Industri Jasa Keuangan Membaik Sepanjang September

Kamis, 11 September 2014 - 23:27 WIB
Industri Jasa Keuangan Membaik Sepanjang September
Industri Jasa Keuangan Membaik Sepanjang September
A A A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai perkembangan dan profil risiko di industri jasa keuangan secara umum berada dalam kondisi yang baik.

Kondisi perbankan, permodalan masih tergolong tinggi, CAR pada level 19,39% dan didominasi komponen modal inti (Tier 1), rentabilitas stabil dengan kecenderungan sedikit menurun, hal ini terlihat dari indikator ROA yang relatif stabil, sementara BOPO relatif meningkat bila dibandingkan dengan periode sebelumnya menjadi 76%.

Deputi Direktur Pengelolaan Komunikasi dan Hubungan Kelembagaan OJK Edhie Natallis mengatakan, risiko likuiditas, pada perbankan dalam kondisi stabil dan tingkat risiko relatif rendah. Alat likuid cukup memadai untuk mengantisipasi potensi penarikan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Namun terdapat potensi peningkatan risiko likuiditas sejalan dengan peningkatan LDR, ketergantungan terhadap pendanaan non inti serta rasio deposan inti yang masih cukup tinggi.

Pada pasar modal, nilai dan frekuensi transaksi perdagangan saham pada Agustus menurun dibandingkan bulan sebelumnya, dilatarbelakangi oleh menurunnya intensitas sentimen pasar, sementara bid-ask spread menunjukan penyempitan.

Dia melanjutkan, secara global pemulihan ekonomi pada negara maju tetap berlanjut namun tidak merata. “Patut dicermati efek rambatan dari normalisasi kebijakan Amerika Serikat terhadap Emerging Market. Pemulihan ekonomi global berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda,” ujar dia saat konferensi pers tentang Evaluasi Perkembangan dan Profil Risiko Industri Jasa Keuangan bulan September 2014 di Jakarta, Kamis (11/9/2014).

Menurutnya, indikator perekonomian di Amerika Serikat mengindikasikan penguatan pemulihan sementara di Eropa, Jepang sebaliknya termasuk China yang mengindikasikan perlambatan pertumbuhan.

Terkait perbaikan indikator ketenagakerjaan di Amerika menimbulkan spekulasi percepatan kenaikan suku bunga yang kemungkinan akan dilaksanakan di Semester I-2015.

Dia menuturkan, perubahan stance kebijakan ini mengandung implikasi rambatan (spillover), berupa perilaku risk off Investor dari Emerging Market (EM), berpotensi menimbulkan pembalikan arus modal dipasar keuangan EM termasuk Indonesia.

“Perlambatan ekonomi EM diproyeksikan masih berlanjut yang juga dapat menimbulkan efek rambatan dalam lingkup global,” tukas dia.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5809 seconds (0.1#10.140)