Thailand Kalahkan Industri Pengalengan Ikan Indonesia
A
A
A
Thailand masih memimpin perdagangan industri pengalengan ikan di dunia mengalahkan Indonesia. Padahal potensi yang dimiliki Indonesia lebih besar dibanding negeri Gajah Putih itu.
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P Hutagalung mengatakan, Indonesia sebagai negara bahari yang ditopang potensi sumber daya ikan, kini memprioritaskan industri pengalengan ikan.
Menurutnya, pengalengan ikan terbukti berkontribusi positif bagi ekonomi daerah seperti diandalkan di Kabupaten Banyuwangi dan Belitung.
Kendati tidak didukung sumber daya ikan seperti Indonesia, Thailand menguasai pasar dunia. "Saingan kita Thailand yang sampai saat ini memimpin industri pengalengan ikan terbesar di dunia," sebut Saut usai seminar tentang penerapan SNI bagi industri pengalengan ikan di Denpasar, Senin (29/9/2014).
Dia melanjutkan, sejak 1970-an industri pengalengan ikan berkembang di Muncar, Banyuwangi kemudian ke Jembrana, Bali, Bitung da Medan. Sampai saat ini ada 40 pabrik yang aktif mengolah tuna atau cakalang, mackarel dan sardine.
"Kapasitas terpasang untuk tuna kaleng mencapai 350 ton pertahun yang baru terealisasi 45 persen," imbuhnya.
Di pihak lain, saat ini seluruh industri pengalengan ikan di Indonesia telah menererapkan sistem standar mutu dunia karena telah mengantongi sertifikat kelayakan pengolahan hasil (SKP), HACCP dan Halal sejak 1997.
Saut menegaskan, secara prinsip pengalengan ikan nasional sudah siap dalam menghadapai era persaingan global lebih khusus masuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015.
Pihaknya mendorong dan mengkampanyekan produk perikanan berlogo SNI. Program branding perikanan juga melibatkan kementerian terkait seperti Kementerian Perdagangan dan Perindustrian dalam UU No 3 Tahun 2014 tentang perindustrian.
Dalam aturan itu jelas tentang SNI yang diharapkan lewat penerapan SNI wajib bagi ikan kaleng di Indonesia akan membawa nilai positif dan daya saing bagi industri pengalengan Tanah Air.
(Baca: Tahun Depan Produk Ikan Kaleng Harus SNI)
Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Saut P Hutagalung mengatakan, Indonesia sebagai negara bahari yang ditopang potensi sumber daya ikan, kini memprioritaskan industri pengalengan ikan.
Menurutnya, pengalengan ikan terbukti berkontribusi positif bagi ekonomi daerah seperti diandalkan di Kabupaten Banyuwangi dan Belitung.
Kendati tidak didukung sumber daya ikan seperti Indonesia, Thailand menguasai pasar dunia. "Saingan kita Thailand yang sampai saat ini memimpin industri pengalengan ikan terbesar di dunia," sebut Saut usai seminar tentang penerapan SNI bagi industri pengalengan ikan di Denpasar, Senin (29/9/2014).
Dia melanjutkan, sejak 1970-an industri pengalengan ikan berkembang di Muncar, Banyuwangi kemudian ke Jembrana, Bali, Bitung da Medan. Sampai saat ini ada 40 pabrik yang aktif mengolah tuna atau cakalang, mackarel dan sardine.
"Kapasitas terpasang untuk tuna kaleng mencapai 350 ton pertahun yang baru terealisasi 45 persen," imbuhnya.
Di pihak lain, saat ini seluruh industri pengalengan ikan di Indonesia telah menererapkan sistem standar mutu dunia karena telah mengantongi sertifikat kelayakan pengolahan hasil (SKP), HACCP dan Halal sejak 1997.
Saut menegaskan, secara prinsip pengalengan ikan nasional sudah siap dalam menghadapai era persaingan global lebih khusus masuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015.
Pihaknya mendorong dan mengkampanyekan produk perikanan berlogo SNI. Program branding perikanan juga melibatkan kementerian terkait seperti Kementerian Perdagangan dan Perindustrian dalam UU No 3 Tahun 2014 tentang perindustrian.
Dalam aturan itu jelas tentang SNI yang diharapkan lewat penerapan SNI wajib bagi ikan kaleng di Indonesia akan membawa nilai positif dan daya saing bagi industri pengalengan Tanah Air.
(Baca: Tahun Depan Produk Ikan Kaleng Harus SNI)
(gpr)