Produktivitas Tembakau di Bantul Anjlok
A
A
A
BANTUL - Produktivitas tembakau di Kabupaten Bantul tahun lalu anjlok dibanding tahun sebelumnya. Pada 2012 produktivitas tembakau mencapai 7,54 kuintal per hektare (ha), namun pada 2013 hanya 4,52 kuintal per ha.
Meski demikian, produktivitas tembakau di daerah tersebut pada tahun ini diharapkan mengalami peningkatan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Kabupaten Bantul, Partogi Dame Pakpahan mengaku tak bisa berbuat banyak untuk dapat meningkatkan produktivitas tembakau.
Karena, tanaman tembakau sangat bergantung pada cuaca dan pengaruh faktor lainnya. "Tembakau ini memang agak susah," ucapnya saat temu wicara antara petani tembakau Siluk dengan Gubernur DIY Sri Sultan HB X di gudang tembakau Siluk 2, Kamis (9/10/2014).
Partogi mengklaim, anjloknya produktivitas panenan tembakau khas Bantul, khususnya tembakau Siluk karena pada 2013 cuaca sangat ekstrem membuat tanaman tembakau sulit tumbuh.
Hal tersebut berimbas pada jumlah petani dan luas lahan tanaman tembakau yang menurun drastis.
Dalam catatan Dispertahut Bantul, pada 2012 luas tanaman tembakau Siluk mencapai 533 ha dengan produksi 4.021 kuintal atau produktivitasnya mencapai 7,54 kuintal per ha.
Sementara, pada 2013 luas tanam tembakau khas Bantul ini hanya 164 ha dengan produksi 741 kuintal per ha atau produktivitasnya hanya 4,52 kuintal per ha.
"Itu akibat dari iklim yang kurang bersahabat," tegas Partogi.
Karena itu, pihaknya juga tidak bisa memaksimalkan lahan ataupun jumlah petani tembakau di wilayah ini. Di sisi lahan, lahan pertanian di Bantul sangat terbatas.
Saat ini, lahan pertanian seperti rebutan penggunaannya. Suatu saat digunakan untuk lahan pertanian, perkebunan ataupun hortikultura.
Selain itu, lahan yang digunakan untuk tanaman tembakau juga harus khusus. Karena tanah yang digunakan harus memiliki kelembapan khusus dengan kecepatan angin dan suhu udara tertentu.
Sehingga, kata dia, lahan yang bisa ditanami tembakau juga tidak sembarang lahan.
Meski demikian, produktivitas tembakau di daerah tersebut pada tahun ini diharapkan mengalami peningkatan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Kabupaten Bantul, Partogi Dame Pakpahan mengaku tak bisa berbuat banyak untuk dapat meningkatkan produktivitas tembakau.
Karena, tanaman tembakau sangat bergantung pada cuaca dan pengaruh faktor lainnya. "Tembakau ini memang agak susah," ucapnya saat temu wicara antara petani tembakau Siluk dengan Gubernur DIY Sri Sultan HB X di gudang tembakau Siluk 2, Kamis (9/10/2014).
Partogi mengklaim, anjloknya produktivitas panenan tembakau khas Bantul, khususnya tembakau Siluk karena pada 2013 cuaca sangat ekstrem membuat tanaman tembakau sulit tumbuh.
Hal tersebut berimbas pada jumlah petani dan luas lahan tanaman tembakau yang menurun drastis.
Dalam catatan Dispertahut Bantul, pada 2012 luas tanaman tembakau Siluk mencapai 533 ha dengan produksi 4.021 kuintal atau produktivitasnya mencapai 7,54 kuintal per ha.
Sementara, pada 2013 luas tanam tembakau khas Bantul ini hanya 164 ha dengan produksi 741 kuintal per ha atau produktivitasnya hanya 4,52 kuintal per ha.
"Itu akibat dari iklim yang kurang bersahabat," tegas Partogi.
Karena itu, pihaknya juga tidak bisa memaksimalkan lahan ataupun jumlah petani tembakau di wilayah ini. Di sisi lahan, lahan pertanian di Bantul sangat terbatas.
Saat ini, lahan pertanian seperti rebutan penggunaannya. Suatu saat digunakan untuk lahan pertanian, perkebunan ataupun hortikultura.
Selain itu, lahan yang digunakan untuk tanaman tembakau juga harus khusus. Karena tanah yang digunakan harus memiliki kelembapan khusus dengan kecepatan angin dan suhu udara tertentu.
Sehingga, kata dia, lahan yang bisa ditanami tembakau juga tidak sembarang lahan.
(izz)