Investasi Jaminan Hari Tua Hanya 12 Juta Jiwa
A
A
A
SURABAYA - Kesadaran jaminan hari tua bagi masyarakat Indonesia masih rendah, yakni dari 63 juta pekerja formal, hanya 12 juta yang memiliki Jamsostek jaminan hari tua.
Manulife Investor Sentiment Index (MISI) mencatat, dari survei yang dilakukan, penduduk Indonesia masih rendah pemahaman tentang kesejahteraan masa tua.
Saat ini, hanya ada 12 juta warga yang bekerja formal menentukan Jamsostek untuk hari tua. Jumlah tersebut sangat rendah, karena jumlah pekereja formal di Indonesia mencapai 63 juta, dan non formal 57 juta.
"Berarti masih perlu edukasi kepada masyarakat. Mereka belum memahami tentang investasi di hari tua," kata Chief of Employee Benefits Manulife Indonesia, Nur Hasan Kurniawan di Grha Bukopin Surabaya, Kamis (2/10/2014.
Meski demikian, ada sentiment positif dikalangan investor untuk menginvestasikan rencana pension. Sikap positif ini akan terbangun secara berkelanjutan.
Hal tersebut dipengaruhi dengan proses pemilihan presiden (Pilpres) yang cenderung aman. Pendapat ini dikemukakan 515 responden MISI, di Surabaya, Jakarta dan Medan.
Dari semua responden, ada kenaikan investor yang mau berinvestasi untuk masa tua. Jika tahun lalu hanya 48%, sekarang naik menjadi 57%.
Kebanyakan memilih melakukan investasi dibidang dana tunai dan properti. "Yang paling diminati untuk berinvestasi di properti dan dana tunai. Masyarakat sedang menykai dua investasi ini," ujar dia.
Sikap optimis juga dipengaruhi dengan kondisi cadangan devisi yang merangkak naik, tahun lalu investasinya hanya USD102,6 miliar, sekarang naik menjadi USD107,7 miliar.
Kondisi ini memancing investor semakin optimis. Berdasar temuan terakhir, sentiment positif terhadap investasi meningkat 9 poin menjadin 59 poin. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kedua paling optimis setelah Filipina.
Meski muncul sentiment positif, masyarakat Indonesia masih enggan berinvestasi pada berbagai keadaan investasi yang tersedia di pasar.
Mereka mengabaikan produk-produk pasar modal yang sebenarnya memberikan imbalan hasil lebih baik, seperti saham, pendapatan tetap, dan reksa dana.
"Investasi tabungan dan kepemilikan rumah masih menjadi idola masyarakat Indonesia," paparnyar.
Hasan menegaskan, dari hasil survei OJK, tingkat melek keuangan masyarakat masih memprihatinkan. Saat ini, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru 21,8%.
Dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia, baru 52 juta jiwa yang benar-benar faham tentang industri keuangan dan produk jasa keuangan.
"Riset OJK ini menunjukan tingkat pemahaman paling rendah terdapat pada pasar modal, yakni 0,11%, sisanya sektor perasuransian sebesar 11,81%,lembaga pembiayaan 6,33%, pegadaian 5,04%, dan dana pension 1,53%," jelas Hasan.
Agency Director Merry Tanhart, LUTCF, FSS PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia mengatakan, kesadaran masyarakat untuk memahami asuransi sudah mulai membaik.
Meski prosesnya melambat, tetapi fakta ini membuat gembira pemain asuransi. "Jawa Timur ada pertumbuhan cukup menggembirakan. Kami yakin aka nada peningkatan dalam berasuransi," katanya.
Apalagi, dari hasil survei yang dilakukan MISI, kesadaran masyarakat Kota Pahlawan terhadap investasi sekitar 19% dari pekerja formal yang ada.
Sehingga, akan ada peningkatan pendapatan jika kesadaran masyarakat semakin baik.
Manulife Investor Sentiment Index (MISI) mencatat, dari survei yang dilakukan, penduduk Indonesia masih rendah pemahaman tentang kesejahteraan masa tua.
Saat ini, hanya ada 12 juta warga yang bekerja formal menentukan Jamsostek untuk hari tua. Jumlah tersebut sangat rendah, karena jumlah pekereja formal di Indonesia mencapai 63 juta, dan non formal 57 juta.
"Berarti masih perlu edukasi kepada masyarakat. Mereka belum memahami tentang investasi di hari tua," kata Chief of Employee Benefits Manulife Indonesia, Nur Hasan Kurniawan di Grha Bukopin Surabaya, Kamis (2/10/2014.
Meski demikian, ada sentiment positif dikalangan investor untuk menginvestasikan rencana pension. Sikap positif ini akan terbangun secara berkelanjutan.
Hal tersebut dipengaruhi dengan proses pemilihan presiden (Pilpres) yang cenderung aman. Pendapat ini dikemukakan 515 responden MISI, di Surabaya, Jakarta dan Medan.
Dari semua responden, ada kenaikan investor yang mau berinvestasi untuk masa tua. Jika tahun lalu hanya 48%, sekarang naik menjadi 57%.
Kebanyakan memilih melakukan investasi dibidang dana tunai dan properti. "Yang paling diminati untuk berinvestasi di properti dan dana tunai. Masyarakat sedang menykai dua investasi ini," ujar dia.
Sikap optimis juga dipengaruhi dengan kondisi cadangan devisi yang merangkak naik, tahun lalu investasinya hanya USD102,6 miliar, sekarang naik menjadi USD107,7 miliar.
Kondisi ini memancing investor semakin optimis. Berdasar temuan terakhir, sentiment positif terhadap investasi meningkat 9 poin menjadin 59 poin. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kedua paling optimis setelah Filipina.
Meski muncul sentiment positif, masyarakat Indonesia masih enggan berinvestasi pada berbagai keadaan investasi yang tersedia di pasar.
Mereka mengabaikan produk-produk pasar modal yang sebenarnya memberikan imbalan hasil lebih baik, seperti saham, pendapatan tetap, dan reksa dana.
"Investasi tabungan dan kepemilikan rumah masih menjadi idola masyarakat Indonesia," paparnyar.
Hasan menegaskan, dari hasil survei OJK, tingkat melek keuangan masyarakat masih memprihatinkan. Saat ini, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru 21,8%.
Dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia, baru 52 juta jiwa yang benar-benar faham tentang industri keuangan dan produk jasa keuangan.
"Riset OJK ini menunjukan tingkat pemahaman paling rendah terdapat pada pasar modal, yakni 0,11%, sisanya sektor perasuransian sebesar 11,81%,lembaga pembiayaan 6,33%, pegadaian 5,04%, dan dana pension 1,53%," jelas Hasan.
Agency Director Merry Tanhart, LUTCF, FSS PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia mengatakan, kesadaran masyarakat untuk memahami asuransi sudah mulai membaik.
Meski prosesnya melambat, tetapi fakta ini membuat gembira pemain asuransi. "Jawa Timur ada pertumbuhan cukup menggembirakan. Kami yakin aka nada peningkatan dalam berasuransi," katanya.
Apalagi, dari hasil survei yang dilakukan MISI, kesadaran masyarakat Kota Pahlawan terhadap investasi sekitar 19% dari pekerja formal yang ada.
Sehingga, akan ada peningkatan pendapatan jika kesadaran masyarakat semakin baik.
(izz)