai akhir tahun.
Hal itu disebabkan, untuk wilayah Marketing Operation Reg IV Jawa Tengah & DIY, hingga 23 Agustus 2014 realisasi konsumsi BBM bersubsidi di wilayah Jateng & DIY telah mencapai 65 % dari kuota tahun 2014. “Sisanya tidak akan mencukupi sampai akhir tahun. Premium hanya akan bertahan sampai awal Desember, sedangkan Solar di bulan November,” ujarnya Rabu (27/8/2014).
Disebutkan Robert, selama pengendalian penyaluran BBM bersubsidi terjadi kenaikan permintaan premium non subsidi. Jika pada kondisi normal konsumsi BBM non subsidi hanya 224,1 KL, pada saat pengendalian naik menjadi 285 KL atau naik sekitar 27,2%.
Dengan dilakukannya normalisasi pasokan ini, maka masyarakat diminta agar tidak lagi panik dan antre di SPBU (panic buying).
”Apabila hari ini masih terjadi antrean, hal ini hanya karena sebagian masyarakat belum secara menyeluruh menerima informasi perihal normalisasi pasokan. Dibutuhkan 1-2 hari untuk recovery pasokan dan sosialisasi ke masyarakat agar tidak lagi panik dan antre di SPBU,” jelasnya.
Di wilayah Jateng dan DIY diperkirakan stok premium bersubsidi cuma akan bertahan sampai medio awal Desember, sementara untuk solar bersubsidi hanya cukup sampai November.
Asisten Manager External Relation PT Pertamina MOR IV Jateng-DIY,Roberth MV Dumatubun menyatakan, penyaluran BBM subsidi selama pengendalian (18-25 Agustus) per hari adalah 9.394 kilo liter (KL) untuk premium atau dikurangi 10% dan 4.488 Kl untuk solar.
Setelah adanya perintah normalisasi penyaluran, seluruh penyaluran BBM dikembalikan ke normal yakni menjadi 10.232 kl untuk premium bersubsidi dan 5.088 kl untuk solar bersubsidi.
Dia mengatakan, untuk mekanisme penyaluran BBM bersubsidi, penyaluran akan dilakukan kembali sesuai dengan penyaluran normal sama seperti penyaluran periode Januari-Juni 2014. Penyaluran akan tetap dilakukan secara terukur dan terarah sesuai kondisi lokasi/daerah.
Dengan normalisasi pasokan BBM Bersubsidi, konsekwensinya adalah akan terjadi over kuota yang artinya kuota yang telah ditetapkan untuk tahun 2014 tidak akan cukup sampai akhir tahun.
Hal itu disebabkan, untuk wilayah Marketing Operation Reg IV Jawa Tengah & DIY, hingga 23 Agustus 2014 realisasi konsumsi BBM bersubsidi di wilayah Jateng & DIY telah mencapai 65 % dari kuota tahun 2014. “Sisanya tidak akan mencukupi sampai akhir tahun. Premium hanya akan bertahan sampai awal Desember, sedangkan Solar di bulan November,” ujarnya Rabu (27/8/2014).
Disebutkan Robert, selama pengendalian penyaluran BBM bersubsidi terjadi kenaikan permintaan premium non subsidi. Jika pada kondisi normal konsumsi BBM non subsidi hanya 224,1 KL, pada saat pengendalian naik menjadi 285 KL atau naik sekitar 27,2%.
Dengan dilakukannya normalisasi pasokan ini, maka masyarakat diminta agar tidak lagi panik dan antre di SPBU (panic buying).
”Apabila hari ini masih terjadi antrean, hal ini hanya karena sebagian masyarakat belum secara menyeluruh menerima informasi perihal normalisasi pasokan. Dibutuhkan 1-2 hari untuk recovery pasokan dan sosialisasi ke masyarakat agar tidak lagi panik dan antre di SPBU,” jelasnya.
(gpr)