Kinerja Reksa Dana Saham Syariah Defensif
A
A
A
JAKARTA - Kinerja reksa dana saham syariah sejak awal tahun (year to date) tidak terlalu maksimal jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika diperhatikan, karakteristik produk reksa dana syariah juga cenderung defensif, sehingga pada saat pasar saham booming seperti tahun ini, di mana pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai lebih dari 20% (year to date) di akhir September, reksa dana syariah terlihat tidak memberikan return maksimal atau tertinggal dari reksa dana konvensional.
“Namun, jika keadaan pasar berubah menjadi tidak kondusif, kinerja reksa dana saham syariah dapat mengungguli reksa dana konvensional,” ungkap Analis Riset PT Infovesta Utama Yosua Zisokhi ketika dihubungi, Senin (6/10/2014) malam.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir Desember 2013, reksa dana saham syariah mencatatkan dana kelolaan (asset under management/AUM) sebesar Rp5,3 triliun.
Posisi tersebut masih sama pada awal tahun ini. Namun, per akhir September 2014, AUM reksa dana saham syariah mengalami kenaikan menjadi Rp5,42 triliun. Angka itu naik sangat tipis jika dibanding dengan kinerja reksa dana saham syariah per akhir September tahun sebelumnya sebesar Rp5,19 triliun.
Sementara data Infovesta Utama menunjukkan, sejak awal tahun hingga 3 Oktober 2014, return Infovesta Sharia Equity Fund Index mencetak hasil 14,36%. Sedangkan Infovesta Sharia Balanced Fund Index sebesar 9,91%, dan Infovesta Sharia Fixed Income Fund Index sebesar 4,21%.
Yosua menjelaskan, kinerja rata-rata reksa dana saham syariah hingga akhir September 2014, yang tercermin pada Infovesta Sharia Equity Fund Index bertumbuh 18,97%. Menurut dia, pertumbuhan itu lebih rendah dibandingkan kinerja IHSG sebesar 20,20%.
Adapun penyebabnya, Yosua menjelaskan, tidak bolehnya reksa dana saham syariah masuk ke industri perbankan konvensional pada tahun ini. Akan tetapi, dia memprediksi, reksa dana saham syariah masih berpotensi tumbuh ketika situasi pasar saham mulai bergejolak menyikapi sentimen-sentimen global maupun domestik.
“Hal ini karena pada kondisi seperti itu, pasar rawan terkoreksi, sehingga para pelaku pasar akan memburu saham yang lebih defensif, sehingga ada potensi kenaikan harga pada saham-saham tersebut,” tandasnya.
(Baca: Kinerja Reksa Dana Oktober Diprediksi Tertekan)
Jika diperhatikan, karakteristik produk reksa dana syariah juga cenderung defensif, sehingga pada saat pasar saham booming seperti tahun ini, di mana pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai lebih dari 20% (year to date) di akhir September, reksa dana syariah terlihat tidak memberikan return maksimal atau tertinggal dari reksa dana konvensional.
“Namun, jika keadaan pasar berubah menjadi tidak kondusif, kinerja reksa dana saham syariah dapat mengungguli reksa dana konvensional,” ungkap Analis Riset PT Infovesta Utama Yosua Zisokhi ketika dihubungi, Senin (6/10/2014) malam.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir Desember 2013, reksa dana saham syariah mencatatkan dana kelolaan (asset under management/AUM) sebesar Rp5,3 triliun.
Posisi tersebut masih sama pada awal tahun ini. Namun, per akhir September 2014, AUM reksa dana saham syariah mengalami kenaikan menjadi Rp5,42 triliun. Angka itu naik sangat tipis jika dibanding dengan kinerja reksa dana saham syariah per akhir September tahun sebelumnya sebesar Rp5,19 triliun.
Sementara data Infovesta Utama menunjukkan, sejak awal tahun hingga 3 Oktober 2014, return Infovesta Sharia Equity Fund Index mencetak hasil 14,36%. Sedangkan Infovesta Sharia Balanced Fund Index sebesar 9,91%, dan Infovesta Sharia Fixed Income Fund Index sebesar 4,21%.
Yosua menjelaskan, kinerja rata-rata reksa dana saham syariah hingga akhir September 2014, yang tercermin pada Infovesta Sharia Equity Fund Index bertumbuh 18,97%. Menurut dia, pertumbuhan itu lebih rendah dibandingkan kinerja IHSG sebesar 20,20%.
Adapun penyebabnya, Yosua menjelaskan, tidak bolehnya reksa dana saham syariah masuk ke industri perbankan konvensional pada tahun ini. Akan tetapi, dia memprediksi, reksa dana saham syariah masih berpotensi tumbuh ketika situasi pasar saham mulai bergejolak menyikapi sentimen-sentimen global maupun domestik.
“Hal ini karena pada kondisi seperti itu, pasar rawan terkoreksi, sehingga para pelaku pasar akan memburu saham yang lebih defensif, sehingga ada potensi kenaikan harga pada saham-saham tersebut,” tandasnya.
(Baca: Kinerja Reksa Dana Oktober Diprediksi Tertekan)
(rna)